MEMBAHAS
FIKIH LINTAS AGAMA (FIKIH PARAMADINA)
(7)

Oleh :
Drs. H. HARTONO AHMAD JAIZ
AGUS HASAN BASHORI, Lc. M.Ag
------------------------------
TEOLOGI PLURALIS PROPOGANDA KEKAFIRAN
BERKEDOK AL-QUR'AN DAN AS-SUNNAH

Kutipan/Ringkasan:

Fikih yang inklusif dan pluralis pastilah lahir dari teologi dan paham
keimanan yang pluralis pula.

Dalam upaya membangun fikih pluralis tersebut, dalam bagian ini kita mencoba
mengembangkan pijakan teologi pluralis dengan mempertimbangkan keragaman
kebenaran yang dibawa oleh para nabi utusan Tuhan. (Fikih Lintas Agama/FLA,
hal 18).

Subjudul:

Nabi sebagai Petunjuk Jalan Menuju Kebenaran (FLA, hal18). Dalilnya (QS.
16:36), (QS. 35:24), Hadits riwayat Ahmad tentang jumlah nabi 124.000,
sedang rasul di antara mereka 315 orang.

Lalu dikemukakan sifat-sifat para rasul, manusia biasa yang mendapat wahyu
dari Tuhan tentang jalan hidup yang benar (QS. 12:109; 16: 43). Mereka
manusia wajar sebagaimana manusia biasa berumah tangga dan berketurunan (QS.
13:38). Mereka menyantap makanan, ke pasar untuk berdagang (QS. 25: 20). Ada
yang dituturkan di Al-Qur'an dan ada yang tidak (QS. 4:164; 40:78). (FLA,
hal 19).

Para rasul diutus dengan bahasa kaumnya masing-masing (QS. 14:4), namun
seruannya dengan tujuan sama, yaitu mengajak umat manusia untuk menempuh
jalan kebenaran, dengan inti pengakuan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan
kewajiban menghambakan diri (beribadat, berbakti) hanya kepada-Nya (QS. 21:
25). Juga menyerukan perlawanan kepada thaghut, yakni kekuatan jahat dan
zalim (QS. 16:36). Kaum beriman harus percaya kepada seluruh nabi dan rasul,
tanpa membeda-bedakan seorang pun dan lainnya, dengan sikap berserah diri
(islam) kepada Tuhan (QS. 2: 136 dan 285; 3: 84). (FLA, 19-20).

Tanggapan:

Orang-orang Paramadina ini mau membangun teologi pluralis yang mereka sebut
"dengan mempertimbangkan keragaman kebenaran yang dibawa oleh para nabi
utusan Tuhan". (FLA, hal 18). Dalam membangun teologi pluralis itu
Nurcholish Madjid cs (NM cs) menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an. Namun karena
teologinya memang berbeda antara Paramadina dan Al-Qur'an, sehingga apa yang
dibangun Paramadina yakni teologi pluralis dengan mencomot-comot ayat-ayat
Al-Qur'an itu diruntuhkan sendiri oleh pernyataan sendiri yang disimpulkan
dari ayat yang mereka comot yaitu:

Kaum beriman harus percaya kepada seluruh nabi dan rasul, tanpa
membeda-bedakan seorang pun dari lainnya, dengan sikap berserah diri (islam)
kepada Tuhan (QS. 2: 136 dan 285; 3: 84). (FLA, 19-20).

Runtuhlah teologi pluralis yang mereka bangun itu oleh pernyataan mereka
sendiri: "Kaum beriman harus percaya kepada seluruh nabi dan rasul." Karena
konsekuensinya, dengan datangnya Rasul terakhir, Muhammad yang membawa
risalah Islamiyah dengan wahyu dari Allah berupa kitab suci Al-Qur'an, maka
yang mampu melaksanakan keimanan seperti yang dikemukakan dalam kalimat
terakhir itu hanyalah orang-orang yang mengikuti agama Muhammad Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam, yaitu orang Muslim. Hanya orang Muslim yakni
pengikut agama Muhammad-lah yang keimanannya mencakup beriman kepada
Rasulullah dan beriman pula kepada seluruh rasul-rasul yang diutus Allah
Ta'ala, dan beriman kepada kitab suci dari Allah, yakni Al-Qur'an dan
seluruh kitab-kitab-Nya. Untuk bisa beriman seperti ini tidak ada jalan lain
kecuali masuk Islam, agama yang dibawa Nabi Muhammad. Barangsiapa yang tidak
beriman kepada Muhammad sebagai Rasul, dan tidak beriman kepada Al-Qur'an
sebagai kitab suci yang diturunkan kepada Muhammad untuk seluruh manusia,
maka namanya kafir. Pengikut Nabi Musa Alaihissallam yakni orang-orang
Yahudi, dan pengikut Nabi Isa Alaihissalam yaitu Nasrani (kedua-duanya itu
disebut Ahli Kitab) yang tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad dan tak
beriman kepada Al-Qur'an, maka mereka kafir. Resiko mengimani Nabi Muhammad
dan kitab suci Al-Qur'an itu adalah mesti menjadi seorang Muslim, pemeluk
agama Nabi Muhammad. Tanpa itu maka kafir namanya. Kalau mereka itu Yahudi
atau Nasrani maka disebut kafir kitabi karena mereka adalah Ahli Kitab.
Sedang orang-orang yang tidak memiliki kitab suci dari Allah dan tak mau
beriman kepada Muhammad Rasulullah, dan Al-Qur'an kitab Allah; maka mereka
kafir, sedang jenisnya adalah bukan Ahli Kitab, yakni jenis musyrik. Kenapa
disebut dari jenis musyrik, karena mereka beragama dengan syariat yang
datangnya dari selain Allah, Itulah yang namanya penyembahan dengan memakai
syariat yang datangnya dari tandingan Allah, makanya disebut musyrik (orang
yang menyekutukan Allah dengan selain-Nya). Yang menciptakan syariat ataupun
sistem penyembahan bukan dari Allah itulah thaghut. Sehingga orang beriman
wajib berlepas diri dari ketundukan pada system/syariat thaghut, karena
syariat thaghut itu adalah tandingan syariat Allah. Hingga orang yang
mengikuti, tunduk atau memakai syariat thaghut itu disebut musyrik, karena
tunduk pada tandingan Allah, bukan hanya kepada Allah Swt. Walaupun dalam
rangka tunduk kepada Allah, namun kalau yang dipakai adalah syariat thaghut
maka hukumnya musyrik juga. Allah Ta'ala berfirman:

"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan
untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah ? Sekiranya tak ada ketetapan
yang menentukan (dan Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan
sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang ama
tpedih. " (Asy-Syuura: 21)

Mereka yang tak mau mengimani Muhammad sebagai Rasulullah dan Al-Qur'an
sebagai kitab suci dari Allah (baik yang ingkar ini memiliki kitab suci
yaitu Ahli Kitab - hingga disebut kafir kitabi/kafir dari jenis orang-orang
Ahli Kitab Yahudi dan Nasrani, maupun yang tak memiliki kitab suci dan hanya
mengikuti system thaghut hingga disebut kafir dari jenis orang-orang
musyrik) ditegaskan dalam Al-Qur'an akan masuk ke neraka Jahannam kekal
selama-lamanya di dalamnya dan status mereka adalah seburuk-buruk makhluk.

"Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik
(akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah
seburuk-buruk makhiuk. " (Al-Bayyinah: 6)

Orang Ahli Kitab sudah diberi tahu dalam Kitab Taurat dan Injil bahwa akan
datang utusan Allah namanya Ahmad. Bahkan mereka mengenal bagai mengenal
anaknya. Narnun kemudian mereka mengingkari, dan kedatangan Al-Qur'an yang
menjelaskan kepada mereka tentang kebenaran justru menambah durhaka dan
kekafiran bagi kebanyakan mereka. Itulah yang dijelaskan dalam Al-Qur'an, di
antaranya sebagai berikut:

"Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata, 'Hai Bani Israil,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang
turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya)
seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).
Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang
nyata, mereka berkata, Ini adalah sihir yang nyata. " (Ash-Shaff: 6)

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka, kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan
keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dan bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam
Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu
menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di
atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. " (Al-Fath:
29)

"Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan
Injil) mengenal Muhanmad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan
sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal
mereka mengetahui. " (Al-Baqarah: 146)

"Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun
hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al-Qur'an yang
diturunkan kepadamu dan Tuhanmu. ' Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu
(Muhammad) dan Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada
kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap
orang-orang yang kafir itu. " ( Al-Ma'idah:68)

Telah runtuhlah teologi pluralis yang dibangun oleh Nurcholish Madjid cs.
Bagai "kuda patah pinggang". Sudah tidak bisa dijadikan kendaraan untuk
menuju ke tempat tujuan lagi. Jadi teologi pluralis Nurcholish Madjid cs ini
terbukti ibarat "kuda patah pinggang". Lebih baik pulang kembali ke aqidah
Tauhid yang benar sesuai dengan Al-Qur'an dan sunnah dengan
manhaj/metodologi pemahaman yang telah ditempuh oleh para sahabat Nabi
diikuti para tabi'in dan tabi'it tabi'in serta para ulama yang bermanhaj
salafus sholih. Aman. Daripada menunggang teologi pluralis yang sudah patah
pinggang, sengsaranya sudah terbayang, sedang tujuan yang akan dicapai tak
kesampaian.
(bersambung)




____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke