Baca artikel dibawah ini, tersirat pesan dari Pak Jaya Suprana adanya perbandingan dengan jaman Hitler di Jerman. Siapa ya yang dimaksud?... hehe....
Debat http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/250385/1/ Saturday, 27 June 2009 SALAH satu perangai politik Indonesia adalah gemar berkiblat ke Amerika Serikat (AS). Apa pun yang dilakukan di AS, niscaya senantiasa dianggap sebagai yang terbaik, sehingga harus ditiru, tanpa peduli selaras atau tidak dengan kebudayaan Indonesia. Sistem keperdanamenterian yang terbukti berfungsi bagus di Singapura, Malaysia, maupun Thailand, sengaja tidak dikembangkan di Indonesia. Malah presiden yang memegang wewenang eksekutif,yang terbukti terhuyung-huyung di Filipina, sang penjiplak ulung AS, gigih dipertahankan di sistem pemerintahan Indonesia. Tidak heran apabila acara debat antarcalon presiden (capres) yang menjiplak sistem Pemilu Presiden (Pilpres) AS akhirnya dipaksakan di sistem Pilpres Indonesia. Jelas, debat bukan merupakan bagian peradaban dan kebudayaan Nusantara yang memang lebih mengutamakan harmoni ketimbang konflik. Debat bukan merupakan bentuk sikap dan perilaku terpuji, seperti misalnya patuh atau taat. Debat sama sekali asing pada saat-saat komunikasi religius seperti misalnya khotbah. Anak yang mendebat orang tua, murid yang mendebat guru, bawahan yang mendebat atasan, apalagi umat yang mendebat ulama, jelas dianggap bersikap dan berperilaku kurangsenonoh,bahkankurang ajar. Karena itu, di sidang-sidang DPR, pekik "Setujuuuuuuuuuu...," lebih sering menggaung. Esensimakna falsafah musyawarah mufakat memang berseberangan dengan makna perdebatan. Ketimbang debat, masyarakat Jawa lebih memilih diam sebagai isyarat tidak setuju.Di dalam karya teater tradisional Nusantara, lazimnya adegan dialog perdebatan hanya sebagai pengantar menuju adegan perkelahian. Praktis tidak ada adegan debat murni hanya untuk debat. Maka dalam lelakon Bharatayuda, menjelang pertempuran melawan Karna di Padang Kurusetra, Sri Kresna terpaksa melakukan monolog wejangan Bhagavad Gita bagi Arjuna tanpa sedikit pun didebat. Perilaku komunikasi Indonesia memang lebih senang memberi wejangan dan menerima wejangan ketimbang debat, seperti Harmoko yang pasti tidak pernah mendebat Pak Harto karena sangat tergantung pada petunjuk Pak Harto! Namun di sisi lain,masyarakat Indonesia sebenarnya juga suka menonton konflik yang terjadi pada orang lain. Menonton orang adu tinju, gulat, dan olahraga konflik lain seperti tenis, tenis meja, bulutangkis, voli, sepak bola,merupakan hiburan yang sangat digemari di Indonesia. Demikian pula dengan sendirinya debat. Maka Komisi Pemilihan Umum (KPU) beserta segenap pemilik stasiun televisi gigih berjuang agar acara debat diselenggarakan dan ditayangkan lewat teknologi televisi demi bisa menjual iklan kepada para sponsor semudah mungkin! Akhirnya, pada Pilpres 2009, KPU berhasil memaksa para capres dan para cawapres harus bersedia tampil sebagai "anak wayang" yang wajib berdebat habis di acara televisi khusus, meski semuanya bukan ahli debat profesional, bahkan belum tahu benar bagaimana sebenarnya cara berdebat secara profesional. Alhasil dalam kondisi bukan sukarela seperti para gladiator di zaman Romawi dulu itu, para capres dan cawapres tampil di kaca televisi untuk menunaikan tugas kewajiban mereka berdebat demi memuaskan kebutuhan masyarakat Indonesia atas hiburan dan memuaskan nafsu pengusaha televisi untuk mengeruk profit dari berbagai sumber. Hasilnya bagaimana, tidak perlu dibeber di sini, namun yang jelas lebih banyak yang tidak puas ketimbang puas. Yang puas pun hanya para ahli komunikasi dan politik yang menganggap debat adalah syarat mutlak agar rakyat bisa memilih siapa pemimpin masa depan Republik Indonesia. Sementara anggapan bahwa debat adalah syarat menjadi kepala negara yang tepat dan benar sebenarnya absurd. Menjadi kepala negara yang mampu menatalaksana tampuk kepemerintahan sebuah negara secara profesional an sich tidak ada kaitan dengan kemampuan berdebat. Kemampuan Soeharto yang pendiam dan tidak pernah berdebat sebab memang tidak sudi didebat, de facto dalam hal memimpin negara Indonesia bukan tergolong mutu buruk, kecuali diterawang dengan lensa kacamata demokratis gaya AS. Kemampuan Lech Wallesa berorasi dan berdebat,sampai berhasil ikut merobohkan benteng komunisme bukan hanya di Polandia namun juga merambah sampai ke segenap negara tirai besi di Eropa Timur, terbukti tidak menjamin keberhasilan kepresidenannya di Polandia yang kemudian terbukti gagal total itu. Kemampuan orasi dan berdebat Adolf Hitler termasuk kelas sakti mandraguna yang sulit dicari tandingannya.Namun,apakah kita rela rakyat Indonesia terbius sihir orasi dan debat hingga Indonesia diseret menjadi seperti Jerman di masa Nazi? (*) JAYA SUPRANA * --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, zaka...@... wrote: > > Tambahin pak : > Mau yg tutur bahasanya santun.mau yg tampil di TV keliatan cerdas ,mau yg berasal dari pacitan..semuanya terserah anda bebas memilih apa saja asal LANJUTKAN.. > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -----Original Message----- > From: Dean Earwicker dean.earwic...@... > > Date: Sat, 27 Jun 2009 14:15:55 > To: obrolan-bandar@yahoogroups.com > Subject: [ob] Bebas mau milih Mega, JK atau >>SBY<< > > > Yo wes lah, anda bebas contreng yang menurut anda paling cocok jadi > presiden. Biar tiap capres berdebat satu sama lain, tugas kita adalah > memilih, bukan berdebat. Mau yang tampan dan tinggi besar, atau yang mantan > jendral, atau yang doktor pertanian, itu terserah anda. > <http://sbypresidenku.com/> > > Sama kaya trading, tugas kita bukan debat indeks mau keberapa, tapi gimana > caranya bisa untung secara optimal. <http://sbypresidenku.com/> > > *Lanjutkan!* > > Regards, > DE > > Pada 27 Juni 2009 13:29, ind_g...@... menulis: > > > > > > > SBY memang bersih sampai-sampai kekayaannya hanya 7,8 milyar, padahal > > rumahnya aja segitu harganya...hehe..hari gini masih aja percaya dengan > > orang yang ngaku bersih, yang bersih cuman nabi.. > > > > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > > > ------------------------------ > > *From*: "golden.health" > > *Date*: Sat, 27 Jun 2009 04:48:38 -0000 > > *To*: obrolan-bandar@yahoogroups.com > > *Subject*: [ob] Re: Kalau JK menang, ekonomi menghadapi bahaya besar > > > > --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com <obrolan-bandar%40yahoogroups.com>, > > Ican ican.doank@ wrote: > > > > > > Nah ini dia, anda selalu berasumsi bahwa seorang JK akan melakukan > > > intervensi terhadap BI, apakah anda yakin? > > > > Sangat yakin karena hal itu ber-ulang2 diucapkan oleh JK sendiri dalam > > banyak dialog kampanye yg dilakukannya. > > > > > Data yang ada punya apa?Saya usulkan jangan dulu berburuksangka terhadap > > > seseorang hanya karena anda benci sekali terhadap orang tersebut, coba > > > berfikir jernih. > > > > Data apa? Ya data dari meluncur dari mulut JK sendiri, salah satu > > diantaranya ketika Debat Capres II yg disiarkan TV. > > > > > > > > Kalau mau menuduh, sekarang ini saja sudah ada tudingan terhadap hal > > > itu, coba baca > > > > > http://bisnis.vivanews.com/news/read/16072-menteri_keuangan_bantah_inter\ vensi_bi > > > > > http://www.inilah.com/berita/ekonomi/2009/06/03/112149/independensi-bi-t\ inggal-kenangan/ > > > > Saya sudah baca beritanya, isinya adalah komentar dari pihak2 yg tidak puas > > terhadap RUU JPSK, komentar dari pihak2 yg tidak puas terhadap person2 yg > > diisukan akan menduduki jabatan Gubernur BI. > > Poin apa yg ingin anda soroti? > > > > > > > > Tentang polemik audit KPK saat ini, saya pikir kita harus mencoba > > > waspada, kalau tidak ada sesuatu kenapa terungkapkan apalagi oleh media > > > dengan reputasi baik. > > > > > > Tentang berita disitus KPK coba dibaca yang ini (mohon agar tidak > > > mengambil berita yang sesuai selera anda saja) > > > http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=2653 > > > http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=2427 > > > http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=2743 > > > http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=2841 > > > dll...masih banyak lagi lho..dan nilai saja sendiri > > > > Poin apa yg ingin anda soroti? > > > > > Tentang SBY yang anda bela pun ada artikel yang cenderung negatif disana > > > selain yang baik tentunya, salah satu contohnya > > > http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=2630 > > > > Nah, kalau anda baca lengkap link tsb, silahkan perhatikan paragraph ini: > > ======== > > Saya sendiri agak heran mengapa bisa ada pemahaman yang seperti itu atas > > pernyataan Presiden. Saya sendiri memahaminya secara lain Sejauh yang saya > > dengar (dan saya mendengarkannya dengan cermat) pernyataan Presiden itu tak > > ada kaitannya dengan apa yang dilakukan oleh KPK selama ini. > > Saat itu, Presiden mengemukakan tentang budaya hukum dan mengatakan kita > > tak boleh menjebak orang dalam arti membiarkan atau mendorong orang yang > > tidak tahu hukum menjadi melanggar hukum karena ketidaktahuannya. Misalnya > > ada orang yang karena tidak tahu hukum melanggar hukum, maka, kata Presiden, > > kita harus mengingatkan orang itu, bukan membiarkan orang itu menjadi > > betul-betul melanggar, kemudian ditangkap. > > Kata SBY, kalau ada orang akan berbuat salah karena tak tahu, haruslah kita > > luruskan sebelum benar-benar melakukan pelanggaran hukum. Jadi, sebenarnya > > tidak ada yang salah dengan pernyataan Presiden SBY, yang salah adalah opini > > yang ditimbulkan oleh pemberitaan. > > ======= > > > > Karena begitu bersihnya seorang SBY, maka serangan terhadap SBY itu selalu > > dilakukan dengan memelintir (menyalah-artikan) statement2 SBY, seperti juga > > yg baru2 ini pelintiran dilakukan oleh tim JK-Wiranto thd statement SBY > > ketika berkunjung ke Kompas. > > Bagaimana tanggapan anda terhadap tim JK-Wiranto yg suka melakukan black > > campaign dengan cara plintiran2 tsb? bukankah itu sudah sangat jelas > > menunjukkan watak korupnya? > > > > > > > > > > > > > > > > > On 06/27/2009 01:25 AM, golden.health wrote: > > > > > > > > > > > > --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com<obrolan-bandar%40yahoogroups.com> > > > > <mailto:obrolan-bandar%40yahoogroups.com<obrolan-bandar%2540yahoogroups.\ com>>, > > Ican <ican.doank@> wrote: > > > > > > > > > > Kalau konteksnya itu, karena anda hanya berasumsi, yang saya lihat > > > > hanya > > > > > proses penarikan kesimpulan anda tersebut apakah sudah dengan kepala > > > > dan > > > > > hati yang dingin atau tidak, berdasarkan data-data tidak. Pergerakan > > > > > saham saja berusaha diprediksi dengan TA, artinya ada data, jarang > > khan > > > > > yang memprediksinya berdasarkan feeling dan berhasil. > > > > > > > > Analisis saya bukan berdasarkan TA, tapi berdasarkan FA untuk menilai > > > > Fair Value seorang JK. > > > > Dengan demikian kita bisa menilai JK itu layak untuk diinvest (baca: > > > > dicontreng) atau tidak. > > > > Fundamental Analysisnya adalah: Jika independensi BI dan bank pelat > > > > merah diintervensi, itu alamat bencana ekonomi bakal menghadang. > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > BTW bagaimana tanggapan anda tentang pernyataan presiden bahwa KPK > > yang > > > > > merupakan lembaga superbody sehingga BPKP akan meng-audit-nya atas > > > > > perintah presiden secara lisan, walaupun tidak diakui oleh jubir > > > > > presiden? Ini ada beritanya lho di detik.com...bukan karangan saya. > > > > > Apakah anda akan meng-ignore informasi ini? > > > > > > > > Saya tadi lihat berita di TV, bahwa tidak benar SBY memerintahkan BPKP > > > > untuk mengaudit KPK. > > > > Tapi baiklah, anggap saja berita itu benar, kenapa anda protes kalau > > > > KPK diaudit? apa keberatan anda? Tolong penjelasannya. > > > > > > > > Sudah pernahkah anda membaca berita ini: > > > > Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, upaya KPK memberantas korupsi > > > > membuat kalangan birokrat takut. Akibatnya, perekonomian terganggu. > > > > Hal itu disampaikan Kalla saat membuka seminar internasional mengenai > > > > reformasi birokrasi, beberapa hari menjelang Hari Antikorupsi Sedunia. > > > > Penilaian itu memunculkan keraguan atas keseriusan pemerintah > > > > memberantas korupsi. > > > > Selengkapnya lihat di: > > > > http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=1321 > > > > <http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=1321> > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > >