dan jgn lupa belilah saham bluechip/2ndliners yg atleast di cover oleh
3-4 broker broker asing besar dgn target tinggi juga.

jujur saja saya masih newbie di saham indo. tp membaca tulisan anda
membuat saya tenangan. soalnya walaupun dulu pas index turun
'lumayan'gila-gilaan , loss saya pernah sampai 30%,trus ketemu obrolan
bandar, belajar dr senior-senior disini,  sekarang atleast loss saya
sudah balik/untung walaupun menurut saya masi jauh dr maksimal....saya
akan tetep belajar terus nih hehehhe 
terima kasih para senior.

--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "Karno Edy" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Beberapa hari lalu dalam intermezzo wa bilang cara paling ampuh buat
kaya adalah dengan cara curang. Perkataan wa adalah betul sekali :))
terlepas dari tingkat ke-halalan-nya.
>
> Di hari yang indah ini Wa mau berbagi sedikit pengalaman, khususnya
buat investor pemula.
>
> Pasar modal atau gudangnya raja duit pasti akan mengundang penipu,
penjahat, mafia, baron, rampok dsj.
> Celakanya golongan tsb seringkali berkawan dengan otoritas. Otoritas
di sini termasuk namun bukan hanya otoritas bursa.
> Hal ini bukan hanya di BEJ. Di US sono yg SECnya dibilang galak,
kejadian yang merugikan investor rata-rata banyak terjadi,  namun
rumit pembuktiannya. Kalau anda suka baca seri buku penulis RTK,
dikatakan bahwa mantan ketua SEC membeberkannya dalam sebuah buku.
>
> Berikut wa ceritakan beberapa pengalaman nyata  & asli.
>
> 1. Indah Kiat Paper & Pulp, Tjiwi Kimia
> Waktu jaman krismon INKP/TKIm sempat menjadi primadona karena
termasuk segelintir emiten yg berpenghasilan dalam mata uang US$.
> Setelah itu, dalam Suatu jangka waktu harga sahamnya turun terus,
namun lapkeu yg keluar tetap bagus, EPS masih ratusan. Setelah
harganya di bawah seribu, barulah tersebar berita krisis yg dialami APP.
> Banyak korban di sini, termasuk yg nulis, mungkin penjaga warungnya
juga. Kenalan saya malah ada yg punya potential loss puluhan milyar.
>
> 2. Bank Executif
> Dua tahun lalu penulis membaca bahwa BEKS mau bagi deviden belasan
Rupiah. Setelah melihat lapkeu-nya, penulis makin yakin mendapatkan
barang yg termurah di BEJ didukung data P/BV dan PER.
> Sbg fundamentalis, penulis ingat kata-kata Warren Buffet untuk
membeli perusahaan yang selalu bagi deviden (ingat INKP jaman krismon,
biar dlm lapkeu untung, enggak bagi deviden). Tentu saja penulis
tergiur, karena mana ada emiten yg kasih deviden/price sampe 10%-an?
Selain itu penulis inget waktu go public labanya dari bulan ke bulan
terus meningkat.
>
> Namun harapan capital gain pupus saat harganya mentok di 175-an,
tidak jauh dari rata-rata harga perolehan. Ada broker 'dermawan' yg
terus menerus bagi barang.
> Setelah bagi deviden harga tidak kunjung membaik.  Puncaknya terjadi
saat keluarnya lapkeu Q1 sd auditan 2005. Ada kerugian yg tidak
terlihat dalam lapkeu Q123, sehingga EPS anualized yg tadinya sekitar
40 rupiah turun drastis.
> Ironisnya, hal ini terjadi saat sebagian besar emiten perbankan
membukukan peningkatan kinerja karena pasar yg kondusif (bunga rendah).
>
> Penulis mau cut loss, namun tidak sempat karena baru buang seupil
turunnya udah puluhan persen. IHGS naek lagi, namun BEKS stagnan
terus. Akhirnya ngendog deh 2 taon...
>
> Kejadian ini mengundang kecurigaan penulis, mungkin :
> 1. Pengendali/manajemen bagi deviden sebagai umpan untuk memancing
investor pasaran beli, sudah tahu akan timbul kredit macet dsb.
> 2. Sengaja buat lapkeu q123 unaudited semaunya spy mancing 'ikan'
pada dateng
> 3. Pihak lain mendapat bocoran (insider trading) sehingga melakukan
aksi jual.
