Kawan-kawan, 

Aku lupa:

"Rais juga mengatakan wayang kulit, yang sering dipentaskan di
Malaysia, tak ada urusannya dengan Indonesia karena kesenian itu
berasal dari tradisi Hinduisme." <--- ini membuktikan bahwa sekalipun
kita MENJAGA BAIK-BAIK sekaligus mendaftarkannya dengan penuh keringat
warisan budaya kita di UNESCO, tetap dicurinya.

Kalau memang berniat mencuri budaya dengan prilaku kalim-mengklaim.
Belanda, Inggris, juga Perancis bisa melakukannya sejak lama. Sejak
mereka meneliti, memboyong, dan mengawetkan banyak warisan budaya
Indonesia lama (mencakup banyak kerajaan). Tulisan-tulisan, artikel,
dan database mereka tentang warisan budaya kita itu cukup lengkap
ketimbang yang kita miliki. Jauh lebih lengkap bahkan. Tapi tidak
satupun tulisan disana yang mengatakan INI BERASAL DARI BELANDA tapi
BATIK INI DARI JAWA, padahal ada juga karya Batik asal Belanda, atau
yang dikerjakan oleh Orang Belanda tahun 1920-1940an. Juga tidak
serta-merta diklaim sebagai BATIK BELANDA (Di Jawa justru dikenal
Batik Kompeni alias Batik Belanda). 

Ini soal nurani--soal niat baik. Aku tidak melihat itikad baik dari
negeri Jiran ini. Budaya kita sifatnya terbuka. Siapapun boleh
mempelajarinya, boleh mendalaminya, boleh membawa pulang kalau memang
tertarik. Orang-orang Jepang yang belajar angklung, orang-orang Swedia
yang membatik, orang-orang amerika yang belajar silat dan membuat
semacam workshop di negerinya juga tidak lantas jumawa menyatakan apa
yang mereka kembangkan itu sebagai miliknya. Tapi dengan tulus mereka
berkata: "ini saya pelajari di Cimahi, Bandung dan ternyata
penggemarnya di Koba banyak juga, jadi saya senang sekali." (ingat,
ini komersil lho. Workshop itu juga menghasilkan uang). TANPA konflik
sama sekali.     

Kawan-kawan, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita yang
teledor menjaga atau mengapresiasi warisan budaya kita. Sebaliknya,
negara Miskin macam Malaysia sama sekali tak memiliki potensi Budaya
yang sekelas 'Truly Asia' maka mereka rakus mencuri apapun yang tampak
di mata... dan pandnagan paling tajam di mata mereka adalah Indonesia.
Apa yang harus kita lakukan?

salam anget,
gandrastabangko

 


--- In mediacare@yahoogroups.com, "Sunny" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Indonesia Tak Bisa Klaim Lagu Rasa Sayange
> Kamis, 04 Oktober 2007 | 23:10 WIB 
> 
> TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur: Menteri Kebudayaan, Kesenian dan
Warisan Malaysia Datuk Seri Dr Rais Yatim mengatakan seruan para wakil
rakyat Indonesia untuk menentang Malaysia memakai lagu rakyat Rasa
Sayange dalam kampanye wisata Malaysia, "Truly Asia", adalah tidak
realistis. 
> 
> Menurut Rais, masalah itu seharusnya tak muncul sebagai lagu,
seperti lagu rakyat lain semacam Jauh Di Mata, Burung Pungguk dan
Terang Bulan, yang adalah lagu-lagu di nusantara yang diwarisi rakyat
dari nenek moyangnya.
> 
> "Saya pikir Indonesia atau pihak lain tak dapat membuktikan siapa
pengarang lagu itu," kata Rais kepada wartawan dalam acara buka puasa
bersama kementerian itu di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Selasa lalu,
seperti dikutip Bernama hari ini.
> 
> Sebelumnya Hakam Naja, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Indonesia dari Partai Amanat Nasional, menyerukan agar pemerintah
Indonesia menuntut malaysia karena menggunakan lagu tersebut dalam
kampanye wisatanya.
> 
> Priyo Budi Santoso, Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR, juga meminta
pemerintah Indonesia perlu memastikan apakah Malaysia memakai lagu itu
tanpa izin Indonesia atau tidak.
> 
> Orang Indonesia yakin bahwa Rasa Sayange adalah lagu rakyat
Indonesia yang berasal dari Maluku dan dinyanyikan dari generasi ke
generasi di sana.
> 
> Tapi, "Malaysia juga dapat mengatakan bahwa lagu-lagu yang
dinyanyikan dan direkam di Indonesia itu berasal dari negeri ini
(Malaysia) karena (Indonesia) tak pernah menerima pembayaran royalti,"
kata Rais.
> 
> Hakam juga menuduh Malaysia telah mengklaim kepemilikan kerajinan
tradisional Indonesia, seperti batik dan wayang kulit.
> 
> Rais juga mengatakan wayang kulit, yang sering dipentaskan di
Malaysia, tak ada urusannya dengan Indonesia karena kesenian itu
berasal dari tradisi Hinduisme.
> 
> "Indonesia tak punya hak mengklaim kepemilikan wayang kulit karena
dia dibawa oleh penguasa Hindu Sri Wijaya di abad ketujuh dan kesenian
itu menyebar di Langkasuka (Kedah), Palembang, Batavia dan Temasik,"
kata Rais.
> 
> "Jika Indonesia ingin menggugat masalah ini, dia akan menghadapi
jalan buntu dan akan berdampak pada hubungan Malaysia-Indonesia," kata
dia.
> 
> | BERNAMA | THE STAR | IWANK
>


Kirim email ke