Pengantar:
Karano postingan pak Guru Online ko baulang2 taruih, tantu baa pulo kalau indak ditanggapi.
Baiklah, ambo cubo mananggapi apo nan disampaikan dek Pak Guru ko;
(Wady, 30th)
At 12:58 AM 10/16/2004, you wrote:
MEMBAHAS FIKIH LINTAS AGAMA (FIKIH PARAMADINA) (6)
Oleh : Drs. H. HARTONO AHMAD JAIZ AGUS HASAN BASHORI, Lc. M.Ag ------------------------------ MELANDASI KECAMAN DENGAN CELOTEH MUSUH AGAMA
Ulama fikih klasik yang telah sangat berjasa menuntun umat Islam agar memahami agama, tahu-tahu mendapat kecaman sebegitu pedasnya dan orang-orang Paramadina. Sementara itu, pengecam ini untuk melandasi kecamannya terhadap Imam Asy-Syafi'i dalam buku FLA hlm. 167-168 itu begitu tidak risihnya menampilkan dan mengutip-kutip musuh-musuh agama dengan celoteh usangnya.
Kutipan:
"Karl Marx dalam sebuah kritiknya menyebut agama sebagai candu. Nitzche dalam refleksi filsafatnya menyebut, Tuhan telah mati.
Jacques Derrida menyebut, kebenaran makna selalu tertunda. Huston Smith dalam Why Religion Matters: The Fate of the Human Spirit in an Age of Disbelief mempertanyakan apakah agama telah menemukan ajalnya? (!) Dan dalam banyak buku, para orientalis menyebut Islam sebagai agama yang tak mengakomodasi agama lain." (FLA, hlm. 168)
Ajaran agama kita untuk memancung orang yang tidak mempercayai agama kita, memang pengertian dari "tidak mengakomodasi agama lain" tu. Jikok Pak Guru memancung lihia anak murik Pak Guru nan indak saagamo jo Pak Guru, itu ka disabuik urang "pak Guru indak mengakomodasi siswa yang beragama lain" selain disabuik urang biadab dan kejam.
Tanggapan:
Perkara Karl Marx mengecam agama, apakah memang ada kaitannya dengan Imam Asy-Syafi'i? Dan agama yang dikatakan Karl Marx itu maksudnya langsung Islam, atau justru Kristen? Demikian pula Nitzche, Jacques Derrida, dan Huston Smith. Tentu tidak ada kaitan-kaitannya dengan Imam Asy-Syafi'i. Bahkan para orientalis yang mengecam langsung terhadap Islam pun tidak mengkhususkan kepada Imam Asy-Syafi'i.
Aneh orang-orang Paramadina ini. Meminjam mulut orang-orang kafir untuk landasan mengecam ulama Islam, sedangkan orang kafir itu sendiri memaksudkan kecamannya itu kepada obyek yang mereka hadapi belaka. Dan kecaman itupun adalah subyektivitas kebencian mereka yang memang anti agama dan anti Islam. Barangkali masih ada sedikit bobotnya bila Paramadina mengutip kecaman orang ahli dzimmah (Ahli Kitab/Yahudi atau Nasrani yang tunduk dalam perlindungan kekuasaan Islam) atas kedhaliman kekuasaan Islam akibat ajaran Imam Asy-Syafi'i dalam fikihnya (yang sampai disebut oleh FLA: Asy-Syafi'i seakan-akan ingin menjadikan agama lain sebagai sapi perahan yang dituntut dengan kewajiban-kewajiban, narnun di sisi lain, mereka tidak diberikan hak yang setimpal). Walaupun misalnya kutipan dan ahli dzimmah yang pembohong pun masih ada nilainya, karena ada korelasi antara ajaran fiqih Imam Asy-Syafi'i dengan ucapan/pengakuan (walau bohong) dari orang yang terkena akibat.
Lebih aneh lagi, umat Islam sedunia ini sekarang sedang dilindas oleh ajaran bahkan hukum sekuler yang sangat mendiskriminasikan bahkan tidak membolehkan berlakunya hukum Islam, hatta untuk masyarakat muslim sendiri pun; narnun tidak ada secuil ungkapan dari orang Paramadina - selaku orang yang masih mengaku diri mereka muslim - keberatan atas sikap menekannya hukum sekuler itu. Kenapa yang dikecam justru Imam Asy-Syafi'i yang hukum fiqih produknya tidak dalam kondisi diterapkan (sampai hanya khusus di kalangan Muslimin bermadzhab Syafi'i pun tidak) masih pula dikecam-kecam, hanya untuk membela kaum kafir? Padahal kondisi sekarang, kaum kafir bukannya jadi dzimmi tetapi justru di dunia ini jadi penguasa dhalim. Jadi kalau bicara kontekstual dengan keadaan, apakah Paramadina ini bicaranya kontekstual? Ya, kontekstual, yaitu dalam hal menyuarakan suara kafirin!!! Hanya saja terbalik. Kalau slogan yang lumrah, biasanya adalah membela yang tertindas, tetapi ini justru sebaliknya, membela yang menindas. Ada apa? (tammat)
Nampaknyo ndak paralu pulo ambo tanggapi kato demi kato. Tapi dari email ko dapek disimpulkan bahaso pasan ko mengandung kebencian pada Paramadina. Saya kira orang2 Paramadina tidak pernah menggunakan kata2 Marx, Nietzsche dalam pendapat2nya.
Saya sendiri bukan bagian dari Yayasan Paramadina, dan ini murni pendapat saya sendiri.
Wassalam,
Wady (30th)
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________