harga saham sektor properti juga merangkak naik :)

JAKARTA: Sejumlah pengembang mulai berani menaikkan harga properti residensial 
baik apartemen maupun rumah biasa, menyusul tren penurunan suku bunga dan 
membaiknya kondisi makroekonomi Indonesia.

Kenaikan harga mulai terjadi secara terbatas memasuki awal tahun ini, berkisar 
10%-15%, setelah hampir setahun pengembang menahan penyesuaian harga akibat 
suku bunga tinggi. Kenaikan harga residensial itu akan berlanjut dan mulai 
marak pada paruh kedua mendatang.

Presiden Direktur PT Bakrieland Development Tbk Hiramsyah S. Thaib mengatakan 
kenaikan harga itu tidak akan mengurangi minat konsumen yang ingin membeli 
properti residensial baik apartemen maupun rumah biasa (landed houses), karena 
diikuti oleh tren penurunan suku bunga kredit pemilikan rumah dan apartemen 
(KPR/KPA).

"Meskipun harga rumah naik, cicilannya tetap terjangkau karena bunga turun. 
Kenaikan harga masih dalam tahap wajar, ini hanya penyesuaian," ujarnya kepada 
Bisnis belum lama ini.

Hiramsyah mengemukakan Bakrieland akan menaikkan harga rumah di Bogor Nirwana 
Residence dan apartemen di kompleks Rasuna Epicentrum. Perseroan juga akan 
meluncurkan sejumlah klaster baru untuk menyikapi membaiknya industri properti 
nasional.

Direktur Pemasaran Sentul City Tbk Hartan Gunadi mengatakan harga rumah di 
Sentul City sudah naik beberapa kali secara bertahap sejak akhir tahun lalu. 
Hunian klaster Pine Forest yang diluncurkan dengan harga awal Rp270 juta-an per 
unit, kini sudah berada di level Rp400 juta-an per unit.

Dia mengatakan selain kondisi membaik, kenaikan harga rumah di Sentul City 
disebabkan oleh adanya akses baru jalan tol Bogor Ring Road.

Hal senada dikatakan Direktur Ciputra Property Tbk Artadinata Djangkar. Dia 
mengemukakan harga apartemen berbagai segmen sudah naik bervariasi antara 5% 
dan 15% memasuki tahun baru. Harga apartemen mewah, katanya, sudah di atas Rp20 
juta per m2. Padahal, sepanjang 2009 harganya bertahan di level Rp20 juta per 
m2.

Harga apartemen kelas menengah juga sudah naik mencapai Rp13 juta-Rp16 juta per 
m2, dari harga sebelumnya yang bertahan pada level Rp12 juta per m2.

"Penurunan suku bunga tentu akan membantu menggairahkan pasar apartemen. Saya 
rasa konsumen akan membeli semua produk properti pada 2010 ini, tidak hanya 
apartemen," ujarnya saat dihubungi Bisnis.

Masih terbatas

Kepala Riset PT Jones Lang LaSalle Indonesia Anton Sitorus mengatakan kenaikan 
harga properti pada awal tahun ini masih terbatas, untuk proyek tertentu dan di 
lokasi strategis yang diminati konsumen.

Pengembang yang menggarap proyek di lokasi biasa-biasa masih mempertahankan 
harga lama.

"Kenaikan harga ini sebenarnya untuk menyesuaikan dengan harga bahan bangunan 
yang sudah naik sejak tahun lalu. Jadi masih dalam tahap wajar," ujarnya 
kemarin.

Namun, langkah menaikkan harga properti residensial itu menunjukkan bahwa 
developer mulai percaya diri.

Menurut Anton, kenaikan harga properti yang serempak akan terjadi paling cepat 
pada semester II/2010 atau paling lambat pada akhir 2010.

Anton mengemukakan meskipun suku bunga acuan (BI Rate) dipertahankan di level 
6,5%, tetapi suku bunga KPR masih berada di level 11%-12%.

Pengembang dan konsumen sama-sama menunggu perbankan kembali menurunkan suku 
bunganya, karena masih ada ruang yang cukup besar untuk penurunan bunga.

Dia mengemukakan pemulihan industri properti belum dirasakan oleh semua 
pengembang. Beberapa developer juga masih menunggu suku bunga kredit konstruksi 
turun




      

Kirim email ke