Penulis : Al-Ustadz Abu Abdillah Abdurrahman Mubarak
Makna Thaghut
"Pemerintah itu thaghut." Ungkapan seperti ini mungkin pernah kita dengar.
Mengapa ada sebagian orang yang menyebut pemerintah sebagai thaghut? Menurut
mereka, pemerintah adalah thaghut karena tidak menerapkan hukum Islam. Benarkah
demikian? Simak bahasan berikut supaya kita tidak terjatuh dalam pemahaman yang
salah tentang thaghut.
Dakwah semua Rasul yang Allah Subhanahu wa Ta’ala utus adalah menyeru umatnya
untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengkufuri thaghut. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُوْلاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ
وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ
"Dan telah kami utus seorang Rasul pada setiap umat, (untuk menyeru):
‘Beribadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah oleh kalian thaghut’." (An-Nahl:
36)
Kufur kepada thaghut adalah syarat sahnya ibadah seseorang, sebagaimana wudhu
merupakan syarat sah shalat.
Pengertian Thaghut
Secara bahasa, kata ini diambil dari kata طَغَى, artinya melampaui batas.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ
"Sesungguhnya ketika air melampaui batas, Kami bawa kalian di perahu."
(Al-Haqah:11)
Adapun menurut istilah syariat, definisi yang terbaik adalah yang disebutkan
Ibnul Qayyim: "(Thaghut) adalah setiap sesuatu yang melampui batasannya, baik
yang disembah (selain Allah Subhanahu wa Ta'ala), atau diikuti atau ditaati
(jika dia ridha diperlakukan demikian)."
Ibnul Qayyim berkata:
"Jika engkau perhatikan thaghut-thaghut di alam ini, tidak akan keluar dari
tiga jenis golongan tersebut."
Definisi lain, thaghut adalah segala sesuatu yang diibadahi selain Allah (dalam
keadaan dia rela).
Wajibnya Mengingkari Thaghut
Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan kepada seluruh hamba-Nya untuk mengkufuri
thaghut dan beriman kepada Allah. Dasarnya adalah:
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Rasul-Nya untuk mendakwahkan masalah ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُوْلاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ
وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ
"Dan telah kami utus pada setiap umat seorang Rasul, (yang menyeru
umatnya):Beribadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah oleh kalian thaghut."
(An-Nahl: 36)
2. Kufur kepada thaghut merupakan syarat sah iman, sehingga tidak sah iman
seseorang hingga mengingkari thaghut.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ
بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى
"Barangsiapa yang kufur kepada thaghut dan beriman kepada Allah maka dia telah
berpegang dengan tali yang kokoh." (Al-Baqarah: 256)
3. Karena ini terkandung dalam lafadz Laa ilaha illallah. Ilallah adalah iman
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kufur kepada thaghut. Laa ilaha menafikan
semua peribatan kepada selain Allah. Laa ilaha illallah menetapkan ibadah hanya
untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Bentuk Pengingkaran terhadap Thaghut
Para ulama menerangkan bahwa mengkufuri thaghut terwujud dengan enam perkara
yang ditunjukkan oleh Al-Qur`an:
1. Meyakini batilnya peribadatan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Meninggalkannya dan meninggalkan peribadahan kepada selain Allah Subhanahu
wa Ta’ala dengan hati, lisan, dan anggota badan.
3. Membencinya dengan hati dan mencercanya dengan lisan. Cercaan dengan lisan
yaitu dengan cara menunjukkan dan menerangkan bahwa sesembahan selain Allah
adalah batil dan tidak bisa memberikan manfaat.
4. Mengkafirkan pengikut dan penyembah thaghut.
5. Memusuhi mereka dengan dzahir dan batin, dengan hati dan anggota badan.
6. Menghilangkan sesembahan-sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
tangan, jika ada kemampuan.
Keenam perkara ini telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan kita
diperintahkan untuk meneladani beliau. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ
"Telah ada bagi kalian teladan yang baik pada diri Ibrahim dan orang-orang yang
bersamanya." (Al-Mumtahanah: 4)
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam meyakini batilnya peribadahan kepada selain Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ إِبْرَاهِيْمَ. إِذْ قَالَ لأَبِيْهِ وَقَوْمِهِ مَا
تَعْبُدُوْنَ. قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِيْنَ. قَالَ
هَلْ يَسْمَعُوْنَكُمْ إِذْ تَدْعُوْنَ. أَوْ يَنْفَعُوْنَكُمْ أَوْ يَضُرُّوْنَ
"Bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapak dan
kaumnya: ‘Apakah yang kalian sembah?’ Mereka berkata: ‘Kami menyembah patung
dan kami akan terus mengibadahinya.’ Maka Ibrahim berkata: ‘Apakah
(patung-patung tersebut) mendengar ketika kalian berdoa? Apakah dia bisa
memberikan manfaat atau menimpakan mudarat?’." (Asy-Syua’ara`: 69-73)
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam meyakini batilnya sesembahan mereka, bahwa
sesembahan mereka tidak bisa memberikan manfaat atau menimpakan mudarat.
Beliau meninggalkan serta menjauhi sesembahan mereka kemudian hijrah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِيْنِ
"(Ibrahim) berkata: ‘Aku akan pergi kepada Rabbku, dan Dia akan memberikan
hidayah kepadaku’." (Ash-Shaffat: 99)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Ibrahim:
إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُوْنَ. إِلاَّ الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ
سَيَهْدِيْنِ
"Aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali Dzat yang telah
menciptakanku karena sungguh Dia akan memberikan hidayah kepadaku."
(Az-Zukhruf: 26-27)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman tentang Ibrahim ‘alaihissalam:
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ وَأَدْعُو رَبِّي
"Aku akan menjauhi kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah, dan aku akan
berdoa kepada Rabbku." (Maryam: 48)
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam membenci sesembahan mereka dengan hatinya dan
menjelekkannya dengan lisan, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala kabarkan
bahwa Ibrahim berkata:
أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ
"Celakalah kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah." (Al-Anbiya`: 67)
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mengingkari mereka dan mengabarkan bahwa mereka
adalah kafir serta mengumumkan bahwa ia berlepas diri dari mereka, sebagaimana
Allah Subhanahu wa Ta’ala kabarkan dalam surat Al-Mumtahanah:
كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ
أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللهِ وَحْدَهُ
"Kami ingkar terhadap kalian, dan telah tampak antara kami dan kalian
permusuhan dan kebencian, hingga kalian beriman kepada Allah saja."
(Al-Mumtahanah: 4)
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam memusuhi mereka dan menghancurkan sesembahan mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلاَّ كَبِيْرًا لَهُمْ
"(Ibrahim) menjadikannya hancur berkeping-keping kecuali patung yang
terbesar...." (Al-Anbiya`: 58)
Tokoh-tokoh Thaghut
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullahu berkata:
"Tokoh thaghut ada lima: Iblis la’natullah ‘alaih, orang yang disembah dan dia
ridha diperlakukan demikian, orang yang menyeru orang lain agar menyembah
dirinya, orang yang mengaku mengetahui ilmu ghaib, dan orang yang berhukum
selain dengan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala."
1. Iblis, yaitu setan yang terkutuk dan dilaknat. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman tentangnya:
وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
"Sesungguhnya laknat-Ku atas kalian sampai hari kiamat." (Shad: 78)
Awalnya Iblis bersama malaikat, tetapi enggan bersujud kepada Adam
‘alaihissalam. Ketika diperintah untuk sujud kepada Adam ‘alaihissalam itulah
tampak kesombongan Iblis.
2. Seorang yang disembah dalam keadaan ridha.
Adapun yang orang yang tidak ridha disembah bukanlah thaghut.
3. Orang yang menyeru orang lain untuk menyembah dirinya.
Dia termasuk thaghut, baik ada orang lain yang mengikuti dakwahnya ataupun
tidak. Dia sudah menjadi thaghut dengan semata menyeru orang untuk menyembah
dirinya. Termasuk dalam golongan ini adalah Fir’aun dan syaikh-syaikh tarekat
Sufi yang menyeru pengikutnya untuk menyembah mereka.
4. Orang yang mengaku mengetahui sesuatu tentang ilmu ghaib.
Karena ilmu ghaib (yang mutlak) adalah kekhususan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ
"Katakanlah, tidak ada yang mengetahui perkara ghaib di langit dan bumi kecuali
Allah…" (An-Naml: 65)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
مِفْتَاحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ اللهُ؛ لاَ يَعْلَمُ أَحَدٌ
مَا يَكُوْنُ فِي غَدٍ، وَلاَ يَعْلَمُ أَحَدٌ مَا يَكُوْنُ فِي اْلأَرْحَامِ،
وَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا، وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ
أَرْضٍ تَمُوْتُ، وَمَا يَدْرِي أَحَدٌ مَتَى يَجِيْءُ الْمَطَرُ
"Kunci-kunci perkara ghaib ada lima, tidak ada yang mengetahuinya kecuali
Allah: Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi besok; Tidak ada
seorangpun yang tahu apa yang ada di dalam rahim-rahim; Suatu jiwa tidak
mengetahui apa yang akan ia lakukan besok; Dan tidak mengetahui di negeri mana
dia akan mati; Tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan hujan turun." (HR.
Al-Bukhari, Kitabul Jum’ah, Bab LaYadri Mata Yaji`ul Mathar illallah)
Maka barangsiapa mengaku mengetahui perkara ghaib berarti telah kafir, karena
telah mendustakan apa yang telah diterangkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
Rasul-Nya.
Termasuk golongan thaghut yang keempat adalah tukang sihir dan dukun-dukun.
5. Orang yang berhukum dengan selain hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Berhukum dengan hukum yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan termasuk Tauhid
Uluhiyyah dan meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah hakim yang
sebenar-benarnya adalah termasuk Tauhid Rububiyah. Oleh karena itu, Allah
Subhanahu wa Ta’ala menyebut orang yang diikuti oleh pengikut mereka -dalam hal
yang menyelisihi apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan- sebagai rabb bagi
pengikut mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُوْنِ اللهِ
"Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan tukang ibadah mereka sebagai Rabb selain
Allah..." (At-Taubah: 31)
Berhukum dengan selain hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa termasuk kufur
akbar yang mengeluarkan seorang dari Islam, dan bisa pula kufur ashgar yang
tidak mengeluarkan seseorang dari Islam. Hal ini sesuai dengan keyakinan
pelakunya. Karena, orang yang berhukum dengan selain hukum Allah Subhanahu wa
Ta’ala ada beberapa jenis:
1. Orang yang berhukum dengan selain hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala karena
merendahkan dan membenci hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini termasuk
kufur akbar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
"Hal itu karena mereka membenci apa yang Allah turunkan maka Allah menggugurkan
amalan mereka." (Muhammad: 9)
2. Orang yang berhukum dengan selain hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan
keyakinan bahwa hukum selain Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih afdhal dan lebih
baik dari hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inipun kufur akbar yang bisa
mengeluarkan pelakunya dari Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوْقِنُوْنَ
"Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada hukum Allah, bagi orang-orang yang
yakin?"(Al-Ma`idah: 50)
3. Orang yang berhukum dengan selain hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
keyakinan bahwa hukum selain Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut sama dengan
hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inipun kufur akbar.
4. Orang yang berhukum dengan selain hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala karena
meyakini tentang boleh dan halalnya berhukum dengan selain hukum Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Inipun pelakunya kafir, karena telah menghalalkan apa yang
Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan.
5. Orang yang berhukum dengan selain hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam
keadaan masih meyakini bahwa hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih afdhal, dan
tidak menyamakan hukum selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hukum-Nya,
bahkan ia mengatakan bahwa hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih afdhal dan
lebih tinggi. Dia tidak menghalalkan tindakan berhukum dengan selain hukum
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya saja dia berhukum dengan selain hukum Allah
Subhanahu wa Ta’ala semata karena syahwat, jabatan, dan kepentingan pribadi,
dalam keadaan yakin bahwa dirinya salah dan sedang berbuat maksiat. Yang
semacam ini termasuk kufur ashgar, pelakunya tidak keluar dari Islam. Inilah
yang ditafsirkan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma.
Inilah macam-macam thaghut di alam ini. Jika engkau mengamatinya dan mengamati
keadaan manusia, engkau akan lihat kebanyakan manusia telah berpaling dari
ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala menuju ibadah kepada thaghut. Mereka
berpaling dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya menuju
ketaatan kepada thaghut dan mengikutinya.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufiq-Nya kepada kaum
muslimin untuk mengkufuri thaghut dan mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan upaya terpenting untuk mendapatkannya adalah dengan menyebarkan dakwah
tauhid kepada umat ini.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Sumber: Majalah Asysyariah.
Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang!
http://id.mail.yahoo.com
--
Anda menerima E-Mail ini karena Anda tergabung dalam Google Groups yaitu
"Media Muslim Group". (Group Situs http://www.mediamuslim.info dan
http://www.kisahislam.com). Kirim artikel, pendapat/opini, informasi dan
lain-lainnya ke mediamusliminfo@googlegroups.com
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perhatian: Setiap Content ataupun Tulisan yang ada pada email ini bukanlah
menggambarkan http://www.mediamuslim.info karena hal tersebut merupakan
apresiasi setiap members groups yang tidak mungkin kami perhatian
satu-per-satu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Untuk Keterangan lebih lanjut kunjungi
http://groups.google.com/group/mediamusliminfo
Dan jangan lupa kunjungi http://www.mediamuslim.info dan
http://www.kisahislam.com