Dear nakita-ers,
Kemampuan
berbahasa ini dipengaruhi oleh kematangan otak (khususnya limbik otak
bahasa) dan pembentukan lingkungan terutama yang paling menentukan
adalah orangtua. Semakin banyak orangtua memberikan stimulus kepada
anak, maka efeknya akan berbanding lurus, anak akan semakin kaya
kosakata.
Semoga artikel ini membantu
Salam,
Uttiek
MEMAHAMI BAHASA SI BATITA
"Bun,
num...," tahukah Anda maksud ucapan si batita ini? Atau ketika ia
berkata, "Co jangan mam, Yah...," apa yang terlintas di kepala Anda?
M
emang tak mudah untuk memahami bahasa si batita, tetapi bukan berarti
kita tak dapat belajar mengenal maknanya. Asal tahu saja, sejak awal
usia batita, anak mulai mampu mengucapkan sebuah kata yang mempunyai
arti. Persoalannya, si anak belum bisa mengucapkan kata tersebut dengan
artikulasi yang baik seperti halnya orang dewasa. Makanya tak heran
jika pengucapannya sering kali sepotong-sepotong, misalnya "minum" jadi
"num" atau "pergi" jadi "gi", dan lainnya.
Kemampuan berbahasa ini
dipengaruhi oleh kematangan otak (khususnya limbik otak bahasa) dan
pembentukan lingkungan terutama yang paling menentukan adalah orangtua.
Semakin banyak orangtua memberikan stimulus kepada anak, maka efeknya
akan berbanding lurus, anak akan semakin kaya kosakata. Jadi, semakin
sering orangtua menanggapi ajakan anak berkomunikasi dan mengenalkan
banyak konsep, juga benda, otomatis perkembangan bahasanya akan semakin
maju.
Yang juga penting disadari,
dalam rentang perkembangan seorang anak terdapat masa peka, termasuk
masa peka perkembangan bahasa. Hanya di masa peka inilah, istilahnya
dengan sekali sentuhan saja, apa yang kita tanam langsung berbuah.
Sebaliknya, jika masa peka perkembangan bahasa ini terlewatkan begitu
saja, maka orangtua akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan anak
dengan kemampuan berbahasa yang prima. Lantas, bagaimana cara
mengetahui masa peka tersebut? Jawabannya, hanya orangtua yang selalu
berinteraksi dan memiliki kedekatan dengan anak yang mengetahuinya.
TAHAPAN
PERKEMBANGAN BAHASA
* Usia 1 tahun:
Anak berada pada tahap linguistic
speech yang sangat sederhana dan satu kata bisa mewakili banyak
pemikiran lengkap. Anak sudah bisa mengucapkan satu atau dua kata,
tetapi cuma sepotong, dan sepotong kata itu bisa punya arti panjang.
Contoh, saat anak bilang "bun" dengan maksud Bunda, artinya mungkin
saja, "Aku ingin digendong," atau "Aku ingin ikut jalan-jalan bersama
bunda."
* Usia 2 tahun:
Sekalipun masih mirip dengan
kemampuan di usia satu tahun, tetapi di usia ini anak sudah mampu
menggabungkan dua kata atau lebih menjadi satu kalimat yang bermakna
dan berarti. Contohnya, "Minum susu," atau "Pergi sana," hingga "Tidak
susu. Putih saja."
* Usia 3 tahun:
Anak sering melakukan hal yang
sangat menarik perhatian karena ia tengah memasuki tahap membangkang,
yaitu melakukan yang dilarang dan tidak melakukan yang diizinkan. Tak
heran jika dalam perkembangan bahasanya, anak senang mengatakan sesuatu
yang membuat orangtua cemas dan malu, seperti "bego", "mampus", dan
kata-kata kasar lainnya. Apalagi jika ditunjang dengan seringnya
orangtua melarang anak mengucapkan kata-kata tersebut tanpa penjelasan
yang tepat. Belum lagi kosakata yang diperolehnya di usia ini semakin
banyak dan tidak melulu hanya dari orangtua.
Selain itu, mulai usia ini
juga umumnya anak mengeluarkan kalimat yang kadang terdengar janggal
karena susunan kata-katanya tidak tepat alias terbalik-balik, sehingga
apa yang diucapkannya tidak sesuai dengan maksud si anak.
