Stimulus Fiskal Capai Rp 71,3 Triliun
Rabu, 28 Januari 2009 , 00:22:00 JAKARTA, (PRLM).- Menteri Keuangan sekaligus pelaksana tugas (Plt) Menko Perkonomian Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, total stimulus fiskal pada APBN 2009 dalam rangka antisipasi dan penanganan dampak krisis global akan mencapai Rp 71,3 triliun. Jumlah itu berarti sekitar 1,4 persen dari produk domestik bruto (PDB). Hal itu terungkap dalam rapat kerja antara Sri Mulyani dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Selasa (27/1). Rapat dipimpin Ketua Komisi XI DPR Ahmad Hafiz Zawawi. Dijelaskan, stimulus fiskal itu terdiri atas penghematan pembayaran pajak (tax saving) sebesar Rp 43 triliun atau 0,8 persen dari PDB. Stimulus lain berupa subsidi pajak dan bea masuk ditanggung pemerintah (PPNDTP dan BMDTP) untuk eksplorasi migas dan migor sebesar Rp3,5 triliun (0,07 persen dari PDB), BMDTP bahan baku dan barang modal Rp 2,5 triliun (0,05 persen dari PDB), PPh karyawan Rp 6,5 triliun (0,12 persen dari PDB) dan PPh panas bumi Rp 0,8 triliun (0,02 persen). Selain itu, subsidi dan belanja kepada dunia usaha dan pencipataan lapangan kerja yang terdiri atas penurunan harga solar (subsidi solar) Rp 2,8 triliun (0,05 persen), diskon beban puncak listrik industri Rp 1,4 triliun (0,03 persen), tambahan belanja infrastruktur Rp 10 triliun (0,2 persen) dan perluasan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) sebesar Rp 0,6 triliun atau 0,01 persen dari PDB. Pemerintah mencatat, pemerintah Malaysia paling besar memberikan stimulus fiskal hingga mencapai 4,4 persen dari PDB. Sementara negara lain seperti AS 1,2 persen, Inggris 1,1 persen, China 0,6 persen, Jepang 1,0 persen dan Korea 0,9 persen, Australia sebesar 1,5 persen, India 0,9 persen, Singapura 1,1 persen, dan Thailand 1,8 persen. Menkeu mengatakan, ekonomi dan keuangan global sedang mengalami turbulensi dengan skala yang lebih besar dibanding krisis 1997/1998. Dampak krisis global ke sektor riil hingga saat ini masih nyata dengan adanya peningkatan pengangguran di berbagai negara. "Proyeksi pertumbuhan ekonomi global mengalami koreksi hampir tiap bulan dan diperkirakan masih akan mengalami koreksi ke bawah," katanya. (A-78/A-109/A-26)..***