Senin, 28 April 2008 05:42 WIB Pemerintah Terus Cermati Perkembangan Harga Minyak Dunia Reporter : Sopia Siregar
JAKARTA--MI: Terus meningkatnya harga minyak dunia, yang kini mendekati US$119 per barel, terus dicermati pemerintah. "Sejauh ini kita cermati perkembangan minyak dunia, dan kita terus hitung subsidi berapa dan penghematan berapa," ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, di Jakarta, Minggu (27/4). Apalagi kejadian-kejadian dunia, seperti krisis di Nigeria, dan produksi negara non OPEC yang turun membuat suplai minyak mengalami gangguan. Hanya saja, sampai saat ini, menurut Purnomo, pemerintah belum akan menaikkan harga BBM. "Sebab meski berdampak pada kenaikan subsidi, jangan sampai ekonomi terganggu, karena kenaikan BBM terkait dengan inflasi. Yang penting expenditure kita masih bisa menutupi subsidi," tandasnya. Ditegaskan dia, saat ini yang terpenting produksi minyak mentah Indonesia jangan sampai terganggu. Untuk itu, pemerintah meminta Dirjen Migas dan BP Migas untuk mengerahkan segala daya upaya mendorong kenaikan produksi minyak. Sementara Dirjen Migas Luluk Sumiarso menjelaskan hingga akhir pekan, produksi minyak nasional rata-rata mencapai 977.066 barel per hari. Itu sudah seperti target produksi dalam APBNP. Hanya, dalam pertemuan dengan KKKS Migas ada beberapa yang diperkirakan produksinya tidak memenuhi target. Itu, masalahnya jelas dia macam-macam, ada yang karena operasional, masalah pembebasan lahan, dan administratif. "Sepanjang yang menyangkut administratif, kita akan selesaikan. Tapi perlu di cek dulu, teknisnya memungkinkan gak," urainya. Langkah lain, adalah membentuk posko di Dirjen Migas untuk duduk bersama dengan KKKS. Kemudian menelaah masalah bersama, dan jika ada kesulitan akan difasilitasi semaksimal mungkin. Sementara calon Kepala BP Migas R Priyono, menjelaskan, perkiraan penurunan produksi ke 965 ribu bph, hanya target konservatif. Untuk mengantisipasi adanya halangan-halangan dan kendala teknis di lapangan. Misalnya Pertamina yang menurunkan target produksinya karena produksi minyak lapangan Pondok Tengah dari perhitungan awal. "Ternyata produksi di sana, lebih banyak gasnya daripada minyak. Tapi, dihitung ekuivalen, besarnya sama saja," terangnya. (Pia/OL-06)