Saya bingung, mana yang orang bodoh dan orang pintar dalam diskusi ini. " selalu diakhiri dengan kata2 ini pendapat saya lho" seperti ingin mendisclose bahwa ini pendapat saya boleh terima boleh juga tidak.
tapi kenapa tulisan saya jadi polemik yh ? bukankan si penulis juga dengan kemampuan berpikirnya yang terbatas mungkin!,sedang berpendapat dalam sebuah tulisan orang bodoh dan orang pintar ? boleh kan ? jadi jangan menyalahkan dong! Silahkan anda berpendapat, gunakan kata2 yang baik diskusi dengan ilmu, dari pertama kali anda bertanya sumber dan asal postingan saya ( saya berpikir apa anda bisa trus berdikusi dengan baik kalou isi materi dan sumber dokumen tidak diperhatikan dengan baik ? ) Afwan saya tidak ingin berpolemik dalam hal ini, anggap saja si penulis sedang berpendapat, kalou bagaimana masalah orang dalam menerima sebuah pendapat, saya sarankan baca bagaimana luqman mendidik anaknya ;-) Wassalam Ronal Chandra --- syafwardi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Assalamualaikum ww.. > > Pernyataan Bapak tidak sepenuhnya benar juga pak > Darul. Proses rekruitmen karyawan, baik swasta > ataupun pegawai negeri sekarang sudah banyak yang > melalui proses yang bagus. > Mungkin Bapak bisa tanya kepada orang-orang yang > telah melalui tes seperti di: Bank Indonesia, Deplu, > Depkeu, Telkom, Pertamina, Caltex, Bank-bank serta > instansi-instansi terkemuka lainnya, disana IPK > hanya syarat untuk ikut serta, setelah itu mereka di > tes lagi: TPA, IQ, psikotest, diskusi, kesehatan dan > wawancara, barulah dari sana diambil orang-orang > yang terbaik. Jadi yang ditanya itu memang > kemampuannya secara keseluruhan, bukan hanya titel. > Bahkan ada instansi yang sampai menyewa konsultan > SDM untuk melakukan rekruitmen. > Jadi jangan dipikir penerimaan pegawai itu cuma > berdasarkan titel pak, salah besar, kalau omongan > Bapak ini diketahui oleh: konsultan SDM, para > pencari kerja, orang-orang yang telah melewati > proses tes untuk mencari kerja, manajer-manajer SDM > perusahaan, divisi SDM di departemen-departemen, > bank serta instansi lainnya, mereka-mereka bisa > protes. > Begitu lho pak Darul kalau dalam konteks pemikiran > yang agak luas, tapi kalau mau melihat dalam > pemikiran sempit, pertemuan alumni, obrolan di > warung, carito-carito di ateh bendi, ataupun forum > non formal lainnya, pasti yang dinilai adalah titel > seseorang bukan kemampuannya. > Tentang peringkat SMA berdasarkan banyaknya > lulusannya yang diterima di PT, itu sangat wajar > sekali kalau hal tersebut menjadi salah satu > indikator keberhasilan suatu SMA. SMA yang mempunyai > lulusan yang lebih banyak diterima di PT berarti > lebih berhasil secara akademis ya khan? > Kalau untuk yang terakhir, saya tidak bisa komentar > pak, karena konteksnya mungkin udah agak beda. tapi > yang pasti, kalau konteksnya sudah non formal, sudah > pasti yang dipakai penilaian yang non formal juga, > jadi wajar-wajar aja pak, kalau dalam suatu > organisasi, pemimpin dipilih berdasrkan titelnya, > bukan kemampuannya, apalagi kemampuannya untuk > inilah dan itulah. > Pak, emang ada business owner yang bodoh? ga ada lho > pak, business owner manapun, mereka tetap memikirkan > keuntungan dalam setiap kegiatan yang dia lakukan, > dan keuntungannya ga selalu dalam bentuk materi, > mungkin ketenaran, publisitas ataupun jaga relasi, > yang pada ujung-ujungnya nanti juga akan > mendatangkan keuntungan. > Jadi begitu lho pak Darul pendapat saya, tapi ini > cuma pendapat pribadi pak, bisa bener dan bisa salah > juga, tapi kalau tentang info nya, semua benar pak. > Kembali ke topik awal, kalau kita sudah tahu siapa > kita, dimana kita berada, apa yang kita ketahui dan > apa yang kita lakukan sudah sesuai dengan posisi > kita, berarti kita sudah tidak bodoh lagi. > > Sekian, terimakasih, wassalam dan hormat saya, > > Adi > > > > > Darul Makmur <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Assalamulaikum WW > > Yang sempit itu kami yang dahulu membicarakan atau > anda? > > Dimana saja, dalam pernerimaan pegawai (negeri), > dirapat alumni, malah sampai memilih pacar, sering > yang ditanya titelnya apa? bukan kemampuannya. Malah > sekolah SMA diukur peringkatnya, seberapa banyak > tamattannya yang diterima di PT. > > Pernahkah suatu pemilihan atau penilaian > dikatagorikan kepada seberapa besar orang tersebut > dapat mempekerjakan orang lain. Malah yang dinilai > dimana dia bekerja dan jabatan apa? Yang nota bene > dia adalah digaji untuk jerih payah yang dijualnya > kepada orang bodoh ........ eh salah business owner. > > Wassalam WW > St.P > > -----Original Message----- > From: [EMAIL PROTECTED] > [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Behalf Of syafwardi > Sent: Friday, July 30, 2004 6:22 PM > > > Assalamualaikum Wr Wb > > Ijazah memang jadi syarat, tp itu bukan ukuran > pintar dan bodohnya seseorang, termasuk di negara > RI. juara, ranking atau apalah juga bukan ukuran > pintar ataupun bodoh seseorang. > Jangan terlalu menyempitkan pemahaman tentang > sesuatu, dan juga jangan selalu menganggap bahwa > negara kita tertinggal, disini harus jelas apakah > memang negara yang tertinggal atau kita yang tidak > tahu akan perkembangan dan kemajuan yang telah > terjadi di negara kita ini. > Makasih.. > > Wss, > Adi > > ____________________________________________________ > Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, > silahkan ke: > http://rantaunet.org/palanta-setting > ___________________________________________________ > > --------------------------------- > Do you Yahoo!? > Yahoo! Mail Address AutoComplete - You start. We finish.> ____________________________________________________ > Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, > silahkan ke: > http://rantaunet.org/palanta-setting > ___________________________________________________ __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com ____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting ___________________________________________________