*JAKARTA*

PT Central Proteinaprima Tbk (CP Prima) kian memantapkan persiapan untuk
memperbesar kans memenangi tender akuisisi PT Dipasena Citra Darmaja yang
diselenggarakan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Perusahaan tambak udang
tersebut menunjuk lagi sejumlah konsultan, antara lain PT Grant Thernion
Restructuring sebagai konsultan untuk menelaah laporan keuangan grup
Dipasena dan kantor hukum Ali Budiardjo, Nugroho, Reksodiputro sebagai
penasihat hukum.



Sementara itu, analis menilai, penggabungan Dipasena ke dalam CP Prima
bisa menghasilkan nilai wajar saham berkode CPRO itu pada level Rp 1.000per 
saham. Bahkan, terbuka kemungkinan harga saham melesat ke Rp
1.500 bila CP Prima bisa memenangi tender sekaligus menyinergikan
penggabungan kedua raksasa tambak udang tersebut.



Sekretaris Perusahaan CP Prima Hendrik Silalahi mengatakan, terkait
keikutsertaan dalam lelang kredit dan saham grup Dipasena dengan pengamanan
revitalisasi yang diadakan Perusahaan Pengelola Aset (PPA), perseroan telah
menunjuk lagi sejumlah konsultan pendukung proses tersebut.



Di samping menunjuk konsultan pengkaji keuangan Dipasena dan penasihat
hukum, Hendrik dalam keterangan kepada Bursa Efek Jakarta (BEJ), Jumat
(11/5) menambahkan, perusahaan tambak udang yang masuk bursa tahun lalu itu
menunjuk PT Encena untuk menelaah sistem serta konstruksi tambak dan
kanal-kanal. Selanjutnya, PT Wartsila Indonesia dipilih untuk menelaah
ketersediaan energi khususnya *power plant*.



Dia juga membenarkan, CP Prima telah menunjuk PT Truba Alam Manunggal
Engineering Tbk, dan PT Wijaya Karya untuk melakukan uji tuntas ( *due
diligence*) teknis.



*Sinergi Optimal*



Secara terpisah, Kepala Riset Reliance Securities Pardomuan Sihombing
berpendapat, aktivitas perdagangan saham CPRO belakangan ini kian kuat
menyusul kabar rencana akuisisi Dipasena lewat tender PPA. Menurut dia,
dibandingkan dengan peserta tender lain, CP Prima terlihat paling siap baik
dari aspek finansial maupun teknis. Apalagi, ditunjang statusnya sebagai
perusahaan publik.



Berdasarkan perhitungan Pardomuan, penggabungan dua raksasa tambak udang
di Tanah Air itu menghasilkan *fair value *saham CP Prima pada level Rp
1.000 per saham. Namun, dia tidak menampik kemungkinan valuasi yang lebih
tinggi lagi hingga mencapai Rp 1.500, bila pasar telah menerima informasi
yang cukup lengkap tentang hasil dari sinergi dua perusahaan sejenis itu.



Dipasena saat ini ditaksir memiliki aset sekitar Rp 20 triliun dan volume
produksi 100 ribu metrik ton per tahun. Sedangkan volume CP Prima sekitar 35
ribu metrik ton per tahun, dengan pendapatan mencapai US$ 500 juta pada
2006.



Analis lain berpendapat, CP Prima memiliki keunggulan dalam teknologi
sehingga bila Dipasena memakai teknologi itu bisa menghasilkan volume
produksi lebih besar hingga 150 ribu metrik ton. Ini di luar volume CP
Prima. Alhasil, total volume perusahaan hasil penggabungan bisa mencapai 185
ribu metrik ton.



"Sinergi yang optimal seperti ini membuat saham CP Prima layak mendapatkan
premium dari nilai wajarnya. Karena itu, tidak tertutup kemungkinan nantinya
bisa mencapai Rp 1.500 per saham," kata analis tersebut.



Hal senada diungkapkan analis Optima Investama Ikhsan Binarto. Menurut
dia, harga saham CP Prima berpotensi mencapai level Rp 1.000 dan Rp 1.500per 
saham, ketika perseroan nantinya dinobatkan sebagai pemenang tender.
*(rad/asp/mu)*




--
Terimakasih

Ferry Haryanto

Kirim email ke