----------------------------
                   Pabrik Program dengan Wisata
                   ----------------------------


    Di Bali, ada Lembah Silikon ala Indonesia yang pertama. Di Lembah
    Pacung  itu, sekitar 100 pemrogram komputer rame-rame menciptakan
    peranti lunak.

    SEPINTAS, sekelompok orang muda di lembah Desa  Pacung,  Tabanan,
    Bali  Utara,  itu  seperti turis. Atribut yang dikenakan berkesan
    santai. Celana pendek, kaos oblong, dan sandal  jepit.  Ternyata,
    kawula  muda  yang  usianya hampir 30-an tahun itu terhitung para
    jago program komputer.  Di  situ  mereka  bekerja  untuk  semacam
    pabrik program komputer bernama Bali Camp (BC).

    Tak mengherankan bila di kampung software  (peranti  lunak)  yang
    menghadap  lembah  itu acap terdengar bunyi ketukan jari di papan
    ketik komputer.  Pola kerja muda-mudi itu  pun  tak  beda  dengan
    gaya  seniman  di  Pulau  Dewata.  Bila  bosan  memelototi  layar
    monitor, mereka bisa berenang, berlatih kebugaran,  mandi  sauna,
    atau rileks di bar.

    Sekalipun demikian, dari Lembah Pacung itulah kelak tampil  putra
    Indonesia  sebagai pemain penting bisnis peranti lunak. Bali Camp
    bisa disebut sebagai cikal bakal "Lembah Silikon"  di  Indonesia,
    dalam skala kecil. Ia dibangun sejak April 1999, dengan investasi
    sekitar US$ 3 juta. Kini, proyek bergengsi  itu  hampir  rampung.
    Fasilitas  komplet  akan  selesai  pada  Juni  2000. Sebanyak 100
    sampai 150 ahli  pemrogram  komputer  bakal  berhimpun  di  situ.
    Karena  lokasinya  lumayan terpencil, BC menggunakan jasa satelit
    untuk berhubungan dengan dunia luar.

    Menurut Gunawan Tenggarahardja, Managing Director  BC,  sementara
    ini  produk  Lembah  Pacung  bukan  berupa  program komputer yang
    dijual langsung ke pasar ataupun pesanan suatu  perusahaan  untuk
    diaplikasikan.  Program  komputer yang digarap BC sekarang berupa
    program modifikasi yang dipesan oleh perusahaan klien mereka.

    Ibaratnya, "Kami hanya penjahit, sementara desain programnya dari
    pemesan,"  kata Gunawan. Misalnya, untuk paket program perbankan,
    BC hanya mengerjakan  program  untuk  teller,  sedangkan  program
    untuk  akuntansi  dikerjakan  oleh  perusahaan  pemesan di India.
    Walhasil, hak cipta program tetap berada di tangan sang pemesan.

    Selama ini,  bisnis  "menjahit"  program  komputer  alias  coding
    software  praktis dilakoni oleh para pemrogram secara perorangan.
    Bisnis jenis ini memang menggiurkan. Tilik saja para pemrogram di
    India,  yang  mampu  memberikan  sumbangan  devisa  senilai US$ 2
    miliar, meski itu baru berasal  dari  enam  persen  pangsa  pasar
    peranti  lunak  di dunia. Sementara itu, para pemrogram Indonesia
    hanya bisa meraihnya di bawah satu persen.

    Nah,  dengan  adanya  kampung  software  di  Lembah  Pacung  itu,
    diharapkan  pangsa pasar dunia bisa dipanen lebih besar. Apalagi,
    letak dan situasi BC amat menunjang. Dengan mengunjungi BC,  para
    calon klien tak cuma bisa berbisnis, tapi juga dapat berwisata.

    Buat penduduk sekitarnya, BC juga memberikan manfaat  tersendiri.
    Sebab,  warga kini memperoleh penghasilan tambahan dari kamar kos
    yang disewa karyawan BC. Warga pun diperkenankan belajar komputer
    di BC.

    Di Lembah Pacung, yang bisa ditempuh dalam sejam perjalanan darat
    dari   Denpasar,   konsep   kerja  pun  diterapkan  dengan  penuh
    kegembiraan. Aturan kerja ditetapkan bersama, sebulan sekali. Dan
    sebutan  untuk  sesama  awak  BC  bisa  bikin orang geleng-geleng
    kepala. Para pimpinan perusahaan di  holding  BC,  misalnya  Toto
    Sugiri,  Chairman  BC,  disebut  monyet karena posisinya di atas,
    sementara pimpinan yang berada di anak perusahaan dijuluki kerbau
    karena masih harus "membajak tanah".

    Meski  para  programmer  terikat  pada   jenis   pekerjaan   yang
    membutuhkan  konsentrasi  tinggi,  mereka tak harus terikat waktu
    kerja seperti pegawai kebanyakan. Yang penting,  program  selesai
    dalam  tenggat  waktu  yang  sudah  ditetapkan.  Tenggat biasanya
    dipatok berdasarkan tingkat kerumitan program.

    Dengan suasana kerja cair begitu, tak aneh bila awak BC  kerasan.
    Hal  itu diakui Sony Nugrahanto, pemrogram berusia 29 tahun, yang
    bergabung ke BC sejak sembilan bulan lalu. Sony mengaku tak perlu
    merasa   jemu   di   BC   karena  selalu  ada  proyek  baru  yang
    mengharuskannya belajar. Kegembiraan senada diutarakan pula  oleh
    Naomi   Rainrung,  30  tahun.  "Asyik  kerja  di  BC.  Kami  bisa
    berdiskusi terus dengan rekan sekerja," ujar Naomi.

    Buntutnya, pola perekrutan pemrogram baru, yang bersifat  "member
    get  member",  bisa  menggelinding mulus. Soalnya, pemrogram yang
    sudah merasa asyik bekerja di situ,  tanpa  diminta,  pasti  ikut
    menarik  rekannya  yang  dianggap  mampu.  Bila proyek BC sebagai
    cikal bakal Lembah Silikon ala  Indonesia  itu  sukses,  nantinya
    akan dibuat kampung serupa di Bandung dan Yogyakarta. Di dua kota
    itu memang  banyak  kampus  yang  bisa  memasok  calon  pemrogram
    komputer.

    Yusi A. Pareanom, Rofiqi Hasan (Bali)
    ---------------------------------------------------------------
    http://www.tempo.co.id/majalah/index-isi.asp?rubrik=ilm&nomor=1







* Gunadarma Mailing List -----------------------------------------------
* Archives     : http://milis-archives.gunadarma.ac.id
* Langganan    : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Berhenti     : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Administrator: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke