Wa alaikum salam Wr.Wb.

Dik Ridha yang baik.

Mungkin kita tidak bisa memenggal 2 paragraf dari penjelasan pak Safii ini.
Mungkin kita bisa bertanya-tanya mengenai kelompok Radikal yang dimaksud.
Karena saya rasa, yang dituju bukanlah kelompok yang senang memakai gamis,
berjenggot, atau ciri-ciri yang lainnya. Karena untuk golongan semodel ini,
kan banyak sekali. NU, Jama'ah Tabligh juga melakukannya (bergamis),
sementara untuk jenggot kan lebih umum dilakukan oleh banyak aliran dalam
Islam..

Terus terang saja, saya memang tidak terlepas dari penilaian pribadi pada
saat saya membaca e-mail-e-mail dik Ridha selama ini. Asumsi pribadi saya
adalah dik Ridha "terlihat" bercirikan kelompok Salafy. Wallahu a'lam, dan
kalau salah mohon dima'afkan dan kalau benar, saya juga salah satu yang
respek dengan sikap hati-hati kelompok ini. Mohon ma'af kalau telah menilai,
karena ini kan otomatis muncul dikepala.

Hubungan yang saya maksud itu adalah pernyataan pak Syafii mengenai
"kelompok yang
tampil radikal dan militan dengan memakai pakaian-pakaian khas, tetapi
mental dan sikap dasarnya tidak lebih baik dari mental dan sikap preman". Di
sini kan ada kalimat "tetapinya". Saya juga termasuk orang yang nggak suka
dengan orang-orang yang kelihatan shaleh secara penampilan "khas Islam",
tapi prilaku / mentalnya kayak preman.

Untuk penjelasan belia di bawah ini :
"Lebih lanjut dikatakan Syafi'i, Indonesia kita adalah sebuah
bangsa
yang mengaku beragama, tetapi setiap hari dan setiap malam nilai-nilai
luhur agama itu diinjak dan diperkosa dengan dipayungi berbagai
pembenaran teologis dan kutipan-kutipan sakral.

Kembali kepada kelompok radikal, Syafi'i mengingatkan, atas nama
demokrasi pula, kita tidak boleh menghukum kelompok-kelompok yang
berwajah garang ini selama mereka menghormati konstitusi, hukum dan
etika pergaulan. "Tetapi saya akan keberatan terhadap tafsiran
agama
mereka yang monolitik. Seakan-akan di luar paham mereka tidak ada
kebenaran," kata Syafi'i."

Ya.. , saya juga prihatin dengan orang yang mengaku beragama, tapi suka
menginjak-injak nilai luhur agama. Kemudian, mari kita perhatikan penjelasan
beliau mengenai "Kita tidak boleh menghukum...". Saya fikir ini sifat yang
baik. Di kalimat selanjutnya juga saya anggak cukup sopan karena beliau
mempergunakan kata "keberatan".

Saya pribadi termasuk orang yang sempat membaca beberapa keutamaan mengenai
jenggot maupun gamis. Tapi saya tidak merasa ungkapan beliau ini menyindir
saya. Wallahu a'alam.. Ini sekedar penyeimbang. Karena kita baca tulisan
yang sama, dan mungkin mencerna dengan cara yang berbeda.

----- Original Message -----
From: "Ahmad Ridha" <[EMAIL PROTECTED]>
To: "Palanta RantauNet" <palanta@minang.rantaunet.org>
Sent: Thursday, December 23, 2004 6:46 PM
Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Prof Dr. Syafii Maarif: “Di otak belakang 
kelompok
radikal ini, adalah kehausan


> Darwin Bahar wrote:
> > "Di otak belakang kelompok radikal ini, adalah kehausan terhadap
> > kekuasaan. Agama di tangan mereka, tidak lebih dari pembenaran
> > terhadap sistem kekuasaan yang memonopoli kebenaran itu…..Oleh
> > sebab
> > itu kelompok ini sangat antidemokrasi, karena demokrasi memberi
> > peluang kepada manusia untuk hidup damai dalam perbedaan, dalam iklim
> > multicultural dan multiagama."
> >
> > Ungkapan yang tegas dan lugas itu disampaikan oleh Ketua PP
> > Muhammadyah Prof Dr. Syafii Maarif----ketika menyoroti kelompok yang
> > tampil radikal dan militan dengan memakai pakaian-pakaian khas, tetapi
> > ...
>
> Wah wah wah, saya baca ungkapan di atas rasanya agak-agak malu dan
> sedih. Kok ungkapan sedemikian umum dilontarkan oleh tokoh yang
> mengklaim mendorong kerukunan. Pemahaman sederhana adalah kalau ada
> orang yang tidak suka demokrasi dan pakaian khas maka dia 'radikal,
> militan, haus kekuasaan, menyalahgunakan agama'. Terlebih ungkapan
> pakaian khas di sini tidak jelas.
>
> Saya pribadi termasuk yang tidak suka demokrasi. Ekstremnya katakanlah
> saya antidemokrasi. Kemudian saya berpenampilan 'berbeda' dari
> kebanyakan orang misalnya tidak isbal dan membiarkan jenggot. Atau ada
> teman saya yang senangnya pakai gamis dan istrinya mengenakan niqab.
> Apakah lantas termasuk ke golongan yang dikatakan beliau? Bukankah ini
> dapat berisiko menebarkan benih kebencian pada publik? Padahal pakaian
> 'aneh' seperti gamis termasuk sunnah jibilliyah  (kebiasaan Rasulullah)
> sedangkan isbal dilarang Rasulullah, memelihara janggut diperintah
> Rasulullah, dan niqab pun lazim pada masa Rasulullah.
>
> Akan lebih baik kalau beliau menjelaskan dengan lebih spesifik golongan
> yang dimaksud. Sedih saya kalau dikatakan saya atau sahabat saya haus
> kekuasaan. Wong demo aja kita gak mau ikutan.
>
> > Dr H.J. Witteveen, mantan Direktur Pelaksana IMF dalam bukunya
> > "Tasauf
> > in Action" (2003) menulis: "Satu keuntungan besar dari budaya
> > Islam
> > adalah bahwa ia tidak terlibat konflik antara sains dan agama  yang
> > begitu menyakitkan seperti di Barat……..tetapi di sisi lain dunia
> > Islam
> > sedikit berpartisipasi dalam perkembangan teknologi dan ilmiah modern.
> > Pemikiran filosofis lebih didasarkan kepada visi mistik spritual dari
> > pada analitis rasional. Dan dengan pembatasan religius terhadap
> > aktivitas ekonomi, dunia Islam mengalami penurunan serius dalam
> > perkembangan ekonomi."
>
> Hmmm, jadi dunia Islam sedikit berpartisipasi dalam perkembangan
> teknologi dan ilmiah modern dan ekonominya terhambat karena dibatasi
> oleh agama? Ucapan yang sungguh aneh. Semoga bukan keluar dari seorang
> muslim.
>
> Bukankah saat ini dunia Islam bergelimang dalam aktivitas ekonomi yang
> di luar batas-batas agama. Hampir-hampir tidak ada harta yang tak
> tersentuh riba. Hal inilah yang menjadikan kemunduran Islam sebagaimana
> telah dikatakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
>
> “Jika kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah’ dan telah sibuk
> dengan ekor-ekor sapi (sibuk denngan bercocok tanam), sehingga kalian
> meninggalkan jihad, maka Allah akan timpakan kepada kalian kehinaan, dan
> (Dia) tidak akan mengangkat kehinaan dari kalian, sampai kalian kembail
> kepada agama kalian.” (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud)
>
> Saya pilih percaya perkataan sebaik-baik manusia.
>
> Mohon maaf jika ada kata yang salah. Semoga Allah memberikan petunjuk
> bagi kita semua.
>
> Allahu a'lam.
>
> Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,
>
> --
> Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim
> (l. 1400 H/1980 M)
>
> ____________________________________________________
>
> Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
> http://rantaunet.org/palanta-setting
> ------------------------------------------------------------
> Tata Tertib Palanta RantauNet:
> http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
> ____________________________________________________


____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke