Entah kapan saya membacanya persisnya saya lupa, tetapi yang pasti ceritanya tetap menarik dan masih cukup relevan dengan situasi sekarang. Terdapat 3 orang anak yang dulu pernah hidup di suatu dusun terpencil di suatu Pulau yang padat penduduknya. Sejak usia 5 thn, ketiga anak tersebut berangkat merantau ke Negeri Seberang dan tinggal di sana hingga mereka dewasa. Setelah merasa cukup pengetahuan, skill dan pengalaman, mereka bertiga sepakat untuk kembali ke kampoeng halaman dengan tujuan membangun desa-nya. Akhirnya pulanglah ketiga Pemuda tersebut (yang kini telah dewasa) ke dusunnya. Setelah tiba di kampoeng halamannya, alangkah terkejutnya! mendapati desa mereka telah berubah total…...semua orang telah menjadi gila dan telanjang, tanpa sehelai baju pun yang menutupi tubuh mereka, mulai dari yang tertua hingga yang termuda. Seluruh penduduk desa mengejek dan menertawakan mereka karena hanya mereka bertiga yang berpakaian………lantas mereka bertiga mulai bertanya kepada para tetua kenapa bisa terjadi perubahaan seperti itu? tidak satu pun dari para tetua desa yang mau menceritakan kejadian yang sebenarnya yang menimpa mereka, setelah ketiga pemuda tersebut hampir putus asa, datanglah seorang pria menghampiri mereka dan menceriterakan awal mula kejadian tersebut. Selepas ketiga pemuda itu pergi merantau, musim kemarau yang luar biasa panjang terjadi di dusun tersebut, semua hasil bumi, panenan dan hewan piaraan nyaris tidak menghasilkan apa2. Para penduduk dusun itu menderita luar biasa karena kekurangan air. Di pinggiran dusun ada sebuah sumur yang airnya selalu ada, jernih dan tidak pernah kering meskipun di musim kemarau. Menurut legenda, siapa saja yang meminum air dari sumur itu pasti gila dan karena itu tidak pernah seorang pun penduduk desa yang pernah meminumnya. Karena kemarau panjang yang sangat dasyat dan seluruh penduduk desa menderita karena kekeringan, maka para sesepuh desa mengambil inisiatif untuk berembuk apa yang harus dilakukan untuk mengatasi penderitaan mereka, diputuskan bahwa air dari sumur itu akan digunakan, mulai-lah dari yang tertua sampai yang termuda meminum air dari sumur itu, setelah mereka meminumnya, alhasil semuanya benar-benar menjadi gila. Mendengar cerita itu ketiga pemuda tersebut merenung dan memikirkan apa yang harus dilakukan, jika mereka tidak meminumnya mereka tetap dianggap “aneh dan gila” oleh seluruh penduduk dusun tersebut, jika mereka meminumnya, ketiga pemuda tersebut akan menjadi gila sama seperti seluruh penduduk, dan karena semua gila maka mereka dianggap sehat dan normal, dan bisa diterima oleh penduduk dusun tersebut. Karena kecintaan ketiga pemuda tersebut akan kampoeng halamannya, akhirnya mereka mengalah dan ikut meminum air dari sumur itu supaya tidak dianggap “aneh dan gila” oleh seluruh penduduk desa tersebut, dan benar setelah mereka meminum air sumur itu mereka menjadi gila sama seperti seluruh penduduk desa itu dan menanggalkan seluruh pakaiannya. Sekarang mereka merasa normal dan tidak dianggap gila oleh seluruh penduduk desa mengingat mereka sekarang telah sama seperti penduduk desa, dan ketiga pemuda tersebut bisa beradaptasi serta berkomunikasi baik dengan penduduk desa. What’s moral of the story? Idealism, truthfulness and honesty is only well applicable and accepted in the environment which the bigger chunk of the society is upholding and honoring those basic principle, otherwise it will not run successfully and seem to be weird and unintelligent. In matters of principle, stand like a rock; in matters of taste, swim with the current. Be sure you put your feet in the right place, and then stand firm. Adversity is the trial of principle. Without it, a man hardly knows whether he is honest or not. + + + + + + + Mohon saat meREPLY posting, text dari posting lama dihapus kecuali diperlukan agar CONTEXTnya jelas. + + + + + + + MARKETPLACE Going Green: Your Yahoo! Groups resource for green living Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use .