Ribuan Pebisnis Kakap China Bakal Bertemu di Jakarta

JAKARTA. Indonesia bakal kembali kedatangan tamu-tamu penting dari luar negeri. 
Setelah menjadi tuan rumah konferensi kelautan dunia alias World Oceanic 
Conferrence di Manado pekan lalu, akhir pekan ini Indonesia bakal menjadi tuan 
rumah konferensi para pebisnis kakap yang tergabung dalam Komunitas Guandong 
se-Dunia.

Lebih dari 3.000 pebisnis terkemuka keturunan Guandong-China dari seluruh dunia 
bakal datang ke Jakarta dalam The 5th Conference of The World Guandong 
Community Federation, 22-24 Mei 2009. Acara ini akan digelar di Jakarta 
International Expo, Kemayoran, milik pengusaha Siti Hartati Murdaya.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan membuka acara yang juga dihadiri wakil 
dari Provinsi Guandong dan Duta Besar China untuk Indonesia.

Berharap deal bisnis

Penyelenggara konferensi ini adalah Federasi Asosiasi Guandong seluruh 
Indonesia bekerja sama dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar). 
Federasi ini merupakan gabungan empat perkumpulan etnis China, yaitu Hakka, Teo 
Chew, Kuang Sao, dan Hai Nan.

Konferensi ini akan mendiskusikan berbagai masalah seperti chinese business, 
kebudayaan, perempuan dan pemuda, serta kiat menghadapi krisis saat ini. "Jadi 
tak ada muatan politis dalam konferensi ini," kata Kepala Sub Direktorat 
Korporasi Depbudpar, Diah M. Paham, Selasa (19/5).

"Ini murni reunian sembari membangun bisnis," imbuh Ketua Asosiasi Pengusaha 
Indonesia Sofian Wanandi.
Menurut Presiden Direktur Maspion Grup Alim Markus, yang bakal jadi salah satu 
pembicara di forum itu, event yang diikuti pebisnis keturunan Guandong itu 
otomatis akan mendatangkan iklim investasi yang sejuk di dalam negeri. "Mereka 
bisa lihat kita berhasil melewati Pemilu dengan aman, bahkan ekonomi terus 
tumbuh hingga 4%, sementara Singapura saja minus 10%," ujar Alim, Selasa 
(19/5). Dia berharap ada beberapa kesepakatan bisnis dalam acara tersebut.

Noviandi Makalam, Sekretaris Direktur Jenderal Depbudpar juga menaruh harapan 
besar terhadap acara ini. Pasalnya, sejak tragedi kerusuhan 1998 yang 
menyeruakkan sentimen etnis terhadap komunitas Tionghoa, banyak anggapan miring 
terhadap Indonesia. "Konferensi ini akan menghapus anggapan itu," kata Noviandi.


Kirim email ke