Walaupun begitu, orangtua tak
perlu cemas. Hal ini wajar terjadi pada batita, karena:
* Anak pertama
kali baru bisa bicara menyambungkan lebih dari satu hingga dua kata
hingga membentuk sebuah kalimat yang berarti.
* Anak pertama kali baru bisa
berkomunikasi dengan orang lain melalui bahasa yang mempunyai arti dan
bisa dipahami.
* Anak banyak
mempunyai kosakata untuk dijadikan sebuah kalimat yang digunakannya
saat berkomunikasi.
* Anak mulai
memeroleh banyak informasi kata dan kalimat baru yang menarik.
* Kemampuan
mengolah kata dalam bentuk kalimat hingga menjadi sebuah bahasa di
otaknya masih sangat terbatas.
* Pengalaman
berbahasanya masih sangat minim.
CARA
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BAHASA
Jika cara-cara di bawah ini
dilakukan secara terus-menerus dan konsisten, maka anak akan
termotivasi untuk terus mengembangkan kemampuannya berbahasa dan
berkomunikasi dan baik. Inilah beberapa hal yang penting diperhatikan
orangtua saat berkomunikasi dengan si batita:
·
Gunakan bahasa yang benar, bukan baby talk seperti, "Oh, mau
mimi cucu, ya," tapi, "Oh, mau minum susu, ya?"
·
Gunakan kalimat dan kata yang tidak bermakna ganda. Contoh, "Jangan ke
sana, bahaya!" Ingat, ke sana itu bisa berarti ke luar rumah, ke tempat
cucian, ke dapur, dan ke banyak tempat lainnya. Lebih baik, katakan,
"Jangan ke dekat kompor menyala, bahaya!"
·
Gunakan selalu kalimat pendek.
·
Hindari kata-kata kotor dan kasar jika tak ingin anak menirunya.
·
Karena anak masih belajar, orangtua sebaiknya melantunkan bahasa dengan
jelas, tidak cepat-cepat dan dengan gerak mulut (bibir dan lidah) yang
tegas sehingga mudah dikenali dan diikuti anak.
·
Jika menemukan kesalahan pada kata/kalimat dalam bahasa anak, segera
luruskan dengan cara mengulang ucapannya secara benar.
5
"MASALAH" BAHASA & SOLUSINYA
1. Bicara terbalik-balik
Contoh, si kecil mengatakan,
"Co jangan mam, Yah." Orangtua tinggal meluruskan dengan mengucapkan
kalimat yang sama dan arti yang sama tapi susunannya benar, "Ayah
jangan makan bakso ini." Dilanjutkan dengan memberikan jawaban, "Oke,
Ayah tidak makan bakso ini." Bisa juga dilanjutkan, "Bakso ini punyamu,
ya."
Jangan sekali-kali mengatakan
ucapannya itu salah, "Salah itu. Yang benar seperti ini..." misalnya.
Ingat, di usia batita, anak "hobi" membangkang (tahap negativistik),
sehingga bisa terjadi si kecil malah akan terus mengulang yang salah.
"Kenapa juga harus kayak
gitu. Intinya, kan bisa dimengerti," begitu batin si anak.
Jika dibiarkan, bahasa anak
akan berkembang ke arah yang tidak tepat, membingungkan, sehingga tidak
dipahami lingkungan dan menyulitkannya dalam bersosialisasi. Mungkin
juga, anak akan mengalami disleksia, meskipun perjalanan sampai ke situ
jauh sekali. Yang pasti, sesuatu yang salah jika dibiarkan akan membawa
efek tak baik.
2.
Bicara kasar atau jorok
Tak jarang kita mendengar anak
batita mengatakan kalimat kasar seperti, "Bego lu" atau "Mampus lu".
Bisa jadi kata-kata kasar itu diperolehnya dari lingkungan bermain.
Ketika orangtua tidak dapat mengawasi anak terus-menerus, tentu tak ada
jaminan anak terhindar dari contoh kata-kata seperti itu, bukan?
Karenanya, diperlukan
perhatian orangtua agar anak mengurangi pengucapan kata-kata tersebut
dan tidak menjadikannya kebiasaan. Namun, jangan sekali-kali memvonis
bahwa anak kasar, nakal, atau jorok, sekalipun kata-kata tidak sopannya
dilontarkan di muka umum. Siapa tahu anak melakukan itu karena senang
pada bunyinya, sementara ia belum tahu arti dan maknanya secara pasti.
Hanya saja, tidak tertutup
kemungkinan anak mengucapkan kata-kata kasar atau kotor sebagai
ungkapan kekesalan atau kemarahan. Bila demikian, orangtua mesti
mengajarkan cara menyalurkan rasa marah dan kesal yang dapat diterima
orang lain. Jangan lupa, jelaskan alasannya seperti, "Adek, ucapanmu
itu bisa membuat orang lain sedih, lo." Atau, "Kalau dikatain
bego, apa kamu juga mau? Sedih enggak? Orang lain juga sama."
Untuk anak yang belum tahu
arti kata kasar dan kotor yang ia ucapkan, jelaskan makna yang
sebenarnya, "Ade, tai itu kan kotoran yang keluar kalau kita pup. Jadi
tidak baik diungkapkan pada orang lain."
Tetapi jika ucapannya
menggambarkan kondisi nyata apa adanya, semisal, "Enggak mau, Om bau,"
karena si om habis berolaraga dan badannya bau keringat, tentu tidak
apa-apa dan anak tak bisa disalahkan.
3. Salah makna kata atau kalimat
Sekalipun anak usia ini sudah
mampu merangkaikan lebih dari 3 kata menjadi sebuah kalimat, akan
tetapi sering kali kalimat tersebut maknanya salah. Bahkan tak jarang,
satu kalimat yang diucapkan anak mempunyai arti yang bejibun,
seperti "Bun, mam susu, lapar."
Kondisi ini terjadi karena
keterbatasan kemampuan anak untuk menggunakan kosakata yang ada di
memorinya menjadi sebuah kalimat seperti yang diinginkannya. Yang harus
dilakukan orangtua adalah segera meluruskannya detik itu juga, "Adek
haus atau lapar? Setelah mendapat jawaban, katakan lagi, "Oh, Adek
lapar. Jadi ingin makan, ya."
4. Cadel.
Biasanya anak batita cadel
saat mengucapkan bunyi: R jadi L, K jadi D, dan S dengan T sering
terbalik-balik. Tetapi tiap anak variasinya berbeda-beda, lo.
Cadel terjadi bisa karena
kurang matangnya koordinasi bibir dan lidah. Orangtua harus meluruskan
dengan cara menuntun anak melafalkan yang benar seperti apa. Tetapi
ingat, orangtua tak boleh memaksakan anak harus langsung bisa, apalagi
jika saat itu belum tiba waktunya kematangan untuk mampu melakukan hal
tersebut. Pemaksaan hanya membuat anak jadi stres, sehingga akhirnya
dia malah mogok berusaha meningkatkan kemahiran berbahasanya.
Sebaliknya jika dibiarkan
saja, mungkin anak akan terus berada dalam kecadelannya, sehingga akan
semakin sulit diluruskan kalau dia sudah lewat masa tune in dalam
proses kematangannya.
Sedangkan, cadel karena
kelainan fisiologis semisal lidahnya pendek, tak punya anak tekak, atau
langit-langitnya cekung. Penanganannya tentu harus dibawa ke dokter.
5. Mengucapkan
hanya ekornya saja.
Yang ini memang sering terjadi
pada anak batita. Contoh, "minum" jadi "num", "pergi" jadi "gi",
"minta" jadi "ta", "mau" jadi "u", dan seterusnya. Kalau melihat logika
dari teori barang masuk ke kotak, di situ jelas terlihat, barang yang
masuk terakhir pasti akan jadi terdepan atau lebih dulu yang kita
lihat. Nah, seperti itu pula yang terjadi pada seorang anak. Belum
lagi, kemampuan otaknya untuk menangkap, mencerna, dan mengeluarkan apa
yang dia miliki masih dalam tahap belajar. So,
wajar dong kalau masih suka tersendat-sendat.
Gazali Solahuddin.
Ilustrator: Pugoeh
Narasumber:
Ira Puspita, MSi.,
Pembantu Dekan I Bidang Akademik,
Universitas Gunadarma, Depok
|
=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+
Mailing List Nakita
milis-nakita@news.gramedia-majalah.com
Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------
untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]
untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]
|