Sebenarnya keputusan apakah Cut Loss atau Averaging down tergantung dari
prospek masa depan saham tersebut dan IHSG. Very Sure Mining, CPO dan
saat ini Banking tetap jadi pilihan, hanya saja apakah perekonomian
Indonesia (baca: IHSG) tahun 2008 akan sebagus 2007, akankah lebih baik
atau lebih buruk. Walau beberapa member di milis ini beranggapan IHSG
tidak bisa lagi dijadikan patokan, saya tetap melihat IHSG sebagai dasar
apakah kita akan tetap berinvestasi di saham atau tidak.



Awalnya saya berpikir akan terjadi krisis ekonomi th 2008 di Indonesia,
kenapa? Karena krisis ekonomi akan berulang setiap 10 tahun. Tahun
1986-1987 kita terpaksa mendepresiasi Rupiah thd Dollar dari Rp.
1.000-an ke Rp. 1.600. Tahun 1997-1998 Indonesia harus melepas Manage
Floating Rate ke Free Floating dan Dollar melambung, puncaknya pernah
mencapai Rp. 15.000. Bunga Bank saat itu 60% p.a. hebat bukan anda ga
perlu main saham cukup taruh saja di bank.



Akankah krisis di 2008? Tidak, karena tanda-tanda krisis tidak ada di
tahun 2007, malah sebaliknya banyak factor yang mendukung kemajuan
ekonomi:



    1. Rate BI turun. Banyak pakar yang beranggapan macetnya sector riil
di Indonesia karena bunga yang tinggi, ini ditanggapi dengan baik oleh
BI dengan mulai menurunkan rate-nya dari 12% step by step ke 8%. Kalo
sector riil maju tentu semua senang apalagi Bank yang akan memanen
profit dari pengucuran kredit. Tidak heran beberapa Bank kecil yang
mungkin namanya pun baru kita dengar telah dibeli oleh asing.
    2. Foreign Direct Investment meningkat 70% dan IHSG naik lebih dari
50% di tahun 2007.
    3. Efek SubPrime Mortgage di Amerika akan menguntungkan emerging
market termasuk Indonesia. Karena investasi yang keluar dari Amerika
akan menuju Asia.
    4. Harga minyak mentah di $ 80-an dan menuju $ 70 di 2008. Kita takut
bila harga minyak diatas $ 100, karena harus mensubsidi BBM. Dengan
harga $ 80 dan nanti $ 70 kita mendapat keuntungan maksimal karena harga
komoditi tetap tinggi dan subsidi BBM rendah apalagi bila rencana mobil
pribadi harus memakai premium oktan 90 (yang tidak bersubsidi) jadi
dijalankan.
    5. Suhu Politik adem-ayem. Pasangan SBY-JK menurut survey masih
menjadi pasangan favorit sebagian besar masyarakat.





Rgs,

JM

--- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, Saham Multikartu
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Betul pak, saya punya BMRI di 3775, 3800 dan 4000 tapi masih saya
pegang karena nggak pakai margin. Kalo memungkinkan AD
>
> Dean Earwicker [EMAIL PROTECTED] wrote: Ok pak saya jawab di milis,
tentunya dengan identitas yang disembunyikan, biar yang lain bisa lihat.
>
> Terus terang saya paling susah bikin target, apalagi pakai target
waktu, paling kalau kasih target ya forward dari kawan-kawan saja.
>
> Tapi yang jelas, pasar saham sama dengan pasar ikan. Anda pilih ikan
yang segar, dan anda tawar semurah-murahnya. Tentunya harga bisa semakin
murah kalau pasar sedang sepi dan ikannya oversupply.
>
> Untuk TLKM, sedang di akumulasi di harga 10150, 10.000 dan 9850
(volume gede di harga-harga tsb). BMRI? Saya kurang comfort pegang saham
bank, karena terlalu sensitif sama isu makro ekonomi dan inflasi, kurs,
suku bunga dan kredit.
>
> Untuk kedua saham diatas, awal tahun bisa rebound, apalagi regional
tampaknya sudah bosan merah terus.
>
> Cuma 3 hal yang saya takutkan di bursa saham:
> 1. Margin call
> 2. Delisting
> 3. Reverse split
>
> Selama anda tidak margin, hold tight saja.
>
> Regards,
> DE
>
>
> On Dec 18, 2007 3:37 PM, some guy wrote:
> maaf saya Japri Anda. Malu kalo posting di Milis (hehehe). Pak aku
punya BMRI di 3650...and hari ini Buy TLKM maksudnya BOW...(makanya baca
posting anda langsung nyes ke hati)...hari ini di awal perdagangan kan
sempet ijo jadi PANIK BUYING dech dapetnya 10150...terus koreksi lagi
harga 10100-10000. Maaf pak kira-kira kalo awal taun depan BMRI TP 3800
and TLKM ke 11000 bisa atau harus nunggu lebih lama lagi...please
analisanya dong...
>
>
> Terima kasih
>
>
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo!
Search.
>

Kirim email ke