Saya pernah mendengar dari senior saya waktu di SMA, bahwa ada seorang pedagang minyak 
tanah, saat meninggal dia mengucapkan "minyak". A'udzubillah. Sungguh mengerikan 
memang. Saya di sini tidak bermaksud merendahkan tukang minyak, tidak, karena tidak 
semua tukang minyak seperti itu.
Yang menjadi perhatian di sini bahwa kebiasaan ucapan kita bisa mencelakakan kita. Apa 
yang sering kita ucapkan, akan tertanam di otak kita. Akan masuk kedalam pikiran kita.
Konon orang pacaran dia akan mengingat terus pacarnya. Sedikit-sedikit ingat pacar 
sehingga apa yang dia lakukan dan apa yang dikatakan pun sedikit-sedikit berhubungan 
dengan pacarnya. Mandi berlama-lama, dandan berlama-lama, sering melihat cermin dan 
sebagainya.
Dari sini akan terlihat bahwa apa yang ada dalam pikiran kita akan menuntun tindakan 
kita. Atau tindakan kita akan mengacu kepada apa yang ada dalam pikiran kita.
 Kita kembali ke awal, kata-kata yang sering di ucapkan akan tertanam kedalam pikiran, 
kemudian pikiran akan menggerakan tindakan kita.
Kenapa fenomena ini tidak kita manfaatkan?
Yaitu dengan membiasakan mengucapkan kata-kata yang baik, yang membesarkan hati, yang 
optimis yang lembut. Ingat pesan Nabi "Berkata yang baik, atau diam".
Cobalah mulai sekarang, identifikasi kata-kata Anda yang kurang baik, yang kasar, atau 
melemahkan. Kemudian gantilah dengan kata-kata lain yang positif. Salah satunya ialah 
dengan bertanya dengan pertanyaan bisa mengubah fokus dari suatu masalah.
 
dian


 
____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke