Dear Millister,

Sekedar mau sharing aja. Saya selalu tergelitik setiap kali media memberitakan 
mengenai Kapitalisasi pasar BEI atau total nilai transaksi per tiap hari uang 
jumlah nya saya sendiri pusing membayankan banyak nya angka nol di belakang 
komanya itu, seperti Rp 7 T, Rp 8 T dan rekor awal agustus kemarin yg mencapai 
Rp 10 T, sebuah nilai yang luar biasa kalau cuma di bayangkan saja.

Namun adakah di antara kita yang berfikir apakah uang sebesar itu benar-benar 
rela money atau hanya angka saja seperti halnya subsidi BBM yg di berikan 
pemerintah kepada rakyat ?

Please correct me if I am wrong, menurut saya angka itu adalah komulatif dari 
seluruh transaksi yang terjadi per hari.

Saya akan sedikit memberi illustrasi :

- Kalau saya mempunyai uang Rp 300 juta yang saya bawa untuk ber transaksi 
saham untuk hari ini, maka kejadiannya bisa saja seperti ini.

- Uang Rp 300 juta saya itu begitu market buka, saya akan belikan seluruh nya 
kepada saham pilihan saya yg tentunya setelah mendengar rumor, dengan target 
begitu harga naik satu atau dua point saya akan jual.

10 menit setelah market buka perkiraan saya benar, lalu saya melikwidasi saham 
saya tadi itu dengan harga jual total Rp 315 juta.

Perhitungan komulatif transaksi untuk saya sendiri dalam hanya 10 menit market 
buka adalah Rp 300 juta untuk beli di tambah Rp 315 juta untuk jual = Rp 615 
juta.

Kemudian uang tersebut dalam satu hari bisa saya keluar masuk sekitar 5 kali 
(ini perkiraan rata2 transakasi investor perorangan dalam satu gari menurut 
saya)

Lalu berapa nilai komulatif transaksi saya dalam satu hari ini ? kalau di 
rata-ratakan saja setiap kali transaksi saya menggunakan uang Rp 300 juta 
tersebut ? sehingga dihitung Rp 600 juta setiap kali masuk dan keluar.

Nilainya adalah 5 dikali Rp 600 juta = Rp 3 Milyar hanya untuk uang yg saya 
bawa sebesar Rp 300 jt tersebut.

Nah saya tidak akan memakai referensi jumlah member Millist ini yang bisa 
mencapai angka 10 ribuan orang, tapi saya akan memakai angka jumlah securities 
house di Indonesia yang menjadi anggota BEI, yaitu 121 buah Sekurities house.

Saya ambil angka 60% nya aktif berarti sekitar 73 securities yang aktif dan 
saya rata-ratakan setiap sekuritas mempunyai sekitar 50 orang nasabah yang 
bermain sesuai pola saya dan mempunyai uang kurang lebih sama dengan saya yaitu 
Rp 300 juta. Dan nilai transaksi perorangan nya untuk hari itu adalah juga sama 
dengan saya yaitu Rp 3 M

Maka hitunganya menjadi 50 X 73 X 3 M = Rp 10,95 Trilyun.

Sementara kalau kita hitung real money yang masuk dan beredar pada hari itu 
adalah 

50 X 73 X 300 juta = Rp 1,95 Trilyun atau hanya 10 Persen dari yang dikatakan 
kapitalisasi transaksi BEI.

Anda percaya sekarang bahwa hanya dengan 3,650 orang investor yg menyiapkan 
uang masing2 sebesar Rp 300 juta bisa membuat Nilai Kapitalisasi sebesar itu ? 
untuk catatan kita saja, member dari salah satu millist ini saja mencapai 8.000 
orang.

Bagaimana jika ada emiten seperti group nya bakrie yg ikutan ? bagaimana jika 
asing atau aseng ikutan ?

Akan tetapi harap di ingat lagi bahwa jumlah itu hanya catatan saja, karena 
kalau pada penutupan market saya kembali melikwidasi portofolio saya hari ini, 
maka yang tinggal adalah catatan di sekuritas tentang jumlah transaksi saya yg 
akan di net off kan saja spread atau selisih nya nanti pada hari penyerahan 
atau kliring ?

Jangan anda banding kan dengan pasar real yang terjadi di Glodok, Berbagai ITC 
serta Tanah Abang. Itu sama dengan membandingkan jeruk busuk dengan apple 
karena di pasar konvensional ada barang yang bergerak, ada distribusi yang 
memberi makan banyak orang, sementara di Bursa kita hanya duduk di depan 
monitor, lalu mencetak uang dengan hanya menjual kertas saham yg sekarang pun 
sudah tidak berbentuk kertas lagi.

Sebenarnya dari hitungan sederhana itu kita juga dengan gampang bisa 
mengira-ngira berapa pendapatan perusahaan sekuritas, tapi untuk hal itu di 
postingan yg lain mungkin akan kita coba bahas.

Hal ini juga yang memikin saya tertawa sedih ketika pada tanggal 20 Oktober
2008 yang lalu pemerintah kita CQ Mentri keuangan menyebutkan telah
menyiapkan dana talangan sebesar Rp 4 Trilyun untuk intervensi pasar
dan menjaga kestabilan Pasar Modal.


Para pelaku dan pemain pasti tersenyum gembira menyambut sinterklas yg
baik hati ini untuk mendapatkan sedikit keuntungan dari rencana buy
back pemerintah ini.

Katanya kita menuju dan berkiblat ke Kapitalis yang meng agung-agungkan pasar 
bebas dan tidak ada intervensi pemerintah, namun kemudian kita juga meniru 
Amerika, mbah nya kapitalis untuk melakukan proteksi terhadap industri dalam 
negri nya, namun ternyata kiblat kita itu pun melanggar prinsip kapitalis 
sewaktu mereka tidak memberi ijin bagi perusahaan otomotif Jepang yang mau 
membeli perusahaan otomotif dalam negri mereka yg lagi sekarat, sedangkan kita 
selain meniru, juga mencoba untuk tetap meyakini sistem kapitalis dengan me 
listingkan indistri-industri strategis contohnya beberapa BUMN seperti Krakatau 
Stell.

Waduh ini udah melebar kemana-mana, mohon maaf ya, tapi

Apakah sekarang anda masih percaya bahwa INDEKS atau NILAI TRANSAKSI BEI bisa 
di jadikan sebagai INDIKATOR EKONOMI Nasional kita ?



Regards,
Irawan Jhony



      

Kirim email ke