[EMAIL PROTECTED] wrote:

> On Wed, 5 Jan 2000, Gunawan Sarwa wrote:
>
> |Asal mula Kerusuhan di Ambon adalah perbedaan mata pencaharian secara umum
> |antara Golongan Islam dengan Golongan Kristen. Golongan Islam (yang umumnya
> |pendatang) secara bisnis lebih berhasil, Golongan Kristen umumnya menjadi
>
> dihapus...biar kalau mau lihat coret coret masalah ambon silahkan jalan
> jalan ke http://monk.uni-paderborn.de/majalah
>

saya udah baca Mbah...memang ada kecenderungan adalah pendatang akan lebih maju
dari penduduk asli ( pentumbuhan kemajuab / delta ). Cuma saya prihatin, dimana2
kalau ada kerusuhan sering dijadikan alat oleh beberapa kelompok untuk naik ke
permukaan. Kalau dari berita yg saya baca dari berita di detik.com, ada tulisan
yg mengatakan bahwa kerusuhan tsb dijadikan alat untuk mengosongkan daerah
tertentu.

Selalu ada saja pihak yg memanfaatkan kesempatan, seperti yg saya katakan
sebelumnya. Negara kita ini kaya banget...jadi berpotensi untuk diperebutkan.
Misal saja mengenai aceh, itu daerah kan kaya sekali, cuma kan sekarang penduduk
asli nggak kebagian. Padalah tidak dpt dipungkiri bahwa aceh memberikan
sumbangan dalam jumlah yg besar bagi perjuangan Indonesia. Memang masalah di
Indonesia itu sangat kompleks, tidak ada negara yg mempunyai kemajemukan seperti
Indonesia. Perbedaan sampai ke level yg lebih mendetil dalam suku, jumlah suku
sangat banyak. Amerika sendiri mungkin cuma ada negro, kulit putih ( kulit putih
biasa & anglo saxon ), asia ( chinese dan non chinese). Sedangkan di negara kita
banyak sekali suku2..batak dengan padang beda, jawa dan sunda beda, bali dengan
mataram beda..kompleks sekali.

Makanya Amin Rais termasuk setuju di buat semacamnegara federal / otonomi atau
apapun namanya agar setiap daerah itu berpotensi mengelola sumber2 alamnya
masing2. Jadi secara basic-nya taraf hidup sudah maju. Dan pada saat ada
pendatang yg menjadi lebih maju, toh secara basic penduduk asli sudah baik
kehidupannya.  Cuma kalau kita berbicara negara otonomi / federal koq seakan2
itu menghapuskan nilai kesakralan yg sudah dianut selama ini. Seperti bagaimana
pedatang di Ambon yg di terjemahkan bertindak semau gue ( dari tulisan yg ada di
situs  Mbah Doekoen ). Nah kalau kita masih berpikiran seperti itu berarti para
penyelenggara masih berpikir seperti org ambon yg ada dalam konteks tulisan
tsb.

Masih ada relasinya nggak pendapat saya ? Saya pikir sih masih..karena masih
banyak sekali pemerintah membuat kebijakan double standard. Ini yg membuat
kultur masayarakat kita menjadi tidak dewasa. Beberapa org akan berpikir, go t
ohell lah sama urusan pemerintah yg penting gue enak..dpt duit. Bener juga,
kalau semua org berpikiran begitu dan jadi enak..berarati masyarakat udah
menjadi maju dong. Atau ada juga yg berpikiran berjuang dgn caranya sendiri, yg
bisa kompputer pake komputer..yg bisa pakai ilmu lain pakai ilmu lain...

Btw, tulisan ini di milis ini kan tulisan seperti ini kurang diminati karena
sebagian besar netters disini 'maniak komputer'. jadi ini mau di terusin di
milis atau japri aja ?



* Gunadarma Mailing List -----------------------------------------------
* Archives     : http://milis-archives.gunadarma.ac.id
* Langganan    : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Berhenti     : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Administrator: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke