Berita Utama Selasa, 13 Juli 2004 Orde Gagal Reformasi (3) SUSILO Bambang Yudhoyono sudah pasti lolos ke putaran kedua pemilu presiden 20 September. Bukan tidak mungkin Wiranto akan menyalip Megawati Soekarnoputri untuk mendampingi SBY di final putaran kedua. Mungkin sebaiknya dua jenderal purnawirawan produk Orde Baru itulah yang bertarung memperebutkan kursi presiden. Jadi, supaya semakin jelas dan nyata bahwa perjuangan reformasi yang dipimpin kelompok sipil Ciganjur terbukti gagal. Total suara perolehan sementara yang direbut dua calon presiden dari kelompok Ciganjur, Amien Rais dan Megawati, kalah jauh dibandingkan dengan gabungan perolehan suara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wiranto. Ini pukulan kedua karena tiga tahun yang lalu Gus Dur, tokoh wahid kelompok Ciganjur, terbukti gagal pula. Kepemimpinan Presiden Megawati selama sekitar tiga tahun terakhir jelas dianggap gagal oleh rakyat. Perolehan suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) turun drastis dalam pemilu 5 April lalu dibandingkan dengan Pemilu 1999. Hal itu jelas membuat malu kaum sipil. Sekalipun kita sudah hidup di alam demokrasi, banyak rakyat yang tidak puas. Bukan tidak mungkin ingar-bingar pemilu langsung untuk memilih wakil dewan serta presiden sepanjang tahun 2004 ini telah membuat rakyat makin menderita. Di tiga bulan pertama tahun 2004, kita dibombardir pemberitaan mengenai kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang berantakan. Ada kasus kotak suaralah, surat suaralah, perpu dana tambahanlah, anggaran empat triliunlah, dan macam- macam sehingga membuat kepala kita semua pusing. Ternyata, ketidakbecusan itu terjadi lagi sekarang. Dan golput pun tampaknya akan menang lagi. Lalu kita ramai lagi. Ada yang memprotes hasil penghitungan suara yang prosesnya memang mencurigakan. Ada pula yang ribut menuntut KPU yang sekarang dibubarkan. Semua lagi sibuk berkampanye, tetapi korupsi dan penyelundupan tetap jalan lurus tidak belok-belok. Semua bangga dan berkeren-keren dengan pemilihan langsung, eh bus-bus TNI AD tak mau kalah juga jalan terus membawa pemilih masuk ke sebuah pesantren. Ketika Presiden Megawati liburan ke Bali, yang lain-lain mungkin sedang rajin menggalang konsesi. Penghitungan belum lagi selesai, sudah banyak yang runtang-runtung ke mana-mana agar dipilih menjadi menteri. Itulah kelakuan politisi segala zaman. Seperti sebuah lagu mereka "di sana senang, di sini senang, di mana-mana hatiku senang". Nah, nanti kalau SBY jadi presiden, semua mesti antre untuk melamar masuk ke kabinet pelangi. Dari sekitar 25 menteri, mungkin empat orang lalu keluar dari kabinet untuk mencalonkan diri sebagai presiden lagi. Jika SBY secara diam-diam dan dengan strategi jitu meminta tolong orang membentuk Partai Demokrat, salah satu dari menteri yang mundur itu kelak akan membentuk Partai Republik. Siapa tahu kebagian bantuan dari Partai Republik di Negeri Paman Sam, yang mungkin tahun 2009 masih akan berkuasa lagi? MENGAPA SBY unggul? Pertama, dalam politik selalu terdapat prinsip kesinambungan atau perubahan (continuity and change). SBY menjadi simbol harapan rakyat yang menghendaki perubahan kepemimpinan nasional yang baru dan segar, barangkali kalau bisa lelaki yang ganteng, dan jika memungkinkan tak perlu berasal dari partai-partai politik besar seperti Partai Golkar atau PDI-P. Banyak manusia Indonesia yang bertipe "membela yang tertindas". SBY sering jadi korban, mulai sejak menjadi menko polkam, lalu difitnah kanan-kiri selama kampanye berlangsung. Makanya, kalau mau menang di putaran kedua, semakin sering teraniaya, SBY akan semakin kuat. Percayalah! Kedua, SBY merupakan simbol stabilitas politik dan ekonomi ala Orde Baru. Banyak kita yang dengan ngumpet- ngumpet atau terus terang tanpa malu-malu mengaku sedang menderita penyakit SARS (Sindrom Amat Rindu Soeharto). Namanya orang sakit, yang paling penting adalah makan yang banyak, lalu perut menjadi kenyang, kemudian leyeh-leyeh di bawah pohon beringin. Mau demokrasi atau demonstrasi, kalian mesti antre dulu dan jangan mengganggu tidurku. Soalnya zaman dulu yang penuh keemasan memang lebih enak dan lebih masuk akal. Politik stabil, keamanan terjamin, maka modal asing datang seperti tamu agung. Setelah rundingan soal persentase komisi atau opsi saham tidur, modal asing berkenan memulusken pembangunan. Tiba-tiba, jalan tol dibangun di mana-mana. Itu dulu. Sekarang akan dibangun jembatan bawah laut antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Jakarta sudah punya busway, terowongan atau underpass apa lagi, ada di mana-mana. Sebentar lagi ada monorail alias kereta layang rel tunggal. Jangan lupa, di mana-mana sudah ada flyover alias jalan layang. Ini semua berkat jasa Gubernur Sutiyoso, mantan jenderal yang mempunyai strong leadership. Nah, sektor pembangunan terbukti menjadi penyumbang terbesar kepada pertumbuhan ekonomi walaupun duitnya dikorupsi tanpa henti. Sektor itu menyediakan lowongan kerja yang banyak luasnya agar rakyat bekerja keras seperti-kata Mennaker Soedomo dulu- rombongan semut hitam. Maka, si rakyat yang sudah bekerja membawa pulang uang untuk belanja dan uang sekolah. Pemerintah yang terus membangun sampai ke puncak gunung akan membuat Indonesia gemah ripah loh jinawi. Ketiga, popularitas SBY tidak ada hubungannya dengan Partai Demokrat yang relatif baru serta belum berpengalaman. Artinya, pendukung SBY sebetulnya kecewa dengan politics as usual yang ditunjukkan oleh partai-partai besar. Maka, kita akan tertib, ganteng, berwibawa, dan berdisiplin. Anak-anak kita setiap hari berbaris rapi, krak-krak-krak. Untuk berbicara teratur, sopan, dan penuh wacana, para orang tua harap datang ke John Robert Powers untuk belajar memompa wibawa. Mari kita ucapkan Selamat Jalan Reformasi! Terima kasih sudah enam tahun bersama kita yang masih tetap seperti yang dulu. Maka Pak Tua itu pun tertawa, "Ha-ha-ha-ha...." (e-mail: [EMAIL PROTECTED]) |
____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting ___________________________________________________