Dikutip dari :

http://nofieiman.com/2008/12/peluang-investasi-di-tahun-2009/





Peluang Investasi di Tahun 2009
December 23rd, 2008 | Investment 





Tak terasa tahun 2008 hampir berakhir. Ada beberapa program yang
berjalan sesuai harapan, namun ada juga yang meleset dari target. Krisis
keuangan global yang dipicu oleh kasus subprime mortgage barangkali
hampir tak pernah terlintas dari pikiran kita semua. Apa mau dikata,
gelombang krisis melanda hampir seluruh penjuru dunia. Banyak yang gugur
berjatuhan tapi tak sedikit juga yang bisa memanfaatkan momentum untuk
meraih keuntungan.

Di Amerika, sesaat lagi Barack Obama akan dilantik menjadi presiden.
Beliau memang sosok yang dicintai terutama dari sisi perdamaian,
persamaan hak, dan antiperang. Namun bukan berarti hal yang mudah untuk
memperbaiki perekonomian Amerika yang telanjur carut marut. Sementara di
Indonesia, pemilihan umum hanya tinggal menghitung hari. Orang bilang
Indonesia sudah jauh lebih mantap dan dewasa dalam hal demokrasi. Ada
yang bilang tahun 2009-2010 mungkin akan menjadi titik terparah resesi
ini.

Lalu, strategi investasi apa yang manjur untuk tahun depan?



Ubah Mindset Anda

Kekayaan, sekali lagi, bukan soal seberapa besar penghasilan
Anda—-melainkan seberapa besar Anda bisa menabung dan menyisihkannya
untuk berinvestasi. Seseorang dengan gaji Rp 10 juta dengan pengeluaran
Rp 9 juta per bulan tak lebih baik dari mereka yang bergaji hanya Rp 3
juta tapi bisa menyisihkan Rp 1,5 juta per bulannya untuk berinvestasi.
Karenanya, sebelum merencanakan investasi Anda di tahun 2009, cek
kembali cashflow Anda tiap bulannya.

Tentu saja ada banyak yang bisa dihemat demi menambah pundi investasi
Anda. Salah satunya adalah kurangi konsumsi dan belanja kartu kredit
(yang berbunga sangat tinggi). Saya misalnya, lebih suka membayar tunai
daripada secara gesek karena ada rasa "sayang" ketika harus
mengeluarkan uang. Hal ini bisa membuat saya lebih hati-hati ketika
berbelanja. Di sisi lain, Anda juga perlu menyisihkan sebagian dana
untuk cadangan (emergency fund) di tempat yang aman dan likuid. Tentu
kita tidak mengharapkan hal buruk terjadi, namun tidak ada salahnya
sedia payung sebelum hujan.
Kencangkan Ikat Pinggang

Di Amerika sedang ngetren One Dollar Diet Project, tentang sepasang guru
sekolah yang mencoba untuk hidup (makan) hanya dengan US$1 per hari.
Beritanya sudah dimuat di media terkemuka seperti New York Times dan
majalah People hingga ditayangkan di Fox dan Oprah Winfrey show. Ide ini
menarik karena ternyata menghabiskan uang lebih sedikit tidak selalu
berarti mengorbankan citarasa dan kesehatan sebuah menu.

Sekitar 200 tahun lalu Benjamin Franklin berujar, "If you would be
wealthy, think of saving as well as getting." When you earn a
dollar, try to save a minimum of 20 cents—-barangkali itulah salah
satu nasihat terbaik untuk meraih kebebasan finansial. Sederhana
diucapkan tapi tak pernah mudah dipraktekkan. Mengabaikan ponsel baru
yang gencar diiklankan atau teman yang pamer gonta-ganti kendaraan,
jelas bukan pekerjaan yang gampang. Itulah mengapa persentase orang kaya
jauh lebih kecil daripada mereka yang biasa-biasa saja.


Lebih Rasional

Tahun 2009 nanti selayaknya dimulai dengan perencanaan keuangan yang
lebih hati-hati. Program di tahun ini yang terbukti sukses, bisa terus
dilanjutkan. Tentu ada baiknya untuk tidak melulu fokus pada jangka
pendek, tetapi lebih diarahkan untuk jangka panjang. Leonardo da Vinci
bilang, "Simplicity is the ultimate sophistication." Saya rasa
hal ini berlaku juga di bidang investasi. Sederhanakan segalanya
sehingga mudah bagi Anda untuk mengendalikannya karena semua masih
berada dalam jangkauan.

Mulai saat ini Anda juga harus lebih peduli terhadap hal-hal remeh yang
sering terlupakan. Misalnya, kalau Anda berinvestasi dalam reksadana,
perhatikan baik-baik operating expenses, komisi penjualan, turnover
costs yang tersembunyi, hingga soal pajak. Kalau Anda berinvestasi dalam
saham, ada baiknya untuk memperhatikan tingkat turnover Anda termasuk
komisi broker dan pajak (capital gain) yang harus dibayar. Siapa tahu
masih ada banyak pos-pos yang sebetulnya bisa Anda perbaiki lagi.
Lebih Hati-hati

Situasi krisis di satu sisi membuat orang jadi buta dan
kalap—-peluang apapun langsung disambar. Di sisi lain, greed ini
seringkali dimanfaatkan oleh sebagian orang yang oportunis dan mencoba
mengambil kesempatan. Saya berani bertaruh bahwa tahun depan pasti lebih
banyak lagi berita-berita tentang penipuan berkedok investasi dan
sejenisnya. Oleh karenanya, berhati-hatilah sebelum Anda menempatkan
investasi Anda.

Jangan malas untuk membaca prospektus suatu investasi atau mencari
informasi yang diperlukan bila ada hal-hal yang Anda kurang paham. Hal
ini memang melelahkan (dan membosankan). Tapi percayalah, jauh lebih
baik menghabiskan sedikit waktu untuk belajar daripada kehilangan uang
gara-gara kecerobohan Anda sendiri. Lagipula, belajar sesuatu yang baru
(seperti soal investasi dan keuangan) tak pernah ada ruginya, bukan?


Saham, Obligasi, Reksadana?

Kemana harus menaruh dana di tahun 2009? Ini jelas bukan pertanyaan
mudah. Deposito masih dijamin pemerintah (LPS) hanya sebesar suku bunga
10%. Artinya, deposito hanya tempat untuk memarkir uang sementara, bukan
untuk mengharap return. Kalau Anda tertarik, Obligasi Ritel Indonesia
(ORI) juga boleh dilirik. Return yang ditawarkan mungkin hanya berkisar
12-14% namun risiko gagal bayarnya (nyaris) tidak ada. Namun return
sebesar itu bagi sebagian orang kurang menarik karena belum
mengkompensasi risiko inflasi.

Pilihan saya (disclaimer) ada di saham. Saat ini banyak emiten bagus
yang harga sahamnya terdiskon cukup lumayan. Ada beberapa jagoan sektor
perbankan, infrastruktur, consumer goods, manufaktur, dan telekomunikasi
yang bisa dilirik. Kalau Anda punya amunisi lebih, tak ada salahnya
mengambil saham-saham berbasis komoditas untuk jangka panjang selagi
harganya masih relatif murah. Kalau diparingi (diberi) rejeki berlebih,
saya ingin masuk ke properti di tahun depan.


Diversifikasi (Lagi)

Aturannya sederhana: makin "soft" suatu aset, maka akan makin
mudah harganya dipermainkan; begitu juga sebaliknya. Inilah yang terjadi
saat ini. Harga saham bisa diputarbalikkan dengan mudah, kurs mata uang
naik turun seenaknya sendiri, reksadana dibanting harganya hingga tak
lebih dari separonya. Di tengah situasi yang tak menentu, ada baiknya
Anda mendiversifikasikan sebagian kekayaan Anda dalam bentuk hard asset
seperti tanah (properti), logam mulia, atau barang-barang koleksi.

Jaman serba susah seperti ini juga bukan berarti haram bila Anda
tertarik untuk terjun ke bisnis (sektor riil). Risiko tentu saja ada,
namun bisa diminimalkan dengan masuk ke sektor-sektor usaha yang kebal
krisis seperti makanan atau kelontong misalnya. Keuntungan lainnya,
bank-bank sedang menurunkan suku bunga kreditnya. Ini bisa jadi
kesempatan bagus untuk mendapatkan pinjaman produktif yang berbiaya
(relatif) rendah.


Sound Financial Lifestyle

John Bogle, pakar investasi terkemuka, berpesan, "Choose a sound
financial lifestyle. Start early and invest regularly. Know what
you're buying. Preserve your buying power. Keep costs and taxes low.
Diversify your portfolio." Investor yang mengikuti nasihat tersebut
terbukti bisa mendapatkan return yang lumayan kendati situasi pasar
begitu turbulen. Kebiasaan-kebiasaan kecil semacam itulah yang kelak
akan menyumbang kesuksesan investasi kita.

Lagi-lagi, investasi membutuhkan perencanaan yang matang, komitmen yang
kuat, kesabaran, serta wawasan yang berorientasi jangka panjang. Tapi
itu semua juga belum tentu menjamin kesuksesan investasi Anda. Yang bisa
kita perbuat hanya berencana dan berusaha sebaik kita mampu sembari
tetap rendah hati dan bijak dalam melangkah. Selebihnya, serahkan pada
yang di atas. Dan jangan lupa, dermakan sebagian keuntungan investasi
Anda bagi mereka yang membutuhkan.

Salam dan semoga sukses!



Kirim email ke