Kalau efek buat capital market, mungkin kita harus lihat lagi ke belakang dulu waktu Indonesia naikin minyak 80% tahun 2005, ada efeknya juga kah ke Bursa malaysia?? Saya sendir ga tahu persis, karena efek di BEJ ckup terasa.., mungkin karena BEJ bukan pemain dominan waktu itu, Efek ke luar juga kurang mungkin
Jack Cowok <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pasti ada effeknya: 1. Penyelundupan akan mulai lagi, karena selisih harga menggiurkan. 2. Kalau gak, harga di Indo dinaikkan lagi untuk menyamai harga malaysia. Jangan-jangan ini memang disengaja, supaya Malaysia bisa dapat barang murah untuk negaranya. Salam JACK James Arifin <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Kira2 ada efeknya nggak yah ke Indonesia. Dari detik.com (http://www.detikfinance.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/06/tgl/04/time/105935/idnews/950192/idkanal/4) & Forbes.com (http://www.forbes.com/feeds/ap/2008/06/03/ap5073497.html) Jadi pengen tau, bagaimana reaksi rakyat malesa (dan juga rakyat indonesia yang 'macul' di negara jiran) berkaitan dengan issu ini? Apa demo-demo juga? Bakar-bakaran juga? Rusuh??? Kuala Lumpur - Lonjakan harga minyak mentah dunia memaksa negara-negara Asia menaikkan harga BBM. Setelah Indonesia, kini giliran Malaysia yang akan menaikkan harga BBM-nya. Negeri Jiran itu bahkan mengambil langkah yang lebih dramatis dengan menghapus seluruh subsidi BBM-nya, dan menyerahkan harga sesuai mekanisme pasar mulai Agustus. Rencana tersebut akan diumumkan oleh pemerintah Malaysia pada Rabu (3/6/2008). Malaysia akan menghapuskan subsidi BBM yang mengambil porsi sepertiga dari belanja APBN Malaysia. Padahal Malaysia kini merupakan net oil exporter dengan pendapatan sekitar US$ 77,6 miliar per tahun untuk setiap 1 dolar AS kenaikan harga minyak dunia. Harga BBM Malaysia termasuk yang termurah di Asia. Harga BBM di Malaysia hanya sedikit lebih tinggi ketimbang Myanmar. Dengan harga yang kurang dari separuh harga BBM di Singapura, maka setiap akhir pekan penduduk dari Singapura biasanya pergi ke Malaysia untuk sekedar membeli BBM dan belanja sembako. Pemerintah Malaysia sudah mengeluarkan larangan bagi warga asing untuk membeli BBM bersubsidinya. Namun lonjakan subsidi akibat kenaikan harga minyak dunia tak mampu lagi dipikul oleh negara eksportir minyak terbesar Asia itu. Kenaikan harga minyak mentah dunia memang telah memaksa negara-negara Asia mulai dari Indonesia hingga India untuk terus mengurangi subsidi guna mengurangi tekanan dalam APBN-nya. Menurut Menteri Perdagangan Dalam Negeri Malaysia mengatakan, harga BBM sesuai mekanisme pasar akan mulai diberlakukan mulai Agustus. Berdasarkan harga BBM mengambang sesuai mekanisme pasar di Singapura, makaharga premium berartinaik hingga 69% menjadi 86 sen atau sekitar Rp 8.000. Sementara harga solar akan naik hingga 157% menjadi sekitar Rp 10.050 per liter. Angka ini lebih tinggi dari kenaikan harga BBM yang diumumkan oleh pemerintah Indonesia 23 Mei lalu. Premium naik menjadi Rp 6.000, sementara solar naik menjadi Rp 5.500 per liter. "Jika Malaysia memakai harga BBM sesuai pasar dunia --menggunakan harga Singapura sebagai perbandingan, maka itu berarti seluruh harga bensin akan naik lebih dari 100%," kata Alvin Liew, ekonom dari Standard Chartered seperti dikutip dari Reuters. Malaysia to lift controls on motor fuels (http://www.forbes.com/feeds/ap/2008/06/03/ap5073497.html) Malaysia will remove price controls on gasoline and diesel, allowing retailers to sell fuel at market rates in an attempt to reduce the government's ballooning subsidy bill, a Cabinet minister said Tuesday. The new price structure will start in August, and the retail cost of the fuel "will depend on global market prices," Domestic Trade and Consumer Affairs Minister Shahrir Abdul Samad said. Economists warned the unexpected move to abandon fuel subsidies may spark protests, push inflation sharply higher and weaken consumer spending - a bane to an already slowing economy. Lower-income groups, however, will be given subsidies in other forms - including cash handouts and fuel quotas - as part of reforms in Malaysia's fuel subsidy scheme, Shahrir was quoted as saying by the national news agency Bernama. The government is also considering introducing a windfall profit tax on oil companies, he said, with further details to be announced Wednesday. Gasoline, diesel and natural gas in Malaysia are heavily subsidized and expected to cost the treasury more than 45 billion ringgit (US$14 billion; euro9 billion) this year. The government says the increasing subsidy bill is becoming untenable and that Malaysians who can afford to pay global prices should do so. Economists were surprised by Malaysia's plan to end the price controls rather than gradually raising pump prices to curb its subsidy bill, as countries such as Indonesia and Taiwan have done. Retail fuel prices in Malaysia - among the lowest in Asia - could more than double under the new scheme, and the increase could spark protests from a population used to heavy subsidies, the economists warned. "People are expecting a gradual lifting of fuel subsidies, not doing it at one shot. It seems to be extreme," said Gundi Cahyadi, economist with Singapore-based economic think-tank IDEAglobal. "The impact is going to be negative. For sure, you're going to see inflation shoot higher from August onwards because it will affect prices across the board. Consumer spending and business investment will slow down if this happens," he said. Inflation hit a 15-month high of 3 percent in April, and is forecast at 2.5 percent to 3 percent for the full year. The central bank has cut its 2008 economic growth forecast to 5 percent to 6 percent, from 6 percent to 6.5 percent previously. Manoharan Mottain, economist with AmInvestment Bank, said the removal of price controls would lead to "a lot of unhappiness" because the country's poor transportation system makes many people reliant on their cars. "A total withdrawal (of fuel subsidy) could lead to chaos. There will be protests. It will choke consumer spending and could lead to dangerous levels of inflation," he warned. Cahyadi said the new fuel plan is a "great risk" to Prime Minister Abdullah Ahmad Badawi, who is fighting for his political survival after his ruling coalition suffered election losses in March partly due to the rising cost of living. Fuel prices in Malaysia have been unchanged since February 2006, with regular gasoline costing 1.92 ringgit (US$0.61; euro0.40) a liter, or 7.27 ringgit (US$2.34; euro1.52) a gallon. That is less than half the price in neighboring Singapore. On Monday, Malaysia banned gasoline sales to foreign-registered vehicles near the Thai border. Thailand sells regular gasoline at 31.59 baht ($1.01; euro0.73) a liter, or 120 baht (US$3.87; euro2.51) per gallon.