Pak Herman. Hasil RUPS HEXA hari ini apa ya ? Powered By FREN BondBerry. (Bayar Pake Daun). Indeksbei3000®
-----Original Message----- From: M Herman <hermanlat...@yahoo.com> Date: Sun, 28 Jun 2009 20:55:17 To: <obrolan-bandar@yahoogroups.com> Subject: [ob] BKSL bagus ke depan Sentul City (BKSL) allocates Rp 300bn to build education centers, entertainment, and hospitals in its development area. Currenlty, BKSL has 2,700ha land bank, of which 800ha has been sold. Sabtu, 27/06/2009 (Bisnis Indonesia) Properti di Bogor terdongkrak tol Pengembang semakin agresif tawarkan proyek Cetak Industri properti Bogor mulai bergairah. Pemicunya jalan tol baru yang akan dioperasikan akhir tahun ini. Tak hanya proyek perumahan, pengembang juga mulai berani membangun superblok di wilayah Kota Hujan itu. Pembangunan hunian selama 10 tahun terakhir terkonsentrasi ke sisi timur dan barat Jakarta. Tangerang dan Bekasi sudah menjadi bidikan pengembang sejak lama karena jaraknya ke Ibu Kota lebih dekat dan didukung dengan akses yang memadai. Pembangunan hunian di arah selatan Jakarta, terutama Bogor selama ini kurang berkembang. Meskipun sudah banyak proyek hunian di Kota Hujan itu, tetapi perkembangannya tidak sehebat Tangerang dan Bekasi. Tengok hasil survei perusahaan konsultan properti PT Cushman and Wakefiled Indonesia. Harga lahan di Tangerang dan Bekasi sudah menyamai bahkan melampaui harga lahan perumahan di Ibu Kota. Harga lahan di kedua daerah itu rata-rata mencapai Rp4 juta-Rp10 juta per m2. Harga lahan untuk hunian di Ibu Kota rata-rata berkisar antara Rp6 juta per m2. Beberapa lokasi di Bekasi, seperti perumahan Lippo Karawaci yang mempunyai akses infrastruktur dan fasilitas baik, harga lahan bahkan mencapai Rp15 juta per m2. Adapun harga lahan di daerah Bogor masih berkisar antara Rp600.000 per m2 dan tertinggi Rp2 juta per m2. Kondisi ini menunjukkan, bahwa perkembangan industri properti di Bogor, sebagai salah satu daerah penyangga Jakarta kurang berkembang dibandingkan dengan Bekasi dan Tangerang, bahkan Depok. Meskipun sudah banyak hunian mewah digarap di sana, pengembang harus bersusah payah melakukan promosi untuk mendongkrak citra. Namun, dalam beberapa tahun ke depan kondisinya dipastikan akan berbeda. Harga lahan di Bogor berpotensi terdongkrak. Pemicunya akses jalan tol baru Bogor Ring Road yang akan rampung akhir tahun ini dan rencana pembangunan jalan tol Bogor Inner Ring Road (BIRR). Waktu tempuh Jakarta-Bogor akan semakin pendek dengan kehadiran kedua jalan tol itu, rata-rata 1 jam. Penghuni juga bisa mengakses beberapa alternatif untuk menuju Bogor dari Jakarta untuk menghindari kemacetan. Ketua Kompartemen Tata Ruang Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Hari Ganie mengatakan pengembangan hunian di daerah penyangga Jakarta akan bergeser ke arah selatan dan tenggara Jakarta. Pengembangan hunian di wilayah timur dan barat akan melambat. Selain lahan yang semakin minim, akses menuju timur dan barat Jakarta juga tidak bertambah. Di Bogor, selain masih banyak lahan tidur yang menganggur akan ada akses baru yang langsung menuju jantung kota. Ruas jalan tol Bogor Ring Road, sebagian menyebut Bogor Outer Ring Road dan lebih populer dengan sebutan BORR, membentang sepanjang 11 km dari Sentul Selatan hingga kawasan Dermaga. Ruas jalan tol ini membelah pusat kota Bogor dan terkoneksi langsung dengan gerbang jalan tol Sentul Selatan pada ruas Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi). Keberadaan ruas jalan tol ini akan mendongkrak industri properti di Bogor utara dan tengah. Konsumen dari arah Jakarta melalui Jagorawi tidak lagi harus keluar di gerbang jalan tol Bogor jika ingin masuk jantung kota. Kini kendaraan bisa keluar melalui pintu tol Sentul Selatan kemudian masuk ke jalan tol BORR. Sang investor, PT Jasa Marga Tbk, memastikan seksi pertama ruas itu sepanjang 3,7 km rampung pada September 2009. Seksi pertama menghubungkan Sentul Selatan ke Kedung Halang. Sayang, seksi II dan seksi III belum juga digarap karena investor tengah mengkaji ulang kelayakan investasi dua seksi sisanya. Seksi II dari Kedung Halang-Yasmin/Semplak sepanjang 3,85 km dan seksi III dari Semplak- Dermaga sepanjang 3,9 km. Bogor Inner Ring Road atau jalan tol lingkar dalam kota sebenarnya masih dalam tahap pembahasan karena belum ada investor yang menggarap atau diputuskan dibangun oleh pemerintah. Jalan tol ini membentang sepanjang 3 km mulai dari Harjasari (Bogor Selatan)-Pasirkuda (Bogor Barat). Aksi pengembang Meski baru satu seksi jalan tol BORR yang akan beroperasi, pengembang sudah lebih dulu melangkah. Pengembang di Bogor yang sudah lama eksis, kembali menawarkan hunian dengan klaster baru. Maraknya tawaran ini, sudah bisa dilihat begitu Anda menyusuri jalan tol Jagorawi kemudian keluar melalui gerbang Sentul Selatan. Berbagai spanduk dan poster ukuran besar yang menawarkan hunian dengan embel-embel akses tol baru itu bisa dengan jelas dilihat. Yang paling diuntungkan dari keberadaan ruas baru ini adalah perumahan Sentul City. Kompleks perumahan ini akan mempunyai dua akses jalan tol sekaligus, karena gerbang jalan tol dibangun persis berdekatan dengan kompleks perumahan. PT Sentul City Tbk langsung menawarkan klaster baru Pine Forrest seharga Rp300 jutaan. Pengembang lain di daerah Bogor juga tak tinggal diam. Kelompok usaha PT Bakrieland Development Tbk, melalui anak usaha PT Graha Andrasentra Propertindo, juga agresif menawarkan hunian Bogor Nirwana Residence. Dalam setiap kegiatan promosi, keberadaan kedua proyek jalan tol BORR dan BIRR tak pernah ditinggalkan sebagai bagian dari salah satu keunggulan. Tak hanya hunian, tetapi keberadaan jalan tol baru itu juga memberikan semangat baru bagi perusahaan untuk merampungkan proyek hotel serta pusat belanja dan gaya hidup Nirwana Epicentrum yang ada di dalam kompleks perumahan. Hal serupa dilakukan pengembang lain seperti PT Perdana Gapuraprima Tbk yang mempunyai perumahan Bukit Cimanggu City. Tak hanya pengembang besar, tetapi pemilik lahan individu dan pengembang kecil juga ketiban untung. Ketua DPD Real Estat Indonesia (REI) Komisariat Bogor Raya M. Harrys mengatakan pengembang kecil yang membangun hunian harga terjangkau juga diuntungkan dengan akses baru ini. "Harga properti di Bogor bisa naik 15%-20% per tahun," ujarnya. Pengembang juga mulai berani menggarap gedung bertingkat dan dan proyek superblok. Properti campuran berupa hotel, pusat belanja, dan apartemen juga akan berdiri di Kota Hujan tersebut. Ini akan meningkatkan persaingan bisnis properti komersial di Bogor, di antaranya Bogor Centrum dan Bogor City Center. Kelompok usaha Megapolitan juga kembali mencanangkan proyek superblok Cimandala City di kawasan Jalan Cimandala, Bogor. Proyek yang terdiri dari hotel, apartemen, sekolah, dan rumah sakit ini akan digarap di atas lahan seluas 17 hektare dengan investasi sekitar Rp3,6 triliun. Proyek ini sudah dirancang sejak 2005, tetapi sempat terhenti. Pada Mei lalu, Megapolitan mencanangkan untuk melanjutkan proyek ini. Kehadiran jalan tol baru menjadi slaah satu pemicu grup Megapolitan untuk merealisasikan rencana lama ini.