Lah, kalau semua orang maen saham, yang ngurus manajemen perusahaan siapa?
Supir taxi maen saham sampe meleng nabrak - kebangetan...
Karyawan maen saham sampe gak ngurusin kerjaan...  - kebangetan juga.

Kalau mau trading for living, ya boleh-boleh saja... asal memang jelas
manajemen uang, trigger buy sell, dll.
Yang proporsional toh.

Secara kapitalisasi pasar, katanya pasar indonesia termasuk sangat kecil,
kurang dari 10% GDP (BGKGS), bila dibandingkan dengan pasar Maleysia yang
katanya diperkirakan 65% GDP negaranya (entah ini GDP Malaysia yang cuma
seiprit atau bagaimana?)...

Barangkali yang cocok untuk dilihat bukan cuma dari pemilikan langsung
saham, tapi juga dari pemilikan tidak langsung (misalnya dari memiliki reksa
dana, atau dana pensiun perusahaan yang banyak masuk ke pasar ekuitas,
dll)...

Kalau tidak salah, di Amerika ada yang namanya IRA dan ROTH (insentif pajak)
buat dana pensiun individu (atau diatur perusahaan) yang diolah di bursa
saham. Dana ini tidak boleh diambil sebelum masa pensiunnya. Yang berarti
walaupun individu tidak punya saham secara langsung, tapi secara tidak
langsung dana pensiunnya akan sangat terpemgaruh oleh naik turunnya harga
saham secara umum.

2009/9/18 t_bumi <t_b...@yahoo.co.id>

>
>
>
> --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "ueno_kobaya...@..."
> <ueno_kobaya...@...> wrote:
> >
> > Betul bro..ditaiwan..supir taxi juga main saham.
> > Diradio mobilnya juga obrolannya saham .
> > Mantap..!
> >
>

Reply via email to