Sewaktu saya pulkam  bulan  lalu ke Solok banyak hal yang telah saya amati , dan 
telah saya ungkapkan dalam beberapa buah tulisan di rantaunet , namun masih ada yang 
tercecer seperti yang akan saya tuliskan berikut ini :
Kota Solok termasuk salah satu kota di Sumbar yang seluruh sector riel perekonomian 
dikuasai dan didominasi oleh urang awak sendiri . Dan tentunya hal ini berbeda sekali 
kalau kita bandingkan dengan kota kota lainnya di Jawa dan Bali . Kenapa hal ini bisa 
terjadi ? apakah disebabkan oleh bakat orang awak yang pintar berdagang , dan 
mengakibatkan orang lain ( Cina ) sulit masuk kesini . Sepanjang yang saya tahu , 
semenjak saya kecil memang keberadaan orang Cina di Solok ini boleh dikata tidak 
berarti , hanya ada beberapa keluarga saja , dan setelah 39 tahun berlalu keberadaan 
orang cina semakin berkurang , mungkin pindah kedaerah lain atau telah berasimilasi 
dengan penduduk setempat yakni melalui perkawinan . Tapi apakah dengan dikuasainya 
sektor perekonomian oleh orang awak , terus konsumen atau pembeli merasa diuntungkan . 
Ternyata tidak , sebab tabiat orang awak kalau berdagang belum  meniru orang Cina . 
Orang kita hanya ingin menarik keuntungan sesaat , jarang yang ingin membangun
 kesinambungan antara penjual dan pembeli sebagai langganan tetap , adakalanya berlaku 
main tembak kalau tahu pembelinya orang baru . Nah inilah bedanya kalau dibandingkan 
dengan orang Cina . Belum lagi tidak seragamnya harga antara satu toko dengan toko 
lainnya . Pengalaman saya membuktikan sewaktu saya ingin membeli sebuah lampu 
emergency ( maklum PLN ) sering padam . Saya diberitahu oleh seorang teman kalau 
harganya antara 80 rb sampai 90 ribu rupiah . Pas saya datang kesebuah toko di Pasar 
Solok , pedagang menawarkan dengan harga 140 rb . Saya bingung mau menawar berapa , 
akhirnya tidak jadi saya tawar dan pergi ketoko berikutnya yang hanya berjarak 4 toko 
dari toko pertama . Disini pedagang  langsung membuka harga dengan 95 ribu setelah 
saya tawar akhirnya jadi 90 rb . Kalau diperhatikan harga disatu toko dengan toko 
lainnya begitu besar beda . Dan kalau kita tidak jeli , besar kemungkinan akan tertipu 
 . Sekarang coba bandingkan dengan  toko Cina yang menjual orderdil kendaraan
 bermotor misalnya , dimana pun kita beli harganya hampir sama dan kalau terjadi 
perbedaan tidak terlalu banyak .


Satu lagi yang dari dulu saya amati sampai kini belum satupun  gereja berdiri di Solok 
. Dimasa lalu sekitar tahun 1962 pernah saya dengar isu tentang kristenisasi dan 
pendirian gereja disuatu negari di Solok , namun hal tersebut rupanya hanya sebatas 
issu , yang sampai kini belum terbukti . Dan mudahan mudahan hal ini akan tetap 
bertahan  . Kalau NAD disebut dengan serambi Mekkah , apakah pantas Kota Solok bisa 
dijuluki  dengan Serambi Madinah ??




Wassalam : zul amry piliang "anaso" (anak solok ) di jimbaran bali



                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
Take Yahoo! Mail with you! Get it on your mobile phone.
____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke