Anak Usaha Indah Kiat Pulp and Paper PHK 1.300 Karyawan
Chaidir Anwar Tanjung - detikFinance

Pekanbaru - PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk terpaksa mengurangi
produksi pulpnya (bubur kertas) di Riau karena sepinya permintaan
pasar internasional yang membuat anak usahanya melakukan PHK 1.300
karyawan.

PT Arara Abadi (AA) di Riau yang merupakan anak perusahaan Indah Kiat
ini terpaksa melakukan PHK sejak krisis finansial global melanda yang
berimbas pada merosotnya permintaan pulp di pasaran internasional.

Hal itu merembet pada penyuplaian bahan baku ke INKP. Minimnya
permintaan itu, membuat mandek usaha HTI yang dikelola PT AA.

Demikian dijelaskan Humas PT AA Nurul Huda dalam perbincangan dengan
detikcom, Selasa ( 03/03/2009 ) di Pekanbaru.

PT AA yang bergerak bidang Hutan Tanaman Industi (HTI) selama ini
menyuplai bahan baku kayu jenis akasia ke PT Indah Kiat Pulp and Paper
Tbk  yang berpusat di Perawang, Kabupaten Siak, Riau.

"Kita mulai melakukan PHK secara bertahap sejak Oktober 2008 hingga
Februari 2009. Langkah PHK ini merupakan langkah terakhir setelah
berbagai cara sudah dilakukan pihak perusahaan," kata Nurul.

Dia menjelaskan, sebelum langkah terakhir dilakukan, perusahaan sudah
berusaha menghindari PHK tersebut dengan melakukan efisiensi di
berbagai sektor. Misalnya, mengurangi pembelian barang-barang,
pembelian alat kantor, pengehentian proyek pengembangan, serta
meniadakan lembur untuk karyawan.

"Termasuk juga mengurangi perjalanan dinas keluar kota. Semua langka
efisiensi itu sudah kita lakukan. Namun kami tidak juga bisa
membendung krisis global ini. Dengan sangat terpaksa kami melakukan
PHK terhadap 1.300 karyawan," kata Nurul.

Karyawan yang terkena PHK adalah yang bekerja di bagian penanaman HTI,
pembibitan, serta sejumlah karyawan pada perusahaan yang bekerja sama
dengan PT AA.

"Semua proses PHK sudah kita lakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku," kata Nurul.

Produksi Turun

PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk juga terpaksa mengurangi produksi
pulpnya (bubur kertas) karena masih sepinya permintaan pasar
internasional.

Pengurangan produski bubur kertas ini sudah dimulai sejak pertengahan
tahun 2008 hingga tahun 2009. Perusahaan kertas terbesar di Asia
Tenggara itu, mengurangi produksinya hingga 65 persen.

"Pengurangan produksi ini juga mempengaruhi sejumlah anak
perusahaanya. Misalnya PT Arara Abadi perusahaan penyuplai bahan baku
kayu akasia. Dengan mengurangi jumlah produksi itu, mengakibatkan PT
Arara Abadi terpaksa memangkas 1.300 karyawannya," kata Nurul.

Dia menjelaskan, perusahaan selama ini memproduksi bubur kerja
sebanyak 2 juta ton per tahun. Produksi pulp berorientasi ekspor itu
selama ini memenuhi kebutuhan Eropa, Amerika, Timur Tengah, serta
sejumlah perusahaan kertas di Asia .

"Sejak krisis global ini, permintaan pulp di pasaran internasional
merosot antara 35 sampai 65 persen. Merosotnya permintaan pasar
internasional ini sangat berdampak bagi perusahaan kami," kata Nurul.

Nurul menjelaskan, dengan kapasitas produksi 2 juta ton pertahun itu,
selama ini bahan baku disuplai dari PT Arara Abadi anak perusahaannya
dengan luas sekitar 300 ribu hektar Hutan Tanaman Industri (HTI).
Selain itu ditambah 500 ribu hektar konsesi HTI dari  sejumlah
perusahaan yang masuk dalam Kerja Sama Operasi (KSO).

Dari total sekitar 800 ribu hektar HTI itu, kini terjadi penghentian
pemanenan HTI. Jika sebelumnya per tahun dapat memanen HTI 80 ribu
hektar, kini panen pohon akasia itu hanya 30 ribu hektar.

"Penghentian panen akasia ini salah satu faktor yang memicu sejumlah
anak perusahaan penyuplai bahan baku terpaksa memutuskan hubungan
kerja karyawannya," kata Nurul.

Kendati minimnya permintaan pulp di pasaran internasional  itu, namun
perusahaan milik Eka Tjipta Wijaya ini masih dapat bertahan. Hal itu
dimungkinkan, sekitar 30 persen produksinya untuk memenuhi permintaan
kertas dalam negeri.

"Kita masih mampu bertahan ditengah kondisi krisis saat ini, karena
perusahaan juga memproduksi kertas untuk kebutuhan dalam negeri," ujar
Nurul.(cha/ir)

Kirim email ke