Gerakan Paderi di Pantai Sumatera * Syekh Daud Belajar Ilmu Sastra Islam Oleh Redaksi Padang Ekspres (http://www.padangekspres.com)
Syekh Daud merupakan salah seorang di antara sedikit ualama Nusantara pada waktu itu yang secara eksplisit memotivasi kaum sebangsanya yang kebanyakan bodoh dan buta huruf itu agar belajar menuntut ilmu. Dalam teks SSMd nyata sekali bahwa Syekh Daud sangat menaruh perhatian besar pada pengajaran dan membebaskan kaumnya dari kebodohan dan dapat menerima pikiran-pikiran dan paham pembaharuan. Melalui pencerdasan itulah sebuah kaum dapat membebaskan diri dari sifat taklid dalam beragama. Setidaknya ada tiga bidang ilmu yang menjadi perhatian Syekh Daud, yaitu ilmu bahasa, sastra budaya dan agama. Di bidang ilmu bahasa ia antara lain menyebut pentingnya mempelajari ilmu nahwu (ilmu tata bahsa dan gramatika), ilmu saraf (ilmu tentang perubahan kata-kata). Selain itu, Syekh Daud juga menganggap pentingnya mempelajari ilmu mantik (logika, pengetahuan tentang cara berpikir berdasarkan logika) semacam filsafat ilmu. Tentang pentingnya mempelajari ilmu-ilmu itu Syekh Daud menulis: "Ilmu saraf belajarlah tuan. Nyata padanya tasrif dan saraf. Asal bina' sudah berbetulan. Mehantarkan makna pandailah tuan". "Ilmu nahu tuan perhabis. Nyata disana khuruf dan baris. Faala dan faila disanalah khalis. Betullah makna qur'an dan hadis". "Ayuhai sahabat kakak dan adik. Banyaklah belajar ilmu mantik. Paham berbetul ilmu cerdik. Mempahamkan Qur'an kalam al-wariq". Banyak jamaah haji dari Hindia Belanda ketika itu yang tidak paham dengan Bahasa Arab. Pemahaman mereka tentang ayat Al-Qur'an seringkali hanya didasarkan pada apa yang dikatakan kaum ulama saja. Syekh Daud menganjurkan orang agar belajar Bahasa Arab dan ilmu tafsir agar dapat memahami Al-Qur'an dengan baik dan jelas. Selain itu pemahaman terhadap hadis juga penting. Berkaitan dengan hal itu, Syekh Daud menulis: "Ayuhai saudara yang alim kabir. Baik belajar ilmu tafsir. Maknanya Qur'an disitu zahir. Baiklah paham betulkan fikir". "Ilmu hadis tuan ketahui. "Periksa sah lagi pula far'i. Mutawatir, mauquf demikian lagi. Mana yang pangeran nawi". Seorang penulis yang baik harus mempelajari ilmu bahasa dan seni sastra. Oleh karena itulah di samping mempelajari ilmu bahasa, Syekh Daud juga belajar sastra Islam. Estetika dan puitika Arab tampaknya menarik perhatiannya. Ia menganjurkan teman-temannya agar belajar ilmu badi', yaitu ilmu tentang berbagai perhiasan puisi yang merupakan cabang dari ilmu retorika. Ilmu 'arud yaitu, ilmu tentang metrum-metrum puisi Arab klasik. Ilmu bayan yaitu, ilmu tentang penyataan makna yang harus dan jelas dan ilmu maani adalah, ilmu tentang makna atau arti kata. Mempelajari ilmu-ilmu itu merupakan suatu syarat mutlak bagi seseorang yang hendak meningkatkan kemahirannya mengarang syair. Tentang pentingnya mempelajari ilmu-ilmu untuk keperluan untuk mengarang tersebut, Syekh Daud berseru kepada teman-temannya setanah air: "Dengarkan olehmu ayuhai ikhwani. Hendak diamalkan pesanku ini. Janganlah kurang ilmu maani. Bacaanmu baik paham disini". "Badi' dan arud tiga dengan bayan. Tuntut olehmu sekalian ikhwan. Nazam dan tasrif ia disanan. Mengurai syair pandailah tuan". Syekh Daud tidak hanya menenkankan sastra sebagai tulisan, tapi juga sastra sebagai sesuatu yang dibacakan sebagai tradisi lisan. Baik dalam kebudayaan Arab yang dikunjunginya maupun dalam kebudayaanya sendiri (Minangkabau) tradisi lisan itu sama kuatnya. Salah satu seni lisan yang sudah berkembang di Nusantara adalah tradisi mendasarkan (melagukan) Al-Qur'an. Tradisi ini berasal dari dunia Arab, tempat Al-Qur'an dulunya dihapalkan sebelum dituliskan. Di Nusantara seni membaca Al-Qur'an sudah menjadi bagian penting kegiatan agama. Bahkan, sering difestifalkan (mushabaqah). (bersambung) RaNK MaRoLa http://groups.yahoo.com/group/solok-selatan/ ____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting ------------------------------------------------------------ Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib ____________________________________________________