Assalamu'alaikum Wr.Wb.
 
Kalau dikampuang awak lai tapakai bak nangko :
 
Tinggi tagak dek pakaian
tinggi duduak jo kapalo
 
ba a kiro-kiro tu ?
 
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
 
 
Bandaro Labiah
sadang takantuak-kantuak dek batanggang

Adrisman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Kearifan emas
            
Seorang pemuda mendatangi Zun-Nun dan bertanya, "Guru, saya tak
mengerti mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya,
amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian
sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan melainkan
juga untuk banyak tujuan lain."

Sang sufi hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu
jarinya, lalu berkata, "Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu,
tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini
dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya
seharga satu keping emas?"

Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, "Satu
keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu."
"Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil."

Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada
pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada
yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu
keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja,
pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia
kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor, "Guru, tak seorang pun
berani menawar lebih dari satu keping perak."

Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah
kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada
pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan
saja bagaimana ia memberikan penilaian."

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada
Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, "Guru,
ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari
cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping
emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada
yang ditawar oleh para pedagang di pasar."

Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas
pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari
pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar"
yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas".
"Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat
dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan
kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses, wahai sobat
mudaku. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap
yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas
ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas."

_____________________________________________
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://rantaunet.org/palanta-setting
___________________________________________________


Yahoo! Messenger - Communicate instantly..."Ping" your friends today! Download Messenger Now
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting 
___________________________________________________

Kirim email ke