>
> 3. Suryainti Permata
> Wa mengamati lapkeu tahunan emiten Di antara yg bagus, wa dapat
berita SIIP rencana mau bagi deviden 20% dari laba bersih. EPS 92,
deviden sekitar 18, sedangkan harga saham cuma 300 perak-an.
> Sebagai investor yg pernah bangkrut, wa harus lebih berhati-hati.
> Wa teliti dulu lapkeu-nya. Ada key indikator yg sangat penting:
sales growth naek dari 49M menjadi 180M, dan laba usaha dari 13M
menjadi 87 M.
> Dari taon 8 puluhan, MOMOK BESAR buat investor adalah right issue.
Setelah go public, satu atau dua tahun kemudian banyak emiten
melakukan RI 1, 2, 3 dst, seakan ga pernah puas melahap duit masyarakat.
>
> Emiten yg satu ini kelihatannya OK punya, karena gak pernah right
issue dari sejak go public(Beberapa emiten gurem bikin sengsara
misalnya tiba tiba RI 1:10 jauh di bawah harga pasar)
> Akhirnya wa memutuskan untuk beli.
> Rupanya IHSG bullish bikin wa lupa kalo die juga pernah nakal mau
stock split 1:20.
>
> Menunggu beberapa lama, saham ini naek terus hampir 500. Potential
gain sudah di depan mata karena Wa beli di bawah 400.
> Setelah naek terus, akhirnya tidak jadi nembus 500, tapi wa masih
yakin dengan keyakinan semula bisa nembus Rp800-1.000
>
> Keanehan muncul sehari setelah RUPS: SIIP disuspend. Dalam berita
hasil RUPS : bagi deviden saham 1:6, namun pajak ditanggung investor.
> Sepanjang pengetahuan penulis ini adalah kejadian pertama bagi
deviden saham investornya disuruh bayar pajak sendiri. Sebelumnya
penulis juga pernah dapat deviden saham, namun pajaknya ditanggung
emiten, malah ada sisa deviden cashnya.
>
> Kemudian penulis bekerja keras mencari berita dan meneliti kembali
lapkeu.
>
> Every thing weird :
> Awalnya jumlah saham SIIP tercatat di BEJ 600juta lbr dgn nilai
nominal 500
>
> 1. Pada bulan Maret 2005 perusahaan mengeluarkan saham baru sebanyak
301.492.339 dgn nilai nominal 200 untuk debt to equity
> swap utang anak perusahaan SIIP kepada Eastlion Worlwide sebesar
Rp60.298.467.800 dgn patokan harga penutupan rata-rata
> sebelum transaksi yaitu 208. Kelebihan Rp 8 disetorkan oleh Eastlion
Worlwide dan dicatat sbg agio saham.
>
> 2. Penggunaan laba tahun 2004 : deviden saham 1:6 dgn patokan harga
Rp380. Total deviden yg dibagikan ke pemegang saham seluruhnya
berjumlah Rp.57.094.515.120 ~ Rp 63/lbr saham.
> Keanehan : Eastlion memperoleh hak yang sama untuk laba tahun buku
2004 (sebelum saham baru dikeluarkan) Ibarat beli saham Rp 208,
langsung dapat deviden Rp 63.
>
> 3. Agio saham dari selisih patokan harga deviden (Rp 380) dgn nilai
nominal (Rp 200) atau Rp 180/lembar saham berjumlah
> seluruhnya Rp 27.044.770.320.
> Agio ini dinikmati oleh Eastlion Worlwide, belum termasuk agio saham
IPO, saldo laba, dan nilai nominal saham seri A yg lebih besar dari
saham seri B. Otomatis terjadi distribusi nilai buku dari pemegang
saham lama ke Eastlion Worlwide.
> Berdasarkan lapkeu audit 2005, total ekuitas sebesar Rp
533.608.986.557. Dibagi dengan jumlah saham tercatat Book Value-nya
menjadi Rp.507/lembar. Dari Rp208, book value sudah naik lebih dari
100%. :s
>
> 4. Saldo laba tidak defisit(minus.), artinya ngga kepepet
(debt/equity swap bukan jalan terakhir). Yg menjadi pertanyaan, koq
> mau saham lama nominal 500 dihargai sama dengan saham baru nominal 200?
> Ibaratnya, mau ngga uang dua puluh ribuan saya ditukar/dihargai sama
dengan uang lima puluh ribuan anda?
> Kenapa ngga right issue buat bayar utang kalau saham lama dengan
nilai nominal 500 dihargai sama dengan saham baru dengan nilai nominal
200.
> Kalau tidak memiliki hubungan istimewa dgn Eastlion Worldwide, saya
pikir mustahil pemegang saham (pengendali) mau terdilusi dan merelakan
kerugian begitu saja.
>
> 5. Investor disuruh setor pajak atas deviden saham (380/6 x 15% =
Rp9,5/saham). Buset dah udah saham turun harus keluar duit 9,5. Aturan
macam apa pemegang saham terima deviden harus cash out ??
> Setelah beberapa kali penundaan pembagian deviden, dengan nego
tingkat tinggi, akhirnya suspend dilepas (authority foolishment, once
again and again, note : penulis lebih setuju deviden dibatalkan kalo
perusahaan gak sanggup bayar),
> Apes tak dapat ditolak, begitu suspend dibuka SIIP terjun bebas.
Ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga. Terpaksa nunggu lagi, padahal
waktu suspend saham property sempat booming.
>
> 6. Saham gak bisa ngangkat walaupun CTRS, CTRA, PJAA, SMRA booming.
Penulis pikir karena kekecewaan investor terhadap emiten dan
penambahan jumlah saham yg tercatat . Eastlion tidak boleh menjual
saham baru ke pasar selama periode lockup,namun tidak ada aturan
lockup saham deviden. Selain itu modal Eastlion setelah ex deviden
menjadi Rp 208 x 6 / 7 ~ Rp 178.
>
>
> Insightnya :
>
> No.1 dan 2
> Berita tidak tersebar merata ke semua investor. Para big BUZZET
selalu punya akses untuk menerima informasi berharga/corporate action
lebih awal. Insider trading ? sudah pasti lah, namun susah
pembuktiannya. Contoh yg masih fresh :MLPL dan LPLI. Belum keluar
pengumuman right issue si BUZZET udah short gede-gedean. Investor yg
pegang bengong, yg laennya beli lagi karena udah murah.
>
> No.2
> Belilah saham yg liquid. Harga hanyalah catatan kosong. Anda tidak
akan pernah menyadari arti pentingnya likuiditas. IHSG soars, tapi
saham gw gak naek-naek. Tentu banyak dari anda yg merasakan hal tsb.
> Tanpa market maker harga suatu saham susah untuk bergerak.
>
>
> No.2 dan 3
> Plan agenda, wa tambahkan: adjusted plan agenda.
> Artinya apa ? Plan ada, namun dalam prakteknya disesuaikan. Suatu
rencana bisa berubah.
> Wa tambah percoyo setelah cut loss hundred-an jeti item no.2 & 3.
> Beberapa hari setelah jual harganya naek. Padahal waktu ditungguin
mau jual untuk tuker barang, harga stag terus.
> Sederhananya kalau wa tidak jual, itu saham enggak akan naek,
dibalik : saham itu naek karena wa guyur...
>
>
> No.3
> Belilah perusahaan yg punya nama besar. Kata orang bisnis nama baik
itu paling penting.
> Jelilah membaca lapkeu kalo ngga mau dikibulin.
>
> Penulis kurang jeli membaca lapkeu. Seharusnya penulis memperhatikan
posisi cash emiten. Walaupun laba bersih tahun 2004 adalah 58 milyar
rupiah, namun cash akhir tahun ngga nyampe 2 milyar. Mau bagi deviden
cash dari mana?
> Demikian juga tahun 2005 audited terjadi peningkatan laba bersih
menjadi 77 milyar Rupiah, namun cashnya cuma 500 jutaan :p. Wa sudah
dikibulin mentah2 jadi ngga ngiler lagi baca lapkeu yg aduhai.
>
> Terakhir, Jangan mau tukarkan permata dengan karet
gelang/bolpen/jepit ato apapun yg keliatan menarik karena sudah nyata
permata lebih berharga.
> Tau kan maksudnya, kalo ngga juga wa udah dapet Summit, cash !
>
> Semoga bermanfaat,
> Karno
>






YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke