Dear nakita-ers, Semoga membantu Salam, Uttiek "Dok,
bayi saya kok bobotnya turun ya? Waktu lahir beratnya 3,5 kg sekarang
jadi 3,3 kg, apa dia sakit?" tanya Nita saat membawa kontrol bayinya
yang baru berusia 2 minggu. Apakah Anda memiliki kasus yang kurang
lebih sama dengan Nita? Berikut penjelasan Dr. Attila Dewanti, Sp.A
dari Klinik Khusus Tumbuh Kembang, RSAB Harapan Kita, Jakarta kepada
Hilman Hilmansyah.
Perlu diketahui, dalam jangka waktu 1-2 minggu
setelah lahir, bobot si kecil memang umumnya menyusut. Kenapa? Karena
tubuh si kecil cukup banyak mengandung air sebagai "oleh-oleh" yang dia
bawa dari dalam rahim. Nah, dalam rentang waktu 1-2 minggu tersebut,
cairan itu sedikit demi sedikit keluar melalui urine. Otomatis bobot
bayi jadi turun. Tentu tidak drastis. Ya...sekitar 10 % dari BB ketika
ditimbang pertama kali saat lahir. Jadi penurunan berat badan 1-2
minggu setelah lahir merupakan hal alamiah. Di minggu-minggu
berikutnya, berat badan si kecil relatif meningkat. Kenaikannya per
bulan bisa sekitar 350-600 gram atau bahkan ada yang mencapai 1-1,5 kg
tergantung tumbuh-kembang masing-masing bayi yang memang khas. KENAIKAN
NORMAL Sekali lagi,
pertambahan berat badan bukan masalah hitam-putih. Maksudnya, kalau
berat badan si kecil ringan lantas dia dianggap sakit-sakitan atau saat
bayi terlihat gemuk langsung disimpulkan dia sebagai bayi sehat. Secara
umum pertambahan BB dapat dikategorikan dalam hitungan sebagai berikut:
* Triwulan pertama * Triwulan kedua * Triwulan ketiga * Triwulan keempat : 600- 1200 gram per bulan : 500-600 gram per bulan : 350-450 gram per bulan : 150-250 gram per bulan Dari angka tersebut
tampak umumnya pada 3 bulan pertama setelah lahir kenaikan berat badan
paling besar. Pada usia 3-6 bulan, penambahannya cukup tinggi bahkan
bisa mencapai 2 kali lipat ketimbang saat usia 0-3 bulan. Nah, di usia
6-9 bulan penambahan bobotnya mulai melambat. Begitu pula ketika si
kecil berusia 9-12 bulan, penambahannya tak terlalu mencolok. Kalau mau
dihitung-hitung lagi, rata-rata berat bayi ketika 6 bulan menjadi dua
kali berat lahir. Sementara, pada usia satu tahun menjadi 3 kali berat
lahir. Contoh, bila berat lahir 4 kg, di usia 6 bulan sudah mencapai 8
kg. Di usia satu tahun sudah 12 kg. Ini bukan harga mati namun hanya
merupakan patokan penghitungan bagi orangtua untuk memperkirakan bobot
si kecil. Tetap dengan catatan, itung-itungan tersebut hanya perkiraan
alias bukan harga pas. Jadi bayi yang lahir dengan berat 4 kg belum
tentu di usia 1 tahun mencapai 12 kg. Bisa saja bobotnya hanya 10 kg. Nah, setelah usia
satu tahun, umumnya penambahan berat badan mulai melambat lagi. Bukan
berarti terjadi penurunan. Tetap meningkat, hanya perlahan-lahan. Yang
jelas, orangtua jadi tak perlu kaget atau khawatir bila mendapati bobot
si kecil naik-turun. Itu artinya normal-normal saja. Toh, dari berbagai
penelitian terhadap sejumlah bayi normal dari berbagai ras juga
menunjukkan adanya penurunan berat badan di rentang usia 0-12 bulan. PANTAU
PERTUMBUHAN Nah, kalau didapati
BB si kecil turun, bukan melulu pasti ada gangguan. Bisa jadi itu tetap
menandakan pertumbuhannya berlangsung normal. Di sisi lain, faktor
genetik juga menentukan pertumbuhan si kecil. Artinya, pertambahan
berat juga dapat dilihat bagaimana riwayat BB keluarganya. Lantaran itu, untuk
memasti-kan apakah masih dalam kategori normal, kurang atau berlebih,
orangtua dapat mengecek atau membandingkannya melalui kurva Lubchenko
yang terdapat pada buku pantau tumbuh-kembang bayi atau KMS (Kartu
Menuju Sehat) dari Puskesmas atau Rumah Sakit. Nah, berdasarkan kurva
tersebut, parameter untuk mengetahui pertumbuhan bayi tidak hanya
dilihat dari pertambahan BB, tapi juga tinggi badan dan ukuran lingkar
kepala. Bisa diketahui
apakah bobot si kecil masih seiring sejalan dengan kurva pertambahan
tinggi badan dan ukuran lingkar kepala yang normal. Maka orangtua
dianjurkan untuk selalu memantau BB si kecil secara berkala setiap
bulan melalui kontrol ke dokter ataupun pusat pelayanan kesehatan
terdekat. BILA
TURUN DRASTIS Orangtua kadang
menilai kalau BB turun berarti bayi kurang gizi. Alhasil, si kecil
dipaksa untuk makan lebih banyak atau memberinya vitamin agar cepat
gemuk. Padahal, penurunan BB tak mesti menandakan pertumbuhan si kecil
bermasalah. Asalkan masih dalam range normal pada grafik pertumbuhan
tadi. Barulah jika kurva
pertumbuhan tampak menurun drastis, orangtua perlu waspada. Apalagi
bila ada gejala nafsu makannya anjlok, sering rewel, dan keinginan
menyusu menurun. Atau bila dalam dua bulan berturut-turut tidak ada
penambahan BB. Bila hal ini terjadi perlu berkonsultasi apakah si kecil
mungkin mengidap penyakit. Yang pasti, bila penambahan bobot tak sesuai
dengan grafik tersebut, maka mungkin saja si kecil mengalami gangguan
pertumbuhan. Gangguan
pertumbuhan dapat terjadi dalam jangka pendek maupun panjang. Dalam
jangka pendek, penurunan bobot dapat disebabkan lantaran turunnya nafsu
makan si kecil, kurang asupan makanan atau penyakit. Sementara,
penurunan BB dalam jangka panjang biasanya disebakan kelainan gagal
tumbuh. Yang dimaksud gagal tumbuh adalah ketidakmampuan bayi untuk
mencapai BB atau TB sesuai jalur pertumbuhan yang normal. Bila itu
terjadi, berarti kemungkinan ada penyakit atau kelainan tertentu pada
si kecil. Atau misalnya, nafsu makannya baik, tapi bobotnya tak kunjung
bertambah. Maka perlu berkonsultasi siapa tahu si kecil ternyata
mengalami penyakit metabolik, misalnya diabetes. Memang, faktor
penyakit dapat mengakibatkan pertumbuhan bobot bayi terhambat.
Misalnya, karena penyakit jantung bawaan. Jantung memiliki peran
mengalirkan darah yang membawa zat-zat makanan. Kalau jantungnya bocor,
tubuh akan kekurangan oksigen yang menyebabkan gangguan pertumbuhan
karena darah bersih dan kotor bercampur. Bahkan, penyakit jantung
bawaan berpengaruh pula pada daya isap bayi sehingga asupan gizi atau
makannya berkurang juga. Gangguan
pertumbuhan juga dapat disebabkan diare karena makanan tak diserap
tubuh. Bahkan, penyakit batuk yang menimbulkan sesak napas pun
menyebabkan daya isap tak kuat sehingga pemasukan makan berkurang.
Ujung-ujungnya berpengaruh pada proses metabolisme tubuh. Alhasil,
bobot si kecil pun susut. Masalah pencernaan
bisa juga menyebabkan gangguan pertumbuhan. Gangguan penyerapan Makanan
karena enzim pencernaan atau pergerakan usus yang tak baik, atau ada
kerusakan pada jonjot usus. Makanan yang tak diserap dengan baik,
justru akan cepat keluar lagi. Atau misalnya karena tak ada enzim
pencernaan karbohidrat, maka zat karbohidrat dari makanan yang
dikonsumsi tak bisa diserap tubuh. PENTINGNYA
GIZI Sekilas sudah
disinggung bahwa peran gizi sangat penting untuk pertumbuhan si kecil.
Dengan kata lain, keseimbangan asupan dan kebutuhan gizinya memengaruhi
BB si kecil apakah bertambah secara normal atau tidak atau justru malah
menyusut terus. Khususnya untuk bayi 6 bulan pertama, makanan yang
terbaik dan utama adalah ASI. Bahkan, penelitian juga menyebutkan ASI
berperan besar pada pertambahan bobot bayi. Pada dua bulan pertama,
pertambahan BB jadi lebih cepat. Lalu, mulai usia 6 bulan, berikan juga
makanan berserat yang merangsang pertumbuhan usus menjadi lebih optimal
dan mencerna lebih baik. =+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+=+ Mailing List Nakita milis-nakita@news.gramedia-majalah.com Arsip http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-majalah.com/ ------------------------------------------------ untuk berlangganan kirim mail kosong ke : [EMAIL PROTECTED] untuk berhenti berlangganan kirim mail kosong ke: [EMAIL PROTECTED] |