BRI biayai plasma CP Prima Rp1 triliun JAKARTA: Ribuan petani plasma tambak udang eks Grup Dipasena bisa kembali menjalankan usaha menyusul komitmen pembiayaan dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar Rp1,05 triliun. Di bawah PT Central Proteinaprima Tbk-pemilik baru tambak udang eks Grup Dipasena-kepercayaan bank kembali diraih. CP Prima akan bertindak sebagai penjamin (avalis ) pada petani yang rata-rata memiliki tambak seluas setelah hektare tersebut. "Nota kesepahaman komitmen akan diteken hari ini. Namun proses kreditnya akan ditangani oleh cabang kami di Lampung," ungkap Direktur Bisnis Umum BRI Sudaryanto Sudargo kepada Bisnis, tadi malam. Menurut dia, kredit akan disalurkan melalui para petani plasma di tiga perusahaan yakni PT Wahyuni Mandira, PT Aruna Wijaya Sakti, dan PT Sentral Pertiwi Bahari. Para petani plasma berada di bawah naungan CP Prima yang berafiliasi dengan tiga perusahaan itu. Aruna tak lain adalah metamorfosis dari PT Dipasena Darmaja setelah dibeli oleh CP Prima. Sudaryanto menambahkan ada 7.664 petani plasma yang kemungkinan besar bisa dibiayai oleh BRI. Namun, dia memastikan kredit tersebut akan langsung diberikan kepada para petani dengan CP Prima sebagai penjamin. "Jadi, ini kredit UKM. Posisi CP Prima adalah penjamin jika terjadi masalah pembayaran. Proses analisis ada pada cabang BRI di kawasan tambak mereka di Lampung," katanya. Komitmen pertama Bila terealisasi, nota kesepahaman dengan BRI merupakan komitmen kredit pertama dari perbankan kepada para petani plasma eks Dipasena sejak krisis keuangan 1998. Seperti diketahui, sejak membeli tambak Dipasena, CP Prima melakukan sejumlah langkah revitalisasi untuk menggenjot produksi. Corporate Communication Director CP Prima menolak berkomentar lebih jauh mengenai rencana pembiayaan oleh BRI ini. "Saya tidak memiliki otoritas untuk menanggapi informasi tersebut sekarang." Saat ini, PT Aruna Wijaya Sakti tercatat mempunyai area tambak seluas 16.250 hektare di Kabupaten Tulangbawang, Lampung. Dengan tambahan perusahaan baru itu, jumlah tambak CP Prima pada 2009 akan mencapai 6.331 tambak, dari kepemilikan semula 3.856 tambak berkapasitas produksi 74.400 metrik ton. Hingga Agustus, CP Prima telah berhasil merevitalisasi 1.319 tambak milik PT Wahyu Mandira, yang merupakan bagian dari Dipasena Grup. Jumlah tambak ini mewakili 28% dari total tambak Wahyu Mandira. Semasa krisis ekonomi melanda Indonesia, Dipasena tak lain adalah perusahaan milik pengusaha Sjamsul Nursalim yang diserahkan kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional dengan nilai Rp19 triliun. Sjamsul terjerat utang kepada pemerintah Rp28 triiun. Saat dibeli oleh CP Prima, Dipasena dilepas oleh PT Perusahaan Pengelola Aset-lembaga pengganti BPPN-dengan harga Rp1,7 triliun. (hery.trianto@ bisnis.co.id) Oleh Hery Trianto Bisnis Indonesia Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com