Sikap, Arah  dan Kemandirian Pemimpin Indonesia
 
Dalam proses demokrasi bangsa Indonesia era
2009 dapat kita lihat dan menilai bersama-sama bagaimana perjalanan demokrasi
yang membawa perubahan-perubahan yang kompleks dan telah kita lalui bersama,
pesta demokrasi pemilihan legislatif (DPR dan DPRD) yang mana telah
dilegitimasi oleh pemerintah dalam berbagai kelebihan dan kekurangannya yang
ada.
 
Era reformasi episode kedua
dibawah kepemimpinan Presiden Republik Indonesia , Susilo Bambang Yodhoyono
telah kita jalani bersama dan tentunya kita dapat memberikan penilaian kita
juga masing-masing. Memasuki episode ketiga tampaknya para pemimpin-pemimpin
partai politik dengan gayanya masing-masing membawa peran dan menunjukkan sikap
yang beragam sehingga dapat di konsumsi publik tentang apa saja yang mereka
lakonkan dalam lanjutan pesta demokrasi guna mengisi kepemimpinan kedepan.
 
Hal yang nyata tampak dalam pesta
demokrasi ini setelah pemilihan legislatif yang lalu para elite politik sibuk
memainkan perannya guna melanjutkan perjuangan selanjutnya, langkah koalisi
antar parpol-parpol dalam hal menyusun kekuatan serta melakukan gabungan
kekuatan guna mengikuti pertarungan mencapai puncak kepemimpinan Indonesia lima 
tahun kedepan tampak jelas masih dalam teka-teki.
 
Secara nyata telah tiba pada
pencalonan Jusuf Kalla berpasangan dengan Wiranto sebagai kandidat yang telah
mendeklarasikan calon presiden – wakil presiden, Susilo Bambang Yudoyono
sebagai Ketua Umum Pembina Partai Demokrat sekaligus pemenang Pemilu 2009 masih
menunda mengumumkan pencalonan dan pasangannya sebagai wakil presiden, Megawati
Soekarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan belum jelas arah dan tujuannya, serta
Calon Presiden Prabowo Subianto juga merupakan Ketua Umum Pembina Partai
Gerindra belum mencukupi dukungan persyaratan yang dapat ikut dalam pemilihan
presiden dan wakil presiden 2009-2014 masih berupaya guna memperoleh dukungan
dalam pencalonannya saat ini. 
 
Presiden R.I. Susilo Bambang
Yudoyono yang juga sebagai Ketua Umum Pembina Partai Demokrat, terlihat cerdas
dan tampak sengaja mengulur waktu untuk menentukan calonnya serta mengumumkan
sekaligus mendaftarkan diri sebagai Calon Presiden dan wakil Presiden 2009-2014
mendatang. Kepiawaiannya dalam membentuk sebuah skenario politik serta memainkan
peranan dalam peta koalisi partai-partai politik terlihat sangat mengagumkan
dan membuat partai-partai lainnya terbuai dalam perjalanan waktu sehingga
partai-partai kompetitor sulit menentukan arah, bahkan banyak muncul keraguan
juga ketidakpastian para pemimpin-pemimpin parpol lainnya yang sebenarnya
sangat mengharapkan pinangan partai Demokrat.
 
Partai Gerakan Indonesia Raya
dengan Calon presidennya Prabowo Subianto merupakan salah satu figur yang mampu
diterima masyarakat dan memiliki kemampuan kepemimpinan serta integritas yang
baik dan bermoral sangat layak dan sepatutnya dilirik serta didukung bersama
oleh parpol-parpol lain yang belum memiliki kelompok/kandidat yang layak di
ajukan dalam pilpres ini.   
 
Bangsa yang besar membutuhkan
ketegasan dan keberanian dalam menentukan arah tanpa menggantungkan diri kepada
yang sedang berkuasa denggan harapan dapat memperoleh fasilitas dan tempat yang
layak kelak, semestinya dalam pemikiran yang cerdik, pandai dan bermoral harus
menghilangkan sifat menyusu, menggantungkan diri atau mengemis seperti yang 
banyak
muncul dalam kenyataan saat ini.
 
Persoalan menang dan kalah adalah
hal biasa dalam kompetisi, bagi yang menang tetap didukung oleh yang kalah, dan
yang kalah harus tetap melakukan pengawasan jalannya kepemimpinan kedepan
sehingga tercipta keseimbangan yang dapat membawa perubahan dan juga kemakmuran
bagi seluruh rakyat Indonesia .
 
Sudah sepantasnyalah para
pemimpin-pemimpin partai politik lainnya menentukan sikap yang satria dan
bijaksana dalam berbagai hal, khususnya menentukan sikap dalam dukungannya
menuju calon presiden dan wakil presiden. Dengan didasarkan kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, kepercayaan diri, menyamakan persepsi, menyusun kekuatan,
mengatur strategi, dan membentuk kelompok-kelompok perubahan melakukan
pergerakan cepat-tepat ke tengah-tengah masyarakat sehingga terbentuk satu
opini/image yang baik dan wajar sekaligus memberikan kontribusi yang nyata untuk
menciptakan peluang sebagai pemenang dalam kompetisi menuju kepemimpinan 
Indonesia
yang baru.
 
Menunda-nunda dalam pengambilan
keputusan dan juga terlalu banyak pertimbangan dapat membawa kepemimpinan
Indonesia yang kurang baik, sama halnya ketika 1999 Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan sebagai pemenang PEMILU gagal memperoleh tampuk kepemimpinan akibat
peranan MPR (Amien Rais, red) memainkan poros tengah dan mendudukkan
Abdurrahman Wahid sebagai Presiden yang gagal membawa Indonesia dalam
kepemimpinan yang diharapkan rakyat sehingga menjalani kepemimpinan setengah
jalan, kompetisi kedua yang sempat mencapai putaran kedua, dimenangkan oleh
Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla berjalan dengan baik lewat pemilihan
langsung pertama oleh seluruh bangsa Indonesia.
 
Patut disadari dan diingat bahwa “rencana
dan usaha” hanyalah sebagai modal yang dapat dikerjakan, namun keputusan Tuhan
Yang Maha Esa – lah yang akan menentukan siapa sebenarnya Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia (2009-2014) lima tahun kedepan.
 
 
SEJAHTERA Girsang
Pemerhati politik Indonesia
Bermukim di Kabanjahe – Sumatera
Utara
e-Mail: sejahtera_girs...@yahoo.com 
Tel: (0628) 7000 700  HP: 0813 624 99000


      

Reply via email to