LifeStyle

Kesehatan

 

BUAH HATI ANDA, Anak Masuk Sekolah Luar Biasa? 

Senin, 10/09/2007 

 

 

 

 

                                

 

Vera Itabiliana K Hadiwidjojo Psi, psikolog anak dari Lembaga Psikologi
Terapan Universitas Indonesia, siap membantu Anda memecahkan masalah
yang dihadapi Anda dan keluarga, bersama sang buah hati. Semua
pertanyaan akan dijawab melalui rubrik ini. Pembaca dapat mengirimkan
pertanyaan, masalah dan keluhan tentang buah hati Anda melalui: SMS:
021-93822934 E-mail: 

Tanya: Putri pertama saya berumur 6 tahun 5 bulan. Dari 3 tahun 5 bulan
sudah sekolah sampai sekarang belum bisa calistung (baca, tulis, dan
hitung), bicara belum jelas dan konsentrasi kurang. Baru-baru ini saya
konsultasi ke psikolog, hasilnya IQ 42 dan keseluruhan perkembangannya
mengalami keterlambatan. Berdasarkan hasil tes, perkembangan anak saya
setara dengan anak usia 3,5 tahun. Saran psikolog, masukkan ke SLB dan
ikut terapi wicara. Apakah anak saya harus masuk SLB, tidak adakah
sekolah alternatif? Apakah anak yang IQnya di bawah rata-rata akan tetap
begitu, tidak akan mengalami kenaikan IQ dari di bawah rata-rata menjadi
rata-rata? 02192866xxx 

Jawab: Ibu, terima kasih untuk pertanyaannya yang kritis. Memang sebagai
orangtua kita tidak boleh sembarangan mengambil keputusan, apalagi yang
menyangkut kepentingan anak. Saya tidak tahu apakah pertanyaan ini sudah
Ibu lontarkan kepada psikolog yang memeriksa atau belum, tapi sebaiknya
Ibu tanyakan kepadanya. IQ 42 berada jauh di bawah rata-rata dan masuk
dalam golongan keterlambatan mental tingkat sedang (moderate mental
retardation). Dengan semua ciri yang Ibu sebutkan tentang anak Ibu,
jelas bahwa anak mengalami keterlambatan dalam perkembangannya dibanding
anak lain. Saya sependapat dengan psikolog sebelumnya, sebaiknya anak
bersekolah di lingkungan belajar yang sesuai kemampuannya, yaitu sekolah
luar biasa (SLB). 

Carilah SLB yang bagus, yang menyediakan banyak keterampilan untuk
diajarkan kepada anak Ibu karena anak golongan ini masih mampu dilatih
tentang keterampilan sederhana yang bisa menjadikan dia sebagai individu
mandiri, misalnya cara mengurus diri sendiri. Terapi wicara juga perlu
diikuti secara intensif (paling tidak seminggu dua kali) agar kemampuan
bicaranya membaik. Nanti setelah terapinya selesai, Ibu juga bisa
mengikutsertakan anak dalam aktivitas di luar sekolah, seperti menari
atau melukis, yang sifatnya seni dan tentu saja disenangi anak.
Sehubungan dengan pertanyaan Ibu yang kedua, apakah IQ akan menetap
terus? Jawabannya tidak. IQ bisa naik-turun tergantung bagaimana
stimulasi dari lingkungan yang diterima anak. 

Stimulasi di sini artinya rangsangan yang bisa mengembangkan kemampuan
berpikir/nalar anak, bukan drilling atau latihan calistung/pelajaran
lain secara paksa. Meski dapat naik atau turun beberapa poin,
kemungkinan besar IQ tersebut tetap berada dalam golongan yang sama.
Misalnya, IQ rata-rata tidak mungkin tiba-tiba berubah menjadi jenius
atau sebaliknya. Saran saya Ibu, ikuti anjuran untuk memasukkan anak ke
SLB dan terapi wicara. Namun, jika Ibu masih ragu, Ibu dapat juga
memeriksakan anak kepada psikolog lain untuk minta pendapat kedua
(second opinion). 

Tapi ingat Ibu, memasukkan ke SLB jangan sebagai tindakan yang
merendahkan anak, melainkan justru kita memberikan pendidikan yang
benar-benar dia butuhkan dan bisa memahami kondisinya. Carilah terus
kelebihan yang dimiliki anak agar dapat dikembangkan, jangan terlalu
berfokus pada apa yang dia tidak bisa saja. Yang terpenting dan tidak
boleh dilupakan adalah dukungan dan kasih sayang yang harus Anda
berikan. Ajak seluruh anggota keluarga untuk terus memberinya semangat
dan jangan membedakan perlakuan kepada dirinya sebagai anak yang berbeda
dengan anak-anak yang lain. Sehingga anak Anda akan tumbuh dan
berkembang dengan rasa percaya diri yang kuat dalam kepribadiannya
nanti. Perhatian, kasih sayang, dan kesabaran akan sangat membantunya
menapaki kehidupannya kelak. Demikian masukan dari saya. Semoga bisa
mencerahkan pikiran Ibu. Salam - Mbak Vera 

 





=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+

Mailing List Nakita
milis-nakita@news.gramedia-majalah.com

Arsip
http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/
------------------------------------------------

untuk berlangganan kirim mail kosong ke :
[EMAIL PROTECTED]

untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Reply via email to