Masih seputar tanah ulayat, berikut berita dari Padek...
--------------------------------------------------------

Jangan Jual Tanah Ulayat!
* Djasri Marin: Harus Ada Payung Hukum yang Pasti 
Oleh Redaksi, Senin, 13-Desember-2004, 03:17:44 80 klik   
 
Jakarta, Padek—Sebagai salah satu dan satu-satunya aset sumber daya alam
yang potensial, luas serta subur di banding daerah-daerah lain di luar
Sumbar, maka pemerintah, masyarakat dan ninik mamak jangan sampai
menggadaikan maupun menjual tanah ulayat kepada orang lain. 
 
Karena pada dasarnya menjual tanah ulayat hanya akan memperkaya orang
lain tanpa memberikan kontribusi apapun kepada nagari maupun masyarakat
itu sendiri. Namun jika tanah ulayat tadi dipinjamkan kepihak lain
dengan kontribusi yang jelas dalam ikatan kontrak kerja yang memiliki
kepastian hukum, maka hal tersebut masih bisa diterima. Terutama
lahan-lahan yang kurang potensial sebagai daerah pertanian dan
perkebunan, sehingga dapat dialihkan bagi konsep agribisnis atau
agroindustri yang diikat melalui sebuah payung hukum dan dilindungi
pemerintah. 

Hal tersebut ditegaskan mantan anggota DPR RI tahun 2002-2004, putra
asli Payakumbuh, Mayjend (TNI) Djasri Marin kepada koran ini, yang juga
belakangan hangat disebut-sebuat sebagai salah satu kandidat Gubernur
Sumbar. 

Diakuinya, saat ini berbagai sengketa dan masalah persengketaan tanah
ulayat dengan pihak ketiga sering menjadikan salah satu kendala masuknya
investor yang akan menanamkan modal di Sumbar. Apalagi sampai sekarang
tidak ada jaminan yang jelas serta ketegasan yang kokoh dari pemerintah
kepada masyarakat akan keseimbangan jika sejumlah tanah ulayat
dipinjamkan ke pihak ketiga, terutama melalui sistem bagi hasil yang
jelas dan dipayungi oleh hukum yang pasti. 

”Maka akan selalu terjadi dua kutub yang saling tolak menolak, dimana
masyarakat takut akan tertipu dan investor khawatir iklim usaha maupun
investasi yang mereka tanam akan sia-sia karena tipisnya jaminan
keamanan atas berbagai gugutan tadi,” ungkap Djasri Marin ketika ditemui
di Jakarta, Sabtu lalu. 

Di samping itu, sambung alumni SMA I Payakumbuh tamatan 1969 serta
menjabat dalam karir kemiliteran sebagai Komandan Corps Polisi Militer
(CPM) pusat, walaupun saat ini kondisi pertanian di Sumbar telah
dianggap sanggup mencukupi kebutuhan masyarakat, namun juga belum
terlihat upaya serius pemerintah dalam meningkatkan apa yang telah
dicapai. Seakan-akan pemerintah telah berpuasa hati begitu saja dengan
terpenuhinya kebutuhan pangan rakyat, tanpa berkeinginan mencapai
surplus dan produsen utama bagi skala nasional. 

”Di dalam tata pemerintah dan ilmu administrasi negara, sebuah
keberhasilan yang semakin lama tidak menunjukkan perubahan lebih baik
dari capain semula bisa dikatakan sebagai sebuah kegagalan. Terutama
secara kualitas, dimana trade mark yang ada tentang hasil pertanian
masyarakat Sumbar dari dahulu kala hanya itu keitu saja, dan tidak ada
terobosan baru yang sifatnya nasional,” tegas Djasri Marin. 

Untuk itu, aspek kedua yang juga mesti dibenahi untuk meningkatkan
kualitas pembangunan adalah dengan meciptakan industri otak melalui
program pendidikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang jeli atas segala
tuntutan. Walau hal tersebut kerap mengapung disampaikan para pengamat
maupun pakar, namun hingga sekarang sepertinya pemerintah menganggap
sebagai kritikan yang tidak pernah ditanggapi. 

”Secara langsung Pak Jusuf Kalla ketika belum menjabat Wakil Presiden
secara langsung pernah menyatakan kepada masyarakat Sumbar, dahulunya
daerah ini merupakan sumber pemikir ulung, terutama pada bidang-bidang
sosial kemasyarakatan. Namun saat ini hal tersebut telah tidak ada lagi,
bahkan lebih banyak masukan, ide serta peran serta tokoh luar dalam
memajukan daerah ini,” ulas Djasri Marin yang menilai hal tadi sebagai
cambuk serta tantang bagi Sumbar untuk bangkit. 

Lantas, langkah apa yang harus dilakukan Gubernur Sumbar mendatang?
Djasri Marin dengan tegas dan jelas menyatakan kedua hal tadi sebagai
pilar utama yang mesti diberikan prioritas pertama. Keduanya tidak dapat
dipisahkan, karena mesti dijalankan seimbang antara peningkatan mutu SDM
dengan hasil capaian atas peningkatan SDM demi peningkatan kualitas
ekonomi rakyat. Sementara itu Sumbar juga memiliki sebuah potensi lain
yang hingga sekarang betul-betul belum dikelola dengan baik dan
menggunakan teknologi, yaitu kekayaan alam laut yang cukup besar dan
potensial. Padahal dalam pelebaran sayap sektor ekonomi, potensi sumber
daya laut menjadi sasaran ketiga yang bagi sejumlah daerah dengan
geografi serupa mendapat sorotan serius. Namun di Sumbar sendiri
kekayaan laut baru sebatas untuk urusan perut, belum mengarah pada
industri strategis tertentu yang lebih menjanjikan. 

”Padahal sebagai masyarakat Minangkabau yang terkenal memiliki daya
juang dan jiwa survival yang melebihi masyarakat daerah lain,
seakan-akan kondisi ini sebuah stagnan keberdayaan masyarakat yang tidak
tercermati oleh pemerintah, sehingga alam laut menjadi terbengkalai,”
ungkap Djasri Marin. (ari) 



____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke