Saya adalah investor/trader retailer, salah satu 'korban' keganasan PGAS. Mengumpulkan saham ini mulai dari saat pertama kali terjun ke dunia saham, beli mulai dari 1, 2 lot hingga terkumpul dgn jumlah modal yg nilainya hampir sama dgn nilai jual rumah yg saya tempati sekarang, dgn rata2 beli di atas 10 ribuan. Bukan tanpa persiapan saya langsung terjun ke saham, tapi mulai dari th 2004 sudah mengintip bursa saham dan milis2 yg membahas masalah saham. Bersamaan dengan itu saya juga ikut membeli reksadana saham yg alhamdulillah selalu memberikan keuntungan yg lumayan. Juga saya mengikut kursus dasar yg diselenggarakan oleh Eyang Ratman, Suhu Vibby, Fundamentalist Pak Veter, Pak Alfatih, dll. Membaca2 buku trading dll. Saya mengatur portofolio pribadi 70:30 utk investasi:trading. Investasinya dengan time frame 6-12 bulanan, target untung 20-40% dari modal. Dari perbincangan saya dgn Pak Widhi & Pak Busur melalui YM chat, mereka kurang menyarankan komposisi seperti itu. Anda harus pilih, jadi trader atau investor, jangan tanggung2. Begitu kata mereka. Tapi saat itu saya masih tenang2 saja, walaupun berada dalam batas berpikir utk memilih. Tenang, karena saya nyimpen yg 70% kapital itu di PGAS, lha wong perusahaan negara ini loh, BUMN, perusahaan monopoli, untung gede, dst.. dst... Naik turun harga krn imbas index/regional itu wajar.... Mulai berpikir utk jadi trader sejati / swing trader, karena awal tahun ini tidak bisa ikutan berpesta TINS gara2 sebagian besar modal saya nge-lock di PGAS. Juga pada saat cuti sebulan lamanya di rumah , saya mencoba trading tiap hari, memberikan keuntungan yg sangat lumayan ( gain sekitar 30 jt dari 110an jt yg saya tradingkan). Ada cut lossnya, tapi lebih banyak gainnya, yg berarti trading system saya berjalan baik. Tapi mata dan hati saya benar2 terbuka sekarang...saat PGAS dihargai sedemikian rendah karena indikasi miss trust oleh pengelolanya kepada para investor, bukan karena naik turun harga yg biasa. Kita para retailer kecil tidak bisa menduga apa2 krn tidak bisa melakukan investigasi/riset mendetil kecuali hanya melongo saja sambil bertanya, kenapa dan kenapa? Untuk jadi investor, dibutuhkan riset yg mendalam dgn data2 akurat yang butuh investigasi mendetil. Dan kita, para retailer kecil, umumnya tidak punya akses untuk itu kecuali hanya percaya saja dengan laporan bulanan/tahunan para Fund Manager. Dan dengan rekomendasi itulah sebagian besar dari kita memutuskan membeli/menjual. Ada apa dibalik semua itu, kita tidak tau. Lalu bagaimana dgn yang nyangkut di PGAS? Saya sudah menganggapnya sbg TOTAL LOSS. Takkan pernah saya ambil lagi, membiarkannya hingga anak saya nanti kalo udah besar yang mencairkannya. ( kan maksudnya juga investasi....hehe ya ga gitu2 amat sih). Ini akan saya jadikan semacam monumen peringatan bagi saya dalam trading. Positifnya, saya pernah mengalami hal yg sama sebelumnya. Saat saham perusahaan tempat saya bekerja yg tercatat di NYSE jatuh dari harga $86 ke $30-an di tahun 2000-2001. Saya tetap terus menerus membelinya tiap bulan dengan menyisihkan 10% dari gaji. Karena saya yakin, perusahaan saya adalah perusahaan yang bagus manajemennya, kompeten orang2nya, sangat terpercaya systemnya,dan pemimpin di antara para kompetitornya. Harga sahamnya jatuh hanya gara2 'terpeleset' dikit membeli SEMA, not fundamentally bad. And all those passionate & faith were paid much much better. Saya juga berusaha berpikir positif, PGAS akan tetap naik dengan menaikkan time frame kita. Dalam kasus saya, saya naikkan time frame investasi saya di PGAS menjadi 3 tahun dan atau saat sudah bisa dijual dgn harga layak yg memperhitungkan bunga deposito seandainya uang kita itu ditaruh di bank. Toh harga ga akan kemana2, kata Pak Irwan. Jika tidak naik2pun ya sudah, krn saya sudah ikhlas TOTAL LOSS. Untungnya pula, modal yg nyangkut itu adalah uang dingin. Tak ada niatan utk menggunakannya dalam 1-3 th ke depan. Semoga teman2 trader/investor pemula seperti saya ini bisa mengambil hikmah dari cerita di atas. Hikmahnya bagi saya adalah : 1. Jika terjun ke dunia saham, putuskan mau jadi trader atau investor. Jangan setengah2, karena masing2 punya konsekwensi dan cara yg kadang bertolak belakang. Misal, investor anti cut loss, sementara trader harus cut loss jika harga melawan dia. tentukan juga time frame investasi anda. 2. Gunakan uang yang benar2 dingin, yang tidak akan dipakai dlm 1-3 th ke depan, atau sejumlah yang anda masih bisa tidur nyenyak jika lebih dr 50%-nya hilang. 3. Jangan pernah merasa diri menjadi korban, tetap tegakkan kepala dan terus belajar. 4. Jangan pernah jatuh cinta pada suatu saham. 5. Jangan pernah percaya pada analisa siapapun kecuali pada diri sendiri. 6. Sabaaaaaaaaaaaaaaaaar jika nyangkut..... :P OK deh segini saja.. maaf kalo kepanjangan... mudah2an tak mebosankan. "Cerpen" ini saya niatkan utk menjadi bahan pembelajaran buat kita2 semua, terutama para pemula spt saya. Salam jabat erat ( meminjam gaya Pak Irwan), Agus
--------------------------------- Want to start your own business? Learn how on Yahoo! Small Business.