At 15/12/2000 15:46 +0100, you wrote:
>On Fri, 15 Dec 2000, Eko Rusdiyanto wrote:
>
>
> > >sebaik apapun seketat apapun sistem kalau meamng mahasiswanya "niat" dan
> > >"dosennya" niat.. tetap aja akan ada celah
> >
> > sistem memang perlu dirubah, namun yang lebih penting adalah menciptakan
> > suasana belajar.
>
>Bagaimana bisa tercipta suasana, kalau mahasiswa itu di kampus hanya tidak
>lebih dari 1/3 waktunya.  Dan lagi mahasiswa itu adalah tahapan usia
>dimana dia sudah bisa menciptakan suasana dan menentukan apa yang dia
>maui..
>
>Di Jerman ini apa nggak lebih konyol lagi.. mahasiswa di"Biarin" mau
>lulus, mau masuk, mau party (di kampus sering banget party).  Tapi karena
>mereka sudah sadar, tetap saja nggak pengaruh
>
>Mahasiswa itu khan "cermin" dari masyarakat... apa artinya Uni membuat
>suasana yg kondusif.. lha mahasiswa ketika masuk ke Uni sudah berusia 18
>tahun... dan hanya menghabiskan 1/3 harinya di kampus.  Di luar dari itu
>????
>
> > menurut saya jawaban "kembali kepada para mahasiswanya" sudah menjadi 
> suatu
> > jawaban yang mendasar dan tidak dapat di pakai dalam suatu argumen karena
> > masalah apapun akan terjawab dengan jawaban tersebut. hehehehe
>
>Justru itu yang MENDASAR.  Karena selama ini kita malah cuma bermain di
>"kurikulum, fasilitas, sistem penilaian ini itu".. padahal konsep apa
>mahasiswanya sama sekali nggak di"pikirin".
>
>Mahasiswa itu maha dan siswa.. mereka oragn yg sudah cukup dewasa apakah
>mau "cari nilai doang" atau memang mau pinter.
>
> > dirinya sendiri, belom pengaruh teman2 yang mempunyai pikiran yang sama.
> > pada akhir nya mereka semua "menggampangkan" kuliah dan hanya mengandalkan
> > um.  begitu kira2 gambarannya.
>
>Bila mahasiwa memang memiliki "mental" yang kuat.. lingkungan malah bisa
>terpengaruh.. Lha pemerintahan aja bisa roboh.. masak ajakan "lingkugnan"
>nggak bisa dibelokkan 8-)

Maaf Pak Made..., mungkin saya baru belajar utk menulis  :)

Pak Made lupa ya...
Khan ada pepatah "batu sekeras apapun akan berlubang juga bila terus 
menerus terkena air".
Pemerintahan memang bisa roboh, karena "rakyat" menghendaki.
Tidak demikian dengan UM.
Kita akan melihat lebih banyak yg pro daripada yg kontra.
Dan disini sudah jelas akan menguntungkan pihak Gunadarma sebagai 
penyelenggara UM.
Lalu dimana posisi yang kontra (sadar) ?
Cuma bisa sekedar teriak2 di milis aja kok...... :)
Dan mencoba sekeras mungkin utk tidak UM.

Di Gunadarma itu agak lucu.... :)

Utk menyelesaikan kuliah kita harus wajib mengambil kursus. Kursus 1 minggu 
250 rebu, workshop 25 rebu.
Kita tidak diperkenankan utk mengambil kursus di luar sebagai gantinya.
Akibat dari "kewajiban" itu, dalam hal ini Lepkom (sbg penyelenggara), 
tidak berusaha utk  meningkatkan mutu (akibat dari tidak adanya persaingan).

Maafkan saya bila pernyataan2 ini terlihat sangat mentah.... :)
Tetapi begitulah kenyataan yg ada.
Dan saya mengucapkan terima kasih untuk pencerahan yg Pak Made berikan.



* Gunadarma Mailing List -----------------------------------------------
* Archives     : http://milis-archives.gunadarma.ac.id
* Langganan    : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Berhenti     : Kirim Email kosong ke [EMAIL PROTECTED]
* Administrator: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke