Kami Menunggu Fatwa Ulama untuk Umara (para penguasa negeri)

Fatwa Al Bani tentang Palesitna
http://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2010/06/fatwa_albani_palestina.pdf

Fatwa Abdul Aziz tentang Palestina
http://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2010/06/fatwa_abdulaziz_palestina.pdf

Tetapi belum ada fatwa Ulama kepada Umara (Penguasa Arab Saudi dan para 
pemimpin negeri muslim lainnya) untuk bersatu padu membebaskan Palestina dari 
penjajah brutal agar saudara-saudara kita di Palestina  mendapatkan kemerdekaan 
!

Dalam Islam, para ulama mendapatkan kedudukan yang sangat terhormat sekali. 
Diantaranya adalah apa yang disebutkan Allah swt dalam salah satu firman-Nya :

" Wahai orang-orang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rosul-Nya 
dan ulil amri di antara kamu " (QS An Nisa' : 59 )

Dalam ayat tersebut, Allah swt memerintahkan orang-orang yang beriman untuk 
mentaati Allah , Rosul-Nya dan ulil amri. Hanya saja ketaatan kepada Allah dan 
Rosul-Nya adalah ketaatan mutlak, sedangkan ketaaatan kepada ulil amri 
tergantung kepada ketaatan mereka kepada Allah dan Rosul-Nya.

Adapun maksud dari ulil amri dalam ayat tersebut menurut Ibnu Abbas ra, 
sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Thobari dalam tafsirnya adalah para pakar 
fiqh dan para ulama yang komitmen dengan ajaran Islam.
Sedangkan Ibnu Katsir berpendapat bahwa ulil amri di atas mencakup para ulama 
dan umara ( pemimpin/penguasa ).

Ini sesuai dengan apa yang kita dapati dalam perjalanan sejarah Islam pertama, 
bahwa Rosulullah saw adalah sosok ulama dan umara sekaligus. Begitu juga para 
khulafa' rasyidin sesudahnya : Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali, begitu juga 
beberapa khalifah dari bani Umayah dan bani Abbas.

Namun dalam perkembangan sejarah Islam selanjutnya, sangat jarang kita dapatkan 
seorang pemimpin negara yang benar-benar paham terhadap Islam. Dari sini, 
mulailah terpisah antara ulama dan umara.

Dalam posisi seperti ini, manakah yang harus kita taati terlebih dahulu, ulama 
atau umara ?

Kalau kita perhatikan ayat di atas secara seksama, akan kita dapati bahwa 
ketaatan kepada ulil amri tergantung kepada ketaatan mereka kepada Allah dan 
Rosul-Nya.

Sedang orang yang paling mengetahui tentang perintah Allah dan Rosul-Nya adalah 
para ulama, dengan demikian ketaatan kepada para ulama didahulukan daripada 
ketaatan kepada umara, karena umara sendiri wajib mentaati ulama yang komitmen 
dengan ajaran Islam.

Jelaslah masalahnya, bagaimana Umara (para penguasa) mentaati Ulama, karena 
Ulama tidak mengeluarkan nasehat atau fatwa untuk Umara.

Ulama mempunyai "kekuasaan" untuk mengeluarkan nasehat ataupun fatwa untuk 
penguasa/pemimpin/umara. Jika ulama dengan kekuasaan yang ada pada mereka 
sehingga "membiarkan" kezaliman berlangsung di muka bumi, maka para pembaca 
tentu paham akibat yang akan ditanggung mereka di akhirat nanti.

Kami yang lemah ini hanya sanggup demonstrasi atau sekedar menulis atau 
menyatakan pendapat bahwa kami muslim dan umat muslim di Palestina adalah 
saudara-saudara muslim kami (mereka bukan orang sesat apalagi kaum kafir)  
serta kami menginginkan saudara-saudara muslim kami di Palestina untuk 
mendapatkan kemerdekaan mereka, dan itupun sesuai dengan pembukaan UUD negeri 
kami,

"Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, 
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan 
perikemanusiaan dan peri-keadilan"

."...membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa 
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut 
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan...."

Kami sedang bersedih karena penguasa negeri kami tidak amanah, tidak peduli 
dengan pembukaan UUD yang telah diletakkan oleh para pendiri negeri ini dan 
para pejuang/mujahid,  dengan darah dan nyawa mereka.  Apalagi perbuatan atau 
kebijkan penguasa negeri kami, jika diperiksa dengan landasan Al-Qur'an dan 
Hadits,  belum banyak  memenuhi perintah Allah maupun sunnah Nabi.

Kami menyakini hadits bahwa ada larangan untuk memberontak / memerangi / 
menggulingkan pemimpin yang muslim (selama mereka masih sholat) walaupun mereka 
jahat / tidak adil / zalim

Namun disisi lain ada anjuran dari Rasulullah bagaimana menghadapi pimpinan 
yang jahat/tidak adil/zalim yakni,
"Barangsiapa yang benci (terhadap kejahatan/kezaliman pimpinan tersebut) 
sungguh ia telah berlepas diri dan barangsiapa yang mengingkari sungguh ia 
telah selamat, akan tetapi barangsiapa yang ridha dan mengikuti (kejahatan 
penguasa) maka orang itu bersalah / berdosa pula".

Wassalam

Zon di Jonggol
http://mutiarazuhud.wordpress.com

Kirim email ke