Laporan Keuangan yang "Salah"
Dua emiten Bakrie merevisi kinerja keuangan tahun 2008. Beberapa pos dalam laporan keuangan dinyatakan keliru. Alasannya salah ketik dan kealpaan. Dua emiten Bakrie merevisi kinerja keuangan tahun 2008. Beberapa pos dalam laporan keuangan dinyatakan keliru. Alasannya salah ketik dan kealpaan. PT Bakrie & Brothers Tbk dan anak usahanya, PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk, merilis laporan keuangan yang salah. Namun, iklan Bakrie & Brothers yang dilansir Jumat (3/4) direvisi keesokan harinya, sedangkan Bakrie Sumatera Plantation pada 13 April merevisinya pada 1 April 2009. Menurut Kepala Riset Panca Global Securities Betrand Raynaldi, kekeliruan itu menunjukkan proses audit tidak dijalankan dengan profesional. Sebagai analis saham yang akan menggunakan data keuangan emiten, Betrand sendiri mengaku ragu terhadap laporan keuangan emiten Bakrie itu. "Semestinya otoritas bursa bisa meminta audit ulang oleh auditor yang berbeda," ujarnya. Chief Research Officer Capital Price, Roy Sembel, menilai amburadulnya data laporan keuangan emiten Bakrie disebabkan kurangnya transparansi, termasuk dalam hubungan dengan anak usahanya. Dengan demikian, praktik good corporate governance (GCG), kalaupun dilakukan, baru sebatas memenuhi aturan formal, belum menjadi budaya perusahaan. Ketua Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia, ND Murdhani, mengingatkan laporan keuangan auditan menjadi pegangan semua pihak dalam menilai perusahaan yang sahamnya tercatat di pasar modal suatu negara sehingga kekeliruan penyampaian laporan keuangan perlu diteliti oleh otoritas bursa. Menurut Murdhani, jika terbukti ada penyesatan informasi, bisa dijerat dengan UU Pasar Modal dengan sanksi pidana, bukan hanya administratif. Jika tidak, kata dia, akan menjadi preseden buruk bagi pasar modal. Emiten dan auditor akan menggampangkan penyajian laporan keuangan. Pengamat pasar modal Yanuar Rizky menganggap kekeliruan itu hanya gunung es dari masalah di pasar modal kita, termasuk soal kurang dihargainya otoritas bursa. Revisi data keuangan pun seolah tidak membekaskan jejaknya di bursa. Dan di pasar, harga saham-saham emiten Bakrie pun tetap melenggang naik. Direktur Utama Bakrie Sumatera Plantation, Ambono Janurianto, mengatakan revisi tersebut tidak substansial. Kekeliruan hanya terjadi di bagian catatan dan tidak mengubah indikator kinerja yang penting. "Notes (catatan atas laporan keuangan) saja yang ada kesalahan," kata dia, pekan lalu. Namun, jika melihat revisi, ada beberapa selisih nilai di laporan keuangan, bukan hanya soal catatannya. Persisnya, satu pos di neraca konsolidasi, satu pos di laporan laba-rugi, tiga pos di laporan perubahan ekuitas, dan enam pos di laporan arus kas. Ambil contoh, semestinya ada rugi penghapusan tanaman perkebunan sebesar 1,5 miliar rupiah, namun sebelumnya tidak dicatat. Artinya, laba bersih 2008 dicatat terlalu besar (overstatement) sejumlah 1,5 miliar rupiah. Dalam laporan arus kas, pembayaran kepada pemasok dan karyawan lebih saji 388,5 miliar rupiah. Pembelian aktiva tetap kurang saji (understatement) 21,25 miliar rupiah. Penambahan tanaman belum menghasilkan kurang saji 44,45 miliar rupiah. Selain itu, akuisisi anak usaha kurang saji sebesar 367,78 miliar rupiah. Pembelian treasury stock kurang saji 1,99 miliar rupiah. Terakhir, dampak perubahan selisih kurs terhadap arus kas lebih saji sebesar 240,17 miliar rupiah. Kalaupun koreksi dari manajemen dihitung, laporan arus kas Bakrie Sumatera semestinya menyajikan penurunan bersih kas sebesar 58,1 miliar rupiah, bukan 11,125 miliar rupiah seperti yang disajikan. Selisih dalam revisi Bakrie & Brothers lebih besar lagi. Rugi bersih 2008 dikoreksi dari semula 16,62 triliun rupiah menjadi 15,86 triliun rupiah. Direktur Bakrie & Brothers, Dileep Srivastava, mengatakan selisih itu terutama karena bagian laba dari anak usaha semestinya 1,58 triliun rupiah namun hanya dicatat 0,58 triliun rupiah, selisih 1 triliun rupiah. Tapi, jika dilihat lebih jauh, tak hanya pos laba anak usaha yang berubah. Beberapa rekening lain dikoreksi menjadi lebih besar dan ada yang lebih kecil. Alhasil, selisih laba bersihnya 760 miliar rupiah. Masalahnya, akuntansi adalah sistem, dan metode pencatatannya pembukuan berganda (double entry book keepingi). Dengan demikian, mutasi pada satu rekening juga mengubah rekening lain. Dalam kasus Bakrie & Brothers, selisih laba bersih itu akan menggerus pos laba ditahan dalam ekuitas perseroan. Artinya pula jumlah kewajiban plus ekuitas, yang notabene sama dengan total aset, seharusnya berkurang 760 miliar rupiah. Ternyata tidak. Nilai aset pascarevisi hanya turun 100 miliar rupiah, menjadi 25,4 triliun rupiah. Ternyata, ada setidaknya dua pos lain yang "dipilih" untuk diubah. Investasi di anak usaha berkurang 100 miliar rupiah menjadi 6,8 triliun rupiah. Selain itu, pos "selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan" diturunkan 600 miliar rupiah menjadi 1,4 triliun rupiah. KAP Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang tidak bisa dimintai komentar. "Ibu Desni masih di Bakrie," kata petugas kantor itu menjelaskan keberadaan ketua tim audit untuk emiten Bakrie. Namun di kantor Bakrie pun dia tak bisa ditemui. Dileep Srivastava enggan menjelaskan lebih jauh. Menurutnya, masalah sudah selesai dan lewat. Penjelasan yang diberikan manajemen sudah cukup. Alasan revisi itu adalah"human error" dan tidak ada maksud menyesatkan publik dan investor. did/E-8 http://www.koran-jakarta.com/ver02/detail-news.php?idkat=53&&id=6107 http://www.koran-jakarta.com/ver02/detail-news.php?idkat=53&&id=6106