Saya punya pertanyaan yang kurang saya mengerti... Ekuilibrium suku bunga yang tinggi cenderung membawa kesenjangan sosial, juga memampetkan usaha riil. Jadi sebaiknya suku bunga diturunkan.
Pertanyaannya: "APA yang DIPERLUKAN agar suku bunga Indonesia bisa turun, paling tidak on par atau bahkan lebih rendah dari US atau Euro area. Misalnya Jepang, kenapa bisa sampai hampir nol persen terus... (dipahami bahwa Jepang mengalami "KATANYA" malaise - padahal produk jepang dan angka kesenjangan kemiskinannya kan jauh lebih baik dari US. Kalau menurut saya sih Jepang dengan sengaja mengeset suku bunganya pada tingkat rendah. Lihat saja produk Sony dimana-mana, Dorama jepang dimana-mana, anime jepang dimana-mana... Toyota Honda, dll semua jepang... malaise sama depresi apanya?)... Perasaan saya sih karena mereka sudah mengembangkan "Penciptaan uang internal - suku bunga nol" yang secara efektif dimanfaatkan oleh produsen-produsen atau pabrik riil maupun jasa untuk meningkatkan produksi dalam negerinya. Dalam hal ini ketergantungan terhadap kapital luar sudah tidak signifikan lagi... pasar uang domestik (samurai bond, dll) sudah maju yang mengakibatkan mereka BEBAS mengeset suku bunga. Menurut teorinya sih, suku bunga, inflasi, dan mata uang adalah tripod dimana dua bisa dimaintain dan yang satu lagi akan harus lepas (bergantung alur ekonomi). Artinya kalau mau peg rupiah, dan manage inflasi, maka suku bunga sudah tidak bisa diatur independen lagi (harus mengikuti suku bunga mata uang yang di peg... inflasinya juga mengikuti inflasi dari matauang peg nya). Masalahnya suku bunga ini kan yang mengatur aktifitas ekonomi. Kalau lagi depresi, diturunin.. kalau overheating, dinaekin. Dengan demikian berarti kurs rupiahnya yang bakalan gonjang-ganjing. Jepang kalau tidak salah sih lebih ke arah "Mengatur apa yang bisa diatur.. artinya mengatur suku bunga dalam negeri. Sampai sampai ada masalah Yen daka jaman dulu, dll" Jadi untuk pertanyaan saya tersebut, saya rasa jawabannya adalah lebih meningkatkan independensi produksi terhadap modal masuk (produksi jangan melulu mengharapkan dana luar negeri seperti IMF, ADB, dll). Entah logika ini benar atau tidak? Atau barangkali bisa lebih detil gitu... Thanks sebelumnya... buat bahan pemilu.. he.. he.. Pilihlah saya...