Bagi yang ingin mengadukan acara SmackDown di Lativi
yang ditayangkan Minggu Siang bisa mengadu ke KPI
(Komisi Penyiaran Indonesia)

Alamat KPI  
Gedung Sekretariat Negara, Lantai VI
Jl.Gajah Mada No.8, Jakarta 10120
Indonesia
Telp. 021-6340713
Fax. 021-6340667, 6340679 

atau klik:
http://www.kpi.go.id/index.php?categoryid=27

Regards,

-----Original Message-----
From: milis-nakita@news.gramedia-majalah.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of nina kamila
Sent: Thursday, November 23, 2006 7:11 PM
To: milis-nakita List Member
Subject: [milis-nakita] Concern Smack Down {03}



--- [EMAIL PROTECTED] wrote:

> Mbak, saya juga prihatin.......memang orang-orang
> itu tidak peduli....yang 
> penting uang masuk kantong mereka....tapi moral
> tidak ada.....dipikirnya 
> anak kecil bisa memilih.....tapi kita yang dewasalah
> yang seharusnya 
> bijaksana......
> Saya sendiri ngeri kalau lihat acara Smack
> Down.....jangankan smack 
> down....film robot-robotan ataupun putri barbie pun
> sering ditiru oleh 
> anak-anak, .......Smack Down memang sangat tidak
> pantas.... 
> Sulit memang kalau negara yang tidak punya
> hukum...di sisi lain manusianya 
> juga banyak yang tidak bermoral dan tidak tahu
> diri.......
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> "Rosa E. Saad" <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent by: milis-nakita@news.gramedia-majalah.com
> 23/11/2006 01:53 PM
> Please respond to milis-nakita
> 
>  
>         To:     "milis-nakita List Member"
> <milis-nakita@news.gramedia-majalah.com>
>         cc: 
>         Subject:        [milis-nakita] Concern Smack
> Down {01}
> 
> 
>  
> Dear nakita-ers, 
>  
> Saya mau sharing keprihatinan saya ttg acara Smack
> Down di televisi.
>  
> Berita yang terlampir dibawah ini mungkin baru
> sebagian kecil dari 
> kejadian-kejadian disekitar kita yang pemicunya
> adalah tontonan 'hiburan' 
> yang menggunakan kekerasan itu.
>  
> Apalagi saya pernah lihat presenter program itu
> membawakan acara dengan 
> didampingi anak-anak, yang memberikan kesan
> seolah-olah acara itu memang 
> untuk anak-anak.
>  
> Seperti mbak Nina yang beberapa waktu lalu kawatir
> dengan iklan 'Stunt 
> City', saya juga jadi bertanya-tanya, apa ya yang
> bisa kita - sebagai 
> orangtua - lakukan untuk hal-hal seperti ini?
>  
> Salam dari yang lagi prihatin,
> Mamanya Reza & Lukman
> Dari website koran Republika:
>
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=272629&kat_id=3
>  
> Rabu, 22 Nopember 2006
> 
> Dengan 'SmackDown', Bocah Bergadai Nyawa 
> 
> 
> 
> Tubuh pria kekar itu dihiasi tato. Panggilannya, The
> Undertaker. Lawannya 
> tak kalah kekar. Otot-otot menyembul di hampir
> seluruh bagian tubuhnya. 
> Lelaki yang memiliki sebutan Triple H itu bergumul
> dengan si Undertaker. 
> Adu jotos, saling banting dilakukan kedua pegulat
> itu di atas ring. 
> Tiba-tiba, tangan Undertaker menggenggam leher
> lawannya. Bak kapas, badan 
> Triple H diangkat dengan satu tangan. Tak lama
> kemudian, tubuh Triple H 
> dihempaskan ke atas kanvas ring. Penonton pun
> bersorak riang. 
> Kekerasan memang sarat dalam setiap adegan tayangan
> gulat luar negeri yang 
> biasa disebut SmackDown itu. Bahkan, bisa dibilang,
> kekerasan yang dilakukan kerap bernuansa 
> ekstrem. Sang lawan memang terlihat kesakitan. Tapi,
> dia tak apa-apa --tak 
> ada tandu yang diperlukan untuk melarikannya ke
> rumah sakit. Tak jarang 
> pula, beberapa alat seperti kursi, kayu, hingga palu
> juga digunakan oleh 
> petarung untuk segera memenangkan pertandingan.
> Banyak penonton tidak 
> menyadari bahwa semua ini hanyalah trik pertunjukan
> televisi untuk meraih rating tinggi. 
> Hal itu pula yang tidak disadari oleh Restu, Iyo,
> dan Ii, warga Kompleks 
> Banda Asri, Desa Banda Asri, Kecamatan Cangkuang,
> Kabupaten Bandung. 
> Adegan-adegan dalam SmackDown itu oleh siswa-siwa
> SMP ini ditiru dan dipraktikkan. 
> Sebagai lawan, mereka memilih Reza Ikhsan Fadillah
> (9 tahun), tetangga 
> mereka. Tubuh kecil siswa kelas III SD Cincin I itu
> mereka banting. 
> Kepalanya dihujamkan ke atas lantai. Tangannya
> ditekuk, meski Reza 
> mengaduh kesakitan. 
> ''Karena menirukan adegan SmackDown, anak saya
> meninggal,'' kata Herman Suratman (53). Menurut
> Herman, satu 
> pekan sebelum Hari Raya Idul Fitri lalu, Reza
> mengeluhkan tangan kirinya 
> terasa sakit hingga sulit digerakkan. Tapi, Reza
> tidak mengaku penyebab 
> sakit itu. 
> Tapi, selama satu pekan, rasa sakit itu semakin
> menjadi. Pada Rabu 
> (25/10), satu hari setelah Idul Fitri, Herman
> melarikan anaknya ke Rumah 
> Sakit Daerah (RSD) Soreang. Tapi, RSD Soreang
> mengaku tidak memiliki 
> peralatan memadai.
> Reza dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS).
> Dari hasil rontgen, 
> diketahui tulang pangkal lengan kiri Reza terpisah.
> Urat di tangan kirinya 
> pun diketahui terjepit tulang. Selain itu, Reza juga
> mengalami cedera di 
> bagian dalam kepala. 
> Reza lalu dirawat di Pediatric Intensive Care Unit
> (PICU) sebelum 
> dipindahkan ke ruang ICU RSHS. Selama sepekan hingga
> Kamis (2/11). ''Tapi, 
> karena tidak sembuh juga, saya memaksa membawa Reza
> ke Cianjur, ke tukang 
> urut tulang,'' ujar Herman.
> Kondisi Reza mulai membaik. Tapi, itu tidak lama.
> beberapa hari kemudian, 
> kondisi Reza kembali parah. Saat teman-teman Reza
> menengok ke rumah, 
> Herman baru mengetahui bahwa penyebab sakitnya Reza
> adalah adegan SmackDown yang dipraktikkan Restu,
> Iyo, dan Ii. 
> Menurut Herman, ketiga anak itu sudah mengakuinya.
> Pada hari itu juga, 
> Rabu (15/11), Herman langsung melaporkan ketiga anak
> itu ke polisi. Tapi, 
> dia tak bisa terlalu memerhatikan hasil penyelidikan
> polisi. Pada Kamis 
> (16/11), kondisi Reza bertambah parah. ''Reza
> meninggal dalam pangkuan 
> saya,'' ujar pria ini dengan berlinang air mata. 
> Atas kejadian ini, Herman telah meminta kepada Ketua
> DPRD Kabupaten 
> Bandung, Agus Yasmin, dan Bupati Bandung, Obar
> Sobarna, untuk menyurati Lativi, yang menayangkan
> tayangan SmackDown ini. 
> Dia mengaku enggan jika harus menuntut Lativi.
> Pasalnya, kalaupun gugatannya dimenangkan
> pengadilan, dia hanya 
> memperoleh ganti rugi. ''Sedangkan yang saya
> khawatirkan, jangan sampai 
> anak-anak yang lain mengalami nasib serupa seperti
> Reza,'' kata dia. 
> Trauma tak hanya dialami Herman. Para pengajar di SD
> Cincin I langsung 
> melarang siswa didiknya untuk menirukan
> adegan-adegan SmackDown. ''Seruan itu kami sampaikan
> setiap pagi di setiap kelas,'' kata Kepala 
> Sekolah Cincin I, Nendi Rohendi. 
> Untuk menghapus gambaran mengenai SmackDown, pihak
> sekolah juga merazia pedagang yang kerap menjual
> gambar-gambar 
> yang ada sangkut pautnya dengan acara itu. 
> Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Bandung, Denni Rukada,
> mengatakan, program 
> acara SmackDown tidak layak ditayangkan lagi. Selain
> Reza, masih banyak anak-anak di 
> Kabupaten Bandung yang menjadi korban. ''Hampir
> setiap dua hari sekali, 
> tukang urut yang ahli membetulkan tulang, selalu
> mendapat pasien 
> anak-anak. Mereka juga menjadi korban karena bermain
> SmackDown,'' ujar dia. 
> Selain menuntut tayangan SmackDown itu dihentikan,
> Denni juga meminta petugas kepolisian untuk menyita 
> seluruh VCD ataupun DVD, serta CD playstation
> SmackDown.
> Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa
> Barat, Dadang Rahmat 
> Hidayat, mengaku sudah memberikan surat teguran
> keras kepada Lativi. ''Kami akan berusaha lebih
> intensif lagi supaya tayangan ini 
> dihentikan,'' ujar dia. 
> Menurut dia, secara substansi acara ini
> memperlihatkan tayangan yang 
> 
=== message truncated ===


