MEMBAHAS
FIKIH LINTAS AGAMA (FIKIH PARAMADINA)
(8)

Oleh :
Drs. H. HARTONO AHMAD JAIZ
AGUS HASAN BASHORI, Lc. M.Ag
------------------------------
MERANGKUL TEMAN DARI AGAMA LAIN, MEMBUAT MUSUH
DI AGAMA SENDIRI

Komentar sesama rekan penulis buku Fikih Lintas Agama itu sendiri dalam hal
ini pantas disimak laporan Majalah Gatra:

Sesama penulis juga mengkritik penulis lain. Zainun mempertanyakan bagian
pertama yang hanya mengupas ayat-ayat pendukung pluralisme agama, tapi tidak
membahas ayat lain yang cenderung keras pada agama lain. "Jangan sampai buku
ini hanya merangkul teman dari agama lain, tapi membuat musuh di agama
sendiri," kata Zainun. (Majalah Gatra)

Meskipun ungkapan Zainun Kamal itu sendiri masih mengakui adanya ayat-ayat
pendukung pluralisme agama padahal sebenarnya seperti dibuktikan di atas,
teologi pluralis itu sudah terbantah sendiri dengan pengutipan-pengutipan
ayat-ayat yang mereka sendiri kemukakan; namun kritik Zainun Kamal itu
menunjukkan betapa sebenarnya di tubuh para penulis itu sendiri ada rasa
kekhawatiran dan keraguan. Jadi mereka sendiri ketika membuat keraguan untuk
orang lain (kaum Muslimin) ternyata menimpa diri mereka sendiri. Kalau sudah
begitu, tingkah NM cs yang dikhawatirkan "membuat musuh di agama sendiri"
itu akan ada kemungkinan reaksi yang tinggal mengutip ayat yang mirip dengan
nasib tragis itu, misalnya ayat tentang apa yang menimpa kaum munafik yang
dijelaskan di dalam Al-Qur'an,

"Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka
hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. " (Al-Baqarah: 9)

Bahkan nasib orang-orang Paramadina itu kemungkinan bias lebih tragis
apabila sampai orang-orang non Muslim yang dirangkul justru curiga karena
ternyata walaupun tampaknya mengutip ayat-ayat Al-Qur'an yang dianggap
mendukung teologi pluralis namun pada ujungnya juga tidak, (sebagaimana
telah terbukti); sedang di balik itu terhadap umat Islam, konsekuensi dari
ini semua sudah tergambar yakni "membuat musuh di agama sendiri (di kalangan
Muslimin).

Sebenarnya ada pelajaran yang berharga dari Al-Qur'an. Siapapun yang
mengikuti pelajaran berharga itu insya Allah selamat. Di antaranya ada
peringatan Allah Swt tentang nasib tragis, sedang umat Islam mesti
menghindari, karena merupakan daya upaya yang mengenaskan, yang dilakukan
oleh orang-orang kafir. Allah Ta'ala berfirman:

"Katakanlah, 'Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-
orang yang paling merugi perbuatannya ? " (Al-Kahfi: 103)

"Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia
ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbua tsebaik-baiknya.
"(Al-Kahfi: 104)

Kutipan/Ringkasan:

Inti agama (Arab: din) dari seluruh rasul adalah sama (QS. 42: 13), dan umat
serta agama mereka itu seluruhnya adalah tunggal (QS. 21:92; 23:52).
Kesamaan dan kesatuan semua agama para nabi juga ditegaskan oleh Nabi sambil
digambarkan bahwa para nabi itu adalah satu saudara lain ibu, namun agama
mereka satu dan sama. Salah satunya adalah hadis Bukhari, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Aku lebih berhak atas lsa putra
Maryam di dunia dan akherat. Para nabi adalah satu ayah dari ibu yang
berbeda-beda dan agama mereka adalah satu." (FLA,20).

Lalu dikemukakan, Allah menetapkan syir'ah (atau syari'ah,yakni jalan) dari
minhaj (cara) yang berbeda-beda. Ulasan ini dilandasi QS. 5:48. Kemudian
dikemukakan, upacara-upacara keagamaan atau mansak setiap agama, dilandasi
QS. 22: 34 dan 68. Dan setiap umat punya wijhah (titik "orientasi", tempat
mengarahkan diri), yang dilambangkan dalam konsep tentang tempat suci
seperti Makkah dengan Masjid Haram dan Ka'bahnya untuk kaum Muslim. (FLA,
20).

'Penjelasan tersebut menegaskan prinsip-prinsip hubungan antar agama yang
dapat diturunkan dari Al-Qur'an, yang menegaskan adanya pluralitas agama.
Bahkan Al-Qur'an (2: 148 dan 4: 48) menegaskan pluralitas itu dalam
"berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan, koeksistensi damai, dan keadilan,
serta perlakuan yang sama." (FLA, 21).

Lalu dikutip terjemah ayat QS. 2: 148 dan QS. 4:48. kemudian diberi
komentar:

"Itulah titik pusat ajaran pluralitas dalam Al-Qur'an, yang oleh banyak
kalangan dipandang sebagai sangat unik karena semangatnya yang serba
mencakup dan meliputi agama-agama lain. Oleh karena ajaran yang
all-inclusive itu, Al-Qur'an memerintahkan kepada Nabi Muhammad Saw (dan
melalui beliau kepada seluruh umat manusia),

"Mereka, para nabi itu, adalah orang-orang yang telah dibimbing Allah. Maka
dengan bimbingan mereka itulah engkau, Muhammad, harus meneladani.
Katakanlah, hai Muhammad, 'Aku tidak meminta bayaran kepada kamu atas
petunjuk itu. Semua itu adalah semata-mata peringatan bagi seluruh alam.
"(QS. 6:90)

Tanggapan:

Tidak Masuk Islam Setelah Mendengar Seruan Nabi MuhammadAdalah Kafir.

Sebagaimana tabiat dari Al-Qur'an itu memang menegakkan Tauhid dan mengutus
Nabi Muhammad itu untuk seluruh alam, semua manusia dan jin, maka ketika NM
cs mengutip-kutip ayat Al-Qur'an dan memaksudkan untuk menegakkan teologi
pluralis yang sejatinya bertentangan dengan Al-Qur'an, tentu ayat yang
dikutip itu sendiri membantah pernahaman NM cs. Ayat yang dikutip NM cs
dalam kutipan terakhir itu adalah:

"Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka
ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah, 'Aku tidak meminta upah kepadamu dalam
menyampaikan (A-Qur'an). 'Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk
segala ummat. " (Al-An'aam: 90)

Imam Asy-Syaukani menjelaskan, "Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan
untuk segala ummat," artinya sebagai nasehat dan peringatan bagi seluruh
makhluk yang ada ketika turunnya Al-Qur'an itu dan bagi siapa saja yang akan
ada setelahnya.''

Kemudian ayat itu diteruskan dengan ayat 91 Surat Al-An'am:

"Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya
dikala mereka berkata, 'Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia.
'Katakanlah, 'Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa
sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu
lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebagiannya)
dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa
yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui (nya) ? 'Katakanlah,
'Allah-lah (yang menurunkan-nya),' kemudian (sesudah kamu menyampaikan
Al-Qur'an kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.
" (Al-An'aam: 91)

Tafsir Al-Baidhawi menjelaskan, perkataan mereka, "Allah tidak menurunkan
sesuatu pun kepada manusia", itu adalah perkataan orang-orang Yahudi dalam
keadaan mengingkari Al-Qur'an yang diturunkan Allah.

Kalau pemahamannya model NM cs, maka apa perlunya Allah membantah orang
Yahudi, dan agar Nabi Muhammad menyampaikan bantahan itu kepada mereka
seperti dalam ay at 91 Surat Al-An'aam itu? Setelah Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam menyampaikan bantahan lewat ayat Al-Qur'an
kepada orang-orang Yahudi, masih Allah pesankan: "Kemudian (sesudah kamu
menyampaikan Al-Qur'an kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam
kesesatannya. "

Disampaikannya Al-Qur'an itupun bukan sekadar untuk membantah, namun agar
diimani. Sehingga tidak cukup hanya mengimani Taurat dan Injil. Hal itu
ditegaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Ma'idah:68.

"Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun
hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al-Qur 'an yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. ' Sesungguhnya apa yang diturunkan
kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran
kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap
orang-orang yang kafir itu. " (Al-Maaidah:68)

Imam Ibnu Katsir menjelaskan lafazh hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran
Taurat, Injil, maksudnya hingga kalian beriman kepada seluruh kitab-kitab
yang berada di tangan kalian yang diturunkan dari sisi Allah Subhanahu wa
Ta'ala kepada para nabi, serta mengamalkan kandungannya. Di antara
kandungannya tersebut adalah beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
wa Sallam, perintah untuk mengikutinya, beriman kepada kenabiannya, dan
menaati ketentuan syariatnya. Oleh karena itu Laits bin Abu Sulaim
mengatakan dari Mujahid mengenai firman-Nya, "wamaa unzila ilaikum min
rabbakum" (apa yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian) yaitu
Al-Qur'anul Azhim.

Imam Ibnu Katsir pada bagian lanjutnya mengaitkan ayat itu dengan ayat:

"Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka
katakanlah, 'Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula)
orang-orang yang mengikutiku. 'Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah
diberi Al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, 'Apakah kamu (mau) masuk
Islam ? ' Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat
petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah
menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
"(Ali Imran: 20)

"Apakah (orang-orang ka fir itu sama dengan) orang-orang yang mempunyai
bukti yang nyata (Al-Qur'an) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang
saksi (Muhammad) dan Allah dan sebelum Al- Qur'an itu telah ada kitab Musa
yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al-Qur'an. Dan
barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya
yang kafir kepada Al-Qur'an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya
karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al-Qur'an itu. Sesungguhnya
(Al-Qur'an) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak
beriman. "(Huud: 17)

Sebagaimana ditegaskan dalam hadits Nabi,

Riwayat dari Abi Hurairah dari Rasulullah,bahwasanya beliau bersabda,
"DemiDzat yang jiwa Muhammad ada ditangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat
ini baik ia Yahudi ataupun Nasrani yang mendengarku kemudian ia mati dan
tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya kecuali dia termasuk
penghuni-penghuni neraka" (HR. Muslim)"

Imam An-Nawawi menjelaskan:

Adapun hadits itu maka di dalamnya adalah nasakh (penghapusan/
pembatalan/penggantian) agama-agama semuanya dengan risalah nabi kita. Dan
di dalam pengertiannya adalah petunjuk bahwasanya orang yang belum sampai
padanya dakwah Islam, maka dia ma'dzur (diberi udzur/tidak dituntut). Iniber
jalan di atas apa yang datang dalam prinsip-prinsip bahwa tidak ada hukum
sebelum datangnya syara' menurut yang shahih, wallahu a'lam. Dan sabda Nabi:
"Tidaklah seorangpun dari umat ini yang mendengarku" itu artinya dari orang
yang dia ada di zamanku dan sesudahku sampai hari qiyamat maka masing-masing
mereka wajib masuk dalam ketaatan pada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa
Sallam. Beliau menyebutkan Yahudi dan Nasrani itu hanyalah sebagai perhatian
atas orang selain keduanya. Hal itu karena Yahudi dan Nasrani memiliki kitab
(suci). Kalau keadaan mereka ini saja jadi (wajib taat kepada Nabi
Muhhammad) padahal mereka memiliki kitab suci maka apalagi selain mereka
yaitu orang-orang yang tidak punya kitab suci. Wallahu a'lam.

Dari penjelasan ayat-ayat dan hadits Nabi tersebut maka teologi pluralis
jelas bertentangan dengan Al-Qur'an dan hadits Nabi, bahkan merupakan
propaganda kepada kekafiran, namun berkedok Al-Qur'an dan sunnah. Dalam
prakteknya, teologi pluralis itu diberi panduan praktis berupa buku Fikih
Lintas Agama. Karena teologi pluralisnya itu sendiri sudah bertentangan
dengan Al-Qur'an dan sunnah, maka fikih pluralisnya tentu saja berlawanan
dengan Al-Qur'an dan sunnah. Sehingga pada dasarnya adalah menyerang Islam
memakai baju ilmu Islam.
(bersambung)







____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke