Tanggal 29 Maret 2010.

Weton : Senin Legi.
Gedung cukup, lumbung tetap.

Pancasudha :      Tunggak semi   -  Penghasilannya selalu terjamin.
Pangarasan :       Lakuning Angin-Sifatnya angin.
Pandai mengambil hati orang tetapi menakutkan jika sedang marah.
Nuju Pati :      Sakit-sakitan, kepayahan kemudian, berpulang sebelum
habis masa jabatannya.

BUMI - Senin Legi - Lakuning Angin
<http://1.bp.blogspot.com/_2aKqvFC3Mmk/S6_8rPe30pI/AAAAAAAABT8/k1b9YNEx_\
zM/s1600/BUMI+-+Senin+Legi.png>

Merupakan Pola Continue dengan rakam nuju pati (Kelelahan sebelum
masanya)  [:D]

Semoga BD BUMI bisa membalik ramalan tsb...he he

Pengaruh : Bathara Bayu.
atau Sifat Bathara yg masuk dalam 8 Sifat Pemimpin (Hasta Brata)

Gambar Wayang Hasta Brata
<http://4.bp.blogspot.com/_2aKqvFC3Mmk/S7ABBRV4wFI/AAAAAAAABUE/F_rIMAEVN\
Xw/s1600/Hasta+Brata.jpg>

Sumber : http://gendutahu.multiply.com/journal/item/10
<http://gendutahu.multiply.com/journal/item/10>

......................

Hastabrata merupakan pitutur yang diberikan Rama kepada Wibisana dan
dalam kisah mahabarata, Hastabrata disampaikan pada pelantikan Prabu Sri
Batara Kresno menjadi raja. Sri Kresna adalah juga sebagai penasehat
pandawa.

Dalam versi Jawa, Hastabrata dapat diuraikan sebagai berikut. Hasta
berarti delapan sedangkan Brata berarti laku, watak atau sifat utama
yang diambil dari sifat alam. Dengan begitu arti Hastabrata adalah
delapan laku, watak atau sifat utama yang harus dipegang teguh dan
dilaksanakan oleh seorang pemimpin atau siapa saja yang menjadi pemimpin
sebuah institusi/organisasi/rumah tangga, bahkan sebagai pemimpin bagi
dirinya sendiri.

Delapan watak utama tersebut diambil dari sifat matahari, bulan,
bintang, awan/mendung, bumi, lautan, api dan angin.

..........................


Kedelapan sifat Angin. Meskipun tidak tampak tetapi dapat dirasakan
berhembus tanpa henti, merata ke seluruh penjuru dan tempat.

Bathara Bayu atau Watak Angin
Yang mengisi tiap ruang kosong. Pemimpin mengetahui dan menanggapi
keadaan negeri dan seluruh rakyat secara teliti.




Dari cerita Pak Oen :

http://finance.groups.yahoo.com/group/obrolan-bandar/message/245394
<http://finance.groups.yahoo.com/group/obrolan-bandar/message/245394>

Mbah...

SeGEBLEK2nya saham mestinya khan ada penjelasannya...
Bbrp Big FM sementara ini menghindari BUMI karena concern dg kasus
pajaknya.
Bahkan mereka menduga proses RI BUMI (dg CIC) yg tertunda mungkin juga
karena
itu.

Denger2 dari sumber yg terpercaya eh yg saya percayai; dlm wkt dekat
akan mereka
selesaikan.

fyi...semakin byk FM memegang saham xxxx.
Saat saham tsb jatuh banyak yg "menjaga"...
Kalau nggak ada?
Yah jagain sendiri, hahaha.....


Dan Pak KC :

http://finance.groups.yahoo.com/group/obrolan-bandar/message/245684
<http://finance.groups.yahoo.com/group/obrolan-bandar/message/245684>

Berdasarkan data yang saya kumpulkan dari awal 2009, beberapa pihak
melakukan pembelian BUMI yang cukup besar di modal harga 2.200 - 2.325
yakni :

1. DH - diatas 500.000 lot
2. DB - diatas 500.000 lot.

Dari "info" yang saya dapatkan (untuk kepentingan research) salah satu
dari yang saya sebutkan diatas, masih ada barang yang belum selesai di
distribusikan.



Jadi inget dengan Cerita tentang Gatotkaca : Kesendirian seorang
Panglima... [:p]

http://www.matabumi.com/berita/gatotkaca-kesendirian-seorang-panglima
<http://www.matabumi.com/berita/gatotkaca-kesendirian-seorang-panglima>

Gatotkaca sadar betul bahwa saat diminta maju ke medan laga, bahwa itu
berarti dia akan sengaja dikorbankan menjadi tumbal bagi pihak Pandawa.
Agar senjata Konta yang hanya bisa dipakai sekali itu, terhujam ke
tubuhnya, sehingga Arjuna selamat dari ancaman Karna.

Di hari menjelang kematiannya, Gatotkaca menggempur prajurit pihak
Kurawa secara luar biasa. Hari itu adalah hari dimana Kurawa kehilangan
prajuritnya dalam jumlah yang sangat luar biasa besar dibanding dengan
hari-hari lain selama Baratayudha. Membuat Karna geram, dan berkeputusan
melepas Konta. Gatotkaca mati dengan Konta menembus dadanya. (Pitoyo
Amrih)



Berikut Asal Usul Hari baik dan Buruk :

Rahasia Jaringan Sang Naga Pembawa Bencana

Konon pada jaman pewayangan tersebutlah seorang pendeta yg bernama
Kasyapa. Cucu dari Bathara Brahma. Kasyapa beristri banyak salah satunya
Dewi Kadru.

Dewi Kadru mempunyai Putra berwujud Ular dan Naga. Dimana yg terkenal
dan setara Dewa adalah Naga Basuki, Tatmala, Taksaka dan lain2.

Suatu ketika Para Naga tdk mau menuruti ibunya. Sehingga membuat ibu
para Naga itu marah dan mengeluarkan Kutukan bahwa para Naga akan
menjadi "Korban Api Bathara Agni" .

Para Naga ketakutan dan meminta tolong Bathara Wisnu.
Kemudian Bathara Wisnu meminta mereka untuk bertapa menempati 8 penjuru
mata angin dan tdk boleh makan jika makanan itu tdk masuk ke dalam
mulutnya.

8 Jaringan delapan penjuru mata angina Sang Naga tersebut kemudian
dibeberkan kepada umat manusia agar terhindar dari bencana.

Tersebutlah Ki Dalang Jaruman. Yg telah membeberkan Rahasia itu di
Kerajaan Janggala. Ki Dalang Jaruman tiada lain adalah Bathara Wisnu
sendiri yg menjelma untuk menyelamatkan umat dari bencana Sang Naga
putra putri Kadru.

Tersebutlah kini Naga Hari, Tahun, Jatingarang dan segala rahasia
menguasai keadaan.

Sumber : Horoskop Jawa (Hal.581)


Kerajaan Jenggala/Janggala. menurut Sejarah

http://www.wacananusantara.org/6/102/kediri
<http://www.wacananusantara.org/6/102/kediri>


Pada tahun 1041 atau 963. Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan
menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang
Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua
kerajaan tersebut dikenal dengan sebutan Jenggala dan Panjalu, yang
dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas. Tujuan pembagian kerajaan
menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.

      Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas
dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya
Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri
meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha. Berdasarkan
prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa
berhak atas seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan.

      Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala
tetapi pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan
peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di
Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang
menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti
juga melalui kitab-kitab sastra.

Sumber-sumber Prasasti
Prasasti-prasasti menjelaskan kerajaan Kediri antara lain yaitu:
a.    Prasasti Banjaran berangka tahun 1052 M menjelaskan kemenangan
Panjalu atas
        Jenggala.
b.    Prasasti Hantang berangka tahun 1052 M menjelaskan Panjalu pada
masa
        Jayabaya.

      Selain dari prasasti-prasasti tersebut di atas, sebenarnya ada lagi
prasasti-prasasti yang lain tetapi tidak begitu jelas. Dan yang banyak
menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab
sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha
yang ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang
kemenangan Kediri/Panjalu atas Jenggala.

      Di samping kitab sastra maupun prasasti tersebut di atas, juga
ditemukan berita Cina yang banyak memberikan gambaran tentang kehidupan
masyarakat dan pemerintahan Kediri yang tidak ditemukan dari sumber yang
lain. Berita Cina tersebut disusun melalui kitab yang berjudul
Ling-mai-tai-ta yang ditulis oleh Cho-ku-Fei tahun 1178 M dan kitab
Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M. Dengan demikian
melalui prasasti, kitab sastra maupun kitab yang ditulis orang-orang
Cina tersebut perkembangan Kediri dalam berbagai aspek kehidupan dapat
diketahui.

      Dalam perkembangan politiknya wilayah kekuasaan Kediri masih sama
seperti kekuasaan raja Airlangga, dan raja-rajanya banyak yang dikenal
dalam sejarah karena memiliki lencana atau lambang sendiri.

      Raja-raja yang terkenal dari kerajaan Kediri antara lain Raja
Kameswara (1115 - 1130 M) mempergunakan lancana Candrakapale yaitu
tengkorak yang bertaring pada masa pemerintahannya banyak dihasilkan
karya-karya sastra, bahkan kiasan hidupnya dikenal dalam Cerita Panji.

      Raja selanjutnya adalah Jayabaya memerintah tahun 1130 - 1160
mempergunakan lancana Narasingha yaitu setengah manusia setengah singa
pada masa pemerintahannya Kediri mencapai puncak kebesarannya dan juga
banyak dihasilkan karya sastra terutama ramalannya tentang Indonesia
antara lain akan datangnya Ratu Adil. Tahun 1181 pemerintahan raja Sri
Gandra terdapat sesuatu yang menarik pada masa, yaitu untuk pertama
kalinya didapatkan orang-orang terkemuka mempergunakan nama-nama
binatang sebagai namanya yaitu seperti Kebo Salawah, Manjangan Puguh,
Macan Putih, Gajah Kuning, dsb. Selanjutnya tahun 1200 - 1222 yang
menjadi raja Kediri adalah Kertajaya. Ia memakai lancana Garudamuka
seperti Ria Airlangga, sayangnya raja ini kurang bijaksana, sehingga
tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Hal inilah yang
akhirnya menjadi penyebab berakhirnya kerajaan Kediri, karena kaum
Brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok di Singosari sehingga
tahun 1222 Ken Arok berhasil menghancurkan Kediri.


Munculnya Cerita Mahabaratha/Baratha Yuda. pada saat pemerintahan
Jayabaya.

http://id.wikipedia.org/wiki/Jayabaya
<http://id.wikipedia.org/wiki/Jayabaya>

Pemerintahan Jayabhaya

Pemerintahan Jayabhaya dianggap sebagai masa kejayaan Kadiri.
Peninggalan sejarahnya berupa prasasti Hantang (1135), prasasti Talan
(1136), dan prasasti Jepun (1144), serta Kakawin Bharatayuddha (1157).

Pada prasasti Hantang, atau biasa juga disebut prasasti Ngantang,
terdapat semboyan Panjalu Jayati, yang artinya Kadiri menang. Prasasti
ini dikeluarkan sebagai piagam pengesahan anugerah untuk penduduk desa
Ngantang yang setia pada Kadiri selama perang melawan Janggala.

Dari prasasti tersebut dapat diketahui kalau Jayabhaya adalah raja yang
berhasil mengalahkan Janggala dan mempersatukannya kembali dengan
Kadiri.

Kemenangan Jayabhaya atas Janggala disimbolkan sebagai kemenangan
Pandawa atas Korawa dalam kakawin Bharatayuddha yang digubah oleh Mpu
Sedah dan Mpu Panuluh tahun 1157.

Jayabhaya dalam Tradisi Jawa

Nama besar Jayabhaya tercatat dalam ingatan masyarakat Jawa, sehingga
namanya muncul dalam kesusastraan Jawa zaman Mataram Islam atau
sesudahnya sebagai Prabu Jayabaya. Contoh naskah yang menyinggung
tentang Jayabaya adalah Babad Tanah Jawi dan Serat Aji Pamasa.

Dikisahkan Jayabaya adalah titisan Wisnu. Negaranya bernama Widarba yang
beribu kota di Mamenang. Ayahnya bernama Gendrayana, putra Yudayana,
putra Parikesit, putra Abimanyu, putra Arjuna dari keluarga Pandawa.

Permaisuri Jayabaya bernama Dewi Sara. Lahir darinya Jayaamijaya, Dewi
Pramesti, Dewi Pramuni, dan Dewi Sasanti. Jayaamijaya menurunkan
raja-raja tanah Jawa, bahkan sampai Majapahit dan Mataram Islam.
Sedangkan Pramesti menikah dengan Astradarma raja Yawastina, melahirkan
Anglingdarma raja Malawapati.

Jayabaya turun takhta pada usia tua. Ia dikisahkan moksha di desa
Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Tempat petilasannya tersebut
dikeramatkan oleh penduduk setempat dan masih ramai dikunjungi sampai
sekarang.

Prabu Jayabaya adalah tokoh yang identik dengan ramalan masa depan
Nusantara. Terdapat beberapa naskah yang berisi "Ramalan
Joyoboyo", antara lain Serat Jayabaya Musarar, Serat Pranitiwakya,
dan lain sebagainya.

Dikisahkan dalam Serat Jayabaya Musarar, pada suatu hari Jayabaya
berguru pada seorang ulama bernama Maolana Ngali Samsujen. Dari ulama
tersebut, Jayabaya mendapat gambaran tentang keadaan Pulau Jawa sejak
zaman diisi oleh Aji Saka sampai datangnya hari Kiamat.

Dari nama guru Jayabaya di atas dapat diketahui kalau naskah serat
tersebut ditulis pada zaman berkembangnya Islam di Pulau Jawa. Tidak
diketahui dengan pasti siapa penulis ramalan-ramalan Jayabaya. Sudah
menjadi kebiasaan masyarakat saat itu untuk mematuhi ucapan tokoh besar.
Maka, si penulis naskah pun mengatakan kalau ramalannya adalah ucapan
langsung Prabu Jayabaya, seorang raja besar dari Kadiri.

Tokoh pujangga besar yang juga ahli ramalan dari Surakarta bernama
Ranggawarsita sering disebut sebagai penulis naskah-naskah Ramalan
Jayabaya. Akan tetapi, Ranggawarsita biasa menyisipkan namanya dalam
naskah-naskah tulisannya, sedangkan naskah-naskah Ramalan Jayabaya pada
umumnya bersifat anonim.


http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak
<http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak>

Kesultanan Demak adalah kesultanan Islam pertama di Jawa yang didirikan
oleh Raden Patah pada tahun 1478. Kesultanan ini sebelumnya merupakan
keadipatian (kadipaten) vazal dari kerajaan Majapahit, dan tercatat
menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia pada
umumnya.

Kesultanan Demak tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran
karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada
tahun 1568, kekuasaan Kesultanan Demak beralih ke Kesultanan Pajang yang
didirikan oleh Jaka Tingkir. Salah satu peninggalan bersejarah
Kesultanan Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang diperkirakan didirikan
oleh para Walisongo.

Lokasi ibukota Kesultanan Demak, yang pada masa itu masih dapat dilayari
dari laut dan dinamakan Bintara (dibaca "Bintoro" dalam bahasa Jawa),
saat ini telah menjadi kota Demak di Jawa Tengah. Periode ketika
beribukota di sana kadang-kadang dikenal sebagai "Demak Bintara". Pada
masa sultan ke-4 ibukota dipindahkan ke Prawata (dibaca "Prawoto").


http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram_Islam
<http://id.wikipedia.org/wiki/Mataram_Islam>

Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Jawa yang didirikan oleh
Sutawijaya, keturunan dari Ki Ageng Pemanahan yang mendapat hadiah
sebidang tanah dari raja Pajang, Hadiwijaya, atas jasanya.

Kerajaan Mataram pada masa keemasannya dapat menyatukan tanah Jawa dan
sekitarnya termasuk Madura serta meninggalkan beberapa jejak sejarah
yang dapat dilihat hingga kini, seperti wilayah Matraman di Jakarta dan
sistem persawahan di Karawang.


Sampai pada Budaya Wayang  [:D]


http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang
<http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang>


Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun sebelum
Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme berupa
pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang
diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.

Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di
Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO pada
tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam
bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga
(Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang
dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan
boneka yang dimainkan oleh dalang.

Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa wayang kulit atau
wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang biasanya
berasal dari Mahabharata dan Ramayana.

Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri,
dengan demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli
yang memiliki cerita, gaya dan dalang yang luar biasa.

Kadangkala repertoar cerita Panji dan cerita Menak (cerita-cerita Islam)
dipentaskan pula.

Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang
sangat dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam
mengembangkan Wayang.

Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga
bagian.

Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur,

kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah,

dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat.

Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu "Mana yang
Isi(Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang
Golek)".


http://id.wikipedia.org/wiki/Kakawin_Ramayana
<http://id.wikipedia.org/wiki/Kakawin_Ramayana>

kakawin (syair) berisi cerita Ramayana. Ditulis dalam bentuk tembang
berbahasa Jawa Kuna, diduga dibuat di Mataram Hindu pada masa
pemerinthan Dyah Balitung sekitar tahun 820-832 Saka atau sekitar tahun
870 M. kakawin ini disebut-sebut sebagai adikakawin karena dianggap yang
pertama, terpanjang, dan terindah gaya bahasanya dari periode
Hindu-Jawa.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Medang
<http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Medang>

Kerajaan Medang adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah
pada abad ke-8, kemudian pindah ke Jawa Timur pada abad ke-10, dan
akhirnya runtuh pada awal abad ke-11.

Pada umumnya, istilah Kerajaan Medang hanya lazim dipakai untuk menyebut
periode Jawa Timur saja, padahal berdasarkan prasasti-prasasti yang
telah ditemukan, nama Medang sudah dikenal sejak periode sebelumnya,
yaitu periode Jawa Tengah.

Sementara itu, nama yang lazim dipakai untuk menyebut Kerajaan Medang
periode Jawa Tengah adalah Kerajaan Mataram, yaitu merujuk kepada salah
daerah ibu kota kerajaan ini. Kadang untuk membedakannya dengan Kerajaan
Mataram Islam yang berdiri pada abad ke-16, Kerajaan Medang periode Jawa
Tengah biasa pula disebut dengan nama Kerajaan Mataram Kuno atau
Kerajaan Mataram Hindu.




Reply via email to