Manajer Humas Lativi, Raldy Doy,mengaku sudah
mendengar kabar tewasnya bocah di Bandung yang diduga
tewas terkait dengan tayangan SmackDown itu. Menurut
dia, Lativi pun berencana mengecek kebenaran kabar
tersebut. ''Kita akan melakukan investigasi bersama
juga.'' 

Sementara itu berdasarkan keterangan tertulis melalui
surat elektronik yang dikirimkan Raldy kepada
Republika, tayangan SmackDown merupakan murni program
hiburan. Selanjutnya lagi, layaknya film atau
telenovela, SmackDown ini dilakukan sesuai skrip.
Semua omongan dan gerakan, kata dia juga, berdasarkan
skrip yang mesti dihafal. ''Sedangkan gerakan-gerakan
'kasar' yang diperlihatkan dilaksanakan terlebih
dahulu oleh para profesional yang sudah berlatih
lama.'' 

Kemudian juga, Raldy mengatakan, sebagai tindakan
preventif agar adegan di SmackDown tidak diikuti maka
host selalu menyampaikan agar jangan menirukan semua
adegan di rumah. ''Begitu juga kami menampilkan
running text serta logo 'Bimbingan Orang tua (BO)'
agar orang tua selalu mendampingi anak-anaknya saat
menonton tayangan ini,'' ujarnya. 
 
Dear all,
menanggapi perkataan Bapak Raldy Yang Terhormat dari
pihak LATIVI di atas...
...tindakan preventif agar adegan di SmackDown tidak
diikuti maka host selalu menyampaikan agar jangan
menirukan semua adegan di rumah, itu kalau kita
sebagai orang yang dewasa yang sudah mengerti, bahwa
itu BERBAHAYA, tapi untuk anak-anak? apalagi anak
sekolah dasar, bahkan Taman Kanak-Kanak.

''Begitu juga kami menampilkan running text serta logo
'Bimbingan Orang tua (BO)' agar orang tua selalu
mendampingi anak-anaknya saat menonton tayangan ini..
APAKAH kita selalu dapat mendampingi anak-anak
menonton TV, kalau kita ada di rumah, kita dapat
melarang mereka untuk menonton, dan mengambil tindakan
matikan pesawat TV!, tapi kalau saat kita sedang ada
kepentingan di luar rumah, dan anak hanya bersama
pengasuh? Walau dilarang oleh pengasuhnya karena
amanat dari kitapun, mereka anak-anak tidak perduli
lagi, karena tontonan itu mengasyikkan buat mereka. 

meminta petugas kepolisian untuk menyita 
> seluruh VCD ataupun DVD, serta CD playstation
> SmackDown
Ya , Tepat sekali tindakan itu, saya SANGAT SANGAT
SETUJU, karena ternyata anak perempuan sayapun
menyukai Smack Down, akibat suka melihat kakak
laki-lakinya main PS nya. Itulah sudah sejak beberapa
bulan lalu, saya bersikap extra keras terhadap
anak-anak, tidak memperbolehkan mereka main PS Smack
down , St andres dll yang mengandung kekerasan &
nonton acara SmackDown sama sekali tidak saya izinkan.
Karena bayang-bayang ketakutan saya, kalau sampai
terjadi hal yang tidak kita inginkan.
Nah, ternyata berita hari ini, bahwa ada yang sampai
meninggal, kayaknya memang perlu ditanggapi dengan
serius, untuk pihak LATIVI agar jangan lagi
menayangkan acara tersebut!!
Kami mohon rasa kemanusiaan PIHAK LATIVI  menghentikan
acara tersebut dalam jadwal penayangannya.Agar bangsa
kita tidak terkontaminasi dengan hal-hal yang tidak
selayaknya , bahkan merugikan dirinya dan
sekelilingnya bila terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan .Terimakasih.

wass, Nina



 
____________________________________________________________________________
________
Want to start your own business?
Learn how on Yahoo! Small Business.
http://smallbusiness.yahoo.com/r-index



=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

Mailing List Nakita
milis-nakita@news.gramedia-majalah.com

Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------

untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]

untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]


Kirim email ke