Waalaikumsalam.Wr.Wb.

Dek Ridha terimakasih atas kirimannya. Sebagaimana
yang uni sebutkan, uni mengatakan " Perbuatannya
seperti orang kafir ", itu bukan berarti mengatakannya
: " Kafir ".

Karena terlalu bodoh sekali uni bila mengatakan orang
kafir, padahal uni tahu kita ngak boleh melaknat
orang, juga mengatakannya kafir. mengatakan orang
masuk neraka, padahal uni tahu bagaimana ciri khas
orang masuk neraka, sesuai dengan sifat-sifat ahli
neraka yang disebutkan dalam Al Quran, masalah syurga
neraka ini uni ngak berani ngomong selain kalau ada
betul ayatnya dalam Al Quran, Uni tahu, Itu dosa. Dan
uni tahu itu.

Tapi dalam Al Quran sering Allah berfirman yang
mengumpamakan sifat-sifat kafir, sifat-sifat bani
Israil, munafik.dan sebagainya itu.

Contoh saja : " kamu seperti ibumu ", dalam ilmu
balaghat ( sastra ), ini disebut ilmu At Tashbih (
Ilmu perumpamaan ), dimana disana ada wajhussyabah (
yang diumpamakan ) dan ada adat syabah ( alatnya ).

Contoh, kita katakan : " Anta kal asadi di Assyaja'ah
".
Engkau ini seperti singa, di dalam keberanian.

Jadi, manusia itu bukan hewan, tapi sikapnya kita
umpamakan dengan singa dalam hal keberanian. nah
begitulah yang uni sebutkan dengan kata " Seperti bani
Israil ". Maka nya uni sangat tegas mengatakan : Uni
ngak bilang Kafir ", karena ngak sama antara kuda
dengan keledai, walaupun sama-sama bisa di tunggangi.

Kalau dalam Ilmu ushul Fiqh ini disebut dengan : Al
Qiyas ma'al fariq bathil " ( Qias bersama perbedaan
batal ).

Dan kenapa marah itu wajib ? Dek Ridha lihat cerita
dari awal, dan bagaimana sampai keluar statement uni
tersebut ? Kita menyebutkan hukum ngak sembarangan
saja, tanpa ada sebab, tentu segala sesuatu itu ada
sebabnya kan ?

Uni marah, karena statement yang mengatakan Al Quran
atau isi kandungannya sebahagiannya itu bukan 100 %
firman Allah.

Mungkin bagi sebagain orang masalah ini sangat sepele,
atau kecil, tapi bagi uni pribadi sangat besar.
Bayangkan saja kalau kita meyakini isi Al Quran
sebahagiannya bukan firman Allah, bagaimana jadinya ?

Padahal banyak disana perkataan nabi yang menyuruh
ummatnya untuk menyembah Allah, sementara kalau orang
berkeyakinan itu bukan firman Allah tapi perkataan
nabi terhadap kaumnya apa jadinya ?

Bisa-bisa banyak yang tidak mau menyembah Allah,
banyak yang tidak mau melaksanakan hukum2 Allah. Dan
bagi uni ini bahaya sekali. itu sebabnya sampai uni
berpandangan " Wajib Marah ". melihat mudharat dari
semua itu sangat besar sekali.

Dan setelah uni teliti dari berbagai buku , memang
kita wajib bersikap tegas, dimana sikap tegas itu juga
masuk bahagian dari defenisi marah, dimana Ulama
Sya'rawi dalam tafsirnya juga Al baihaqi dalam "
Cabang imannya ", menyebutkan kewajiban marah terhadap
masalah agama yang akan membahayakan ummat islam. dan
masih banyak lagi pendapat yang mendukung wajib marah
dalam hal ini.

Dan masalah marah, atau sikap tegas ini, sering di
praktekkan oleh pemerintah Mesir, melalui kesepakatan
Ulama terhadap seseorang yang mencoba merusak Islam,
meremehkan islam, dan memelintir ayat-ayat Allah.
Contoh saja , kalau uni tidak salah " Ziad nasr, atau
zaid, ", uni ragu namanya, orang mesir yang di usir
karena telah berbuat sebagaimana orang-orang Liberal
mempelintir ayat-ayat Allah. Di mesir karena banyak
orang Al Azharnya, maka hukum  Islam itu sering
terlaksana. Walau tidak semuanya.

Demikian sekilas informasi , sekali lagi terimakasih
atas penjelasannya.

Wassalam. Rahima.

--- Ahmad Ridha <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> IkhWah wrote:
> 
> > Itu kutipan tulisan uni sebelumnya. Jadi, uni
> > mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan sanak
> wady
> > itu, TIDAK JAUH BEDA dengan segala macam
> pertanyaan
> > yang diajukan kaum bani israil yang membangkang
> tsb.
> > TIDAK JAUH BEDA itu artinya uni menyamakan, dan
> arti
> > lebih jauh lagi , uni sudah menuduh. Uni sudah
> > menyimpulkan bahwa wady itu TIDAK JAUH BEDA / SAMA
> > dengan kaum bani israil yang pembangkang dan kafir
> > tsb. Sekarang uni marah dengan mengatakan bahwa
> saya
> > menuduh, padahal dari statement uni lah yang
> > mengkategorikan mereka TIDAK JAUH BEDA dengan kaum
> > pembangkang tsb. 
> 
> Bismillahirrahmanirrahim,
> 
> Da Ikhwah dan Uni Rahima, maaf saya 'nimbrung'
> sedikit tanpa bermaksud 
> memperkeruh suasana atau sok tahu.
> 
> Berkenaan perumpamaan yang dilakukan Uni Rahima,
> sesungguhnya telah ada 
> manusia yang lebih mulia dari pada kita semua yang
> melakukannya.
> 
> Abu Waqid al-Laitsi radhiallahu 'anhu menuturkan,
> bahwa suatu ketika 
> kami pergi keluar bersama Rasulullah shallallahu
> 'alaihi wa sallam ke 
> Hunain, sedang kami dalam keadaan baru saja lepas
> dari kekafiran (masuk 
> Islam). Ketika itu orang-orang musyrik mempunyai
> sebatang pohon bidara 
> yang dosebut Dzat Anwath. Mereka selalu
> mendatanginya dan menggantungkan 
> senjata-senjata perang mereka pada pohon itu.
> Tatkala kami melewati 
> sebatang pohon bidara, kami pun berkata, "Ya
> Rasulullah, buatkanlah 
> untuk kami Dzat Anwath." Maka Rasulullah shallallahu
> 'alaihi wa sallam 
> bersabda, "Allahu Akbar, itulah tradisi (orang-orang
> sebelum kamu). Demi 
> Allah yang diriku hanya berada di Tangan-Nya, kamu
> benar-benar telah 
> mengatakan suatu perkataan seperti yang dikatakan
> oleh Bani Israil 
> kepada Musa, "Buatkanlah untuk kami sesembahan
> sebagaimana mereka itu 
> mempunyai sesembahan-sesembahan." Musa menjawab,
> "Sungguh, kamu adalah 
> kaum yang tidak mengerti." (QS. al-A'raaf 7:138).
> Kamu benar-benar 
> mengikuti tradisi orang-orang sebelum kamu. (HR.
> at-Tirmidzi dan 
> dishahihkannya)
> 
> Dari hadits tersebut terlihat bahwa Rasulullah
> menyamakan permintaan 
> para shahabat yang baru masuk Islam dengan
> permintaan Bani Israil. Hal 
> itu tentunya bukan berarti Rasulullah menuduh mereka
> kafir namun sebagai 
> bentuk peringatan. Selain itu juga dapat diambil
> pelajaran bahwa 
> Rasulullah tegas dalam menghadapi kesalahan dalam
> masalah aqidah.
> 
> Contoh ketegasan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
> sallam dalam masalah 
> aqidah adalah kemarahan beliau ketika sebagian
> sahabat berdebat masalah 
> takdir sehingga dikatakan wajah beliau bagaikan biji
> delima pecah.
> 
> Begitu juga dalam hadits dari Aisyah radhiallahu
> 'anha, Rasulullah bersabda:
> 
> "Semoga laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang
> Yahudi dan Nasrani, 
> mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai
> tempat ibadah." (HR. 
> al-Bukhari dan Muslim)
> 
> Kemarahan beliau adalah karena begitu khawatirnya
> beliau akan syirik 
> yang menimpa umat beliau. Dalam sebuah hadits
> diriwayatkan Rasulullah 
> bersabda:
> 
> "Sesungguhnya sesuatu yang paling aku khawatirkan
> kepada kamu sekalian 
> adalah perbuatan syirik kecil." (HR. ath-Thabrani
> dengan sanan yang jayyid).
> 
> Semoga Allah menjadikan kita menemui-Nya dalam
> keadaan bersih dari syirik.
> 
> Sumber: terj. Fathul Majid Syarh Kitab at-Tauhid
> karya Syaikh 
> Abdurrahman Hasan Alu Syaikh (terbitan Pustaka
> Azzam).
> 
> Allahu a'lam.
> 
> Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
> 
> -- 
> Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim
> (l. 1400 H/1980 M)
> 
> ____________________________________________________
> 
> Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda,
> silahkan ke: 
> http://rantaunet.org/palanta-setting
>
------------------------------------------------------------
> Tata Tertib Palanta RantauNet:
> http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
> ____________________________________________________
> 



                
_______________________________
Do you Yahoo!?
Express yourself with Y! Messenger! Free. Download now. 
http://messenger.yahoo.com

____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke