Setiap saya berada di Bali saya ingat kampung halaman
saya Sumatra Barat. Dan setiap saya berada di Sumatra
Barat saya ingat Bali.

Betapa tidak, baik Sumatra Barat dan Bali dianugerahi
Allah SWT dua hal yang hampir sama: panorama alam yang
mempesona, penduduk yang relatif homogen dengan adat
dan seni budaya yangpenuh eksotika. Namun selebihnya,
seperti kita tahu, dari segi pengembangan pariwisata,
Sumatra Barat masih tertinggal jauh dari Bali.

Tetapi tertinggal atau bukan, Sumatra Barat tetap
sebuah daerah tujuan wisata (DTW) yang lebih dari
pantas untuk dikunjungi pada liburan akhir tahun ini,
baik oleh para perantau Minang yang sudah lama tidak
pulang kampuang, lebih-lebih jika Anda bukan orang 
Minang dan belum pernah ke Sumatra Barat sebelumnya.
Saya saja yang orang Minang dan dalam 3 tahun terakhir
ini sering ke Sumatra Barat tidak bosan-bosannya
melihat keindahan alam Sumatra Barat.   

Dua pekan lalu selama empat hari dari Kamis sampai
Minggu  bersama isteri saya Kur dan dua anak gadis
kami Meila (25 th) dan si bungsu Ira (23 th) saya saya
mengambil cuti dan berkunjung ke Sumatra Barat. Sambil
menyelam minum air, sambil mengunjungi beberapa
keluarga dekat saya yang masih  di Padangpanjang,
sekitar 20 km di Selatan Bukittinggi, saya mengunjungi
berapa tempat yang sangat menarik dan eksotik.  Bagi
Kur yang berasal dari Jawa Barat, ini adalah kunjungan
yang kedua setelah kami menikah, yang pertama ketika
kami baru punya anak dua dalam tahun 1973, dan bagi
Meila dan Ira  ini adalah kunjungan yang pertama dan
sudah lama mereka rindukan. Mungkin karena kunjungan
saya ke Sumatra Barat kali ini bukan dalam rangka
tugas sehingga tidak ada pikiran yang membani kepala
dan bersama keluarga pula, perjalanan tersebut rasanya
menyenangkan sekali. Sebenarnya empat hari kurang
cukup, namun karena saya tidak bisa cuti lama-lama dan
“gizi” kami terbatas, terpaksa dicukup-cukupkan,
antara lain dengan menyusun jadwal perjalanan yang
ketat, suatu hal yang sudah terbiasa saya lakukan jika
melakukan kunjungan kerja ke daerah.

Berikut ini beberapa catatan singkat saya.

Kami menggunakan Garuda GA 160 yang berangkat jam 6.30
pagi dari Soekarno-Hatta dan tiba di Bandara Tabing
jam 7.40. Awalnya saya hanya minta bantuan Kantor
Regional kami di Padang untuk booking hotel di
Bukittinggi dan Padang serta  menjemput di Bandara
Tabing dan mengantar Bukittinggi liwat Maninjau,
karena saya khawatir saya tidak berhasil dapat mobil
yang bagus atau harga yang sesuai kalau saya
mencarinya di Bandara Tabing.  Tetapi, Alhamdulillah,
pucuk dicinta ulam tiba, saya diberitahu bahwa kalau
saya menginginkan, saya  dapat menggunakan mobil
Kijang berikut Nofi, pengemudinya  sampai Sabtu.
Apalagi Nofi  sudah sering mengantar saya bertugas di
Sumatra Barat, dan sudah tempat-tempat makan yang saya
sukai.  

Bukittinggi dapat dicapai dari Padang melalui dua
rute: rute Padang-Lubuk
Alung-Pariaman-Lubukbasung-Maninjau: melewati kelok
ampek puluh ampek dengan jarak ± 170 km, serta rute
Padang-Lubuk Alung-Padangpanjang-Bukittinggi lewat
Lembah Anai dengan jarak ± 90 km. Kondisi jalan di
kedua rute tersebut, seperti halnya hampir semua jalan
di Sumatra Barat cukup bagus dan terawat baik.  

Saya sempat menanyakan sewa taksi Bandara yang
kondisinya umumnya sudah tidak prima itu ke
Bukittinggi dari Tabing dan memperoleh harga Rp 135 rb
lewat Padangpanjang dan Rp 185 rb kalau lewat
Maninjau.

Rute Padang-Bukittinggi lewat Maninjau berpisah dengan
rute Padang-Bukittinggi di Lubuk Alung, berbelok ke
kiri meliwati Kota Pariaman dan Lubukbasung, ibukota
Kab Agam. Sampai di sini tidak ada pemandangan yang
luar biasa kecuali alam yang relatif asri. Suasana
yang agak berbeda terasa setelah mobil memasuki jalan
yang menyusuri Danau Maninjau. Namun suasana dan
panorama yang fantastik---yang bahkan tidak akan Anda
temui di Bali sekalipun---ialah ketika mobil mulai
memasuki kelok ampek puluh ampek---jalan menanjak
dengan 44 tikungan sepanjang 7 km. Kur seperti
terpekik ketika mobil meliwati kelok pertama dan
kedua, tetapi kemuadian terdiam dan terpana melihat
hamparan Danau Maninjau di bawahnya. Di beberapa
kelokan di atasnya beberapa kera hutan jinak bermain
dengan anak-anaknya. Saya kemudian minta Nofi untuk
mencari tempat berhenti untuk berfoto dengan latar
belakang danau Maninjau. Sayang sekali di sana
kera-kera jinak sudah tidak ada di sana , sehingga
keinginan Ira untuk berfoto dengan hewan-hewan
lucu---dan tidak “jahil” seperti di Bedugul, Bali
tersebut tidak kesampaian.

Setelah itu kami nemeneruskan perjalanan menjanjak
kelok demi kelok——setiap kelok diberi nomer yang jelas
di jalan, masih  dengan hamparan danau Maninjau di
latar bawahnya sampai ke kelok terakhir di kawasan
yang disebut Puncak Lawang. Puncak Lawang dalam
beberapa tahun terakhir ini digunakan sebagai sebagai
tempai kegiatan olahraga paralayang. Kalau Anda
penggemar paralayang, Anda bisa membayangkan betapa
fantastiknya melayang-layang dengan hamparan danau
Maninjau di bawahnya. Di kawasan yang namanya Embun
Pagi ada sebuah Resort berbintang tiga satu grup
dengan Hotel Bumiminang Padang. Kami tidak berhenti di
sana. Bukittinggi yang berjarak 25 km dari Dari Puncak
Lawang dapat ditempuh lewat Padangluar yang terletak
di jalan raya antara Padangpanjang dan Bukittinggi,
atau lewat dassr Ngarai Sianok. kami memilih yang
terakhir      

Setibanya di Bukittinggi kami  langsung chek-in di
Hotel Novotel yang bersebelahan dengan Istana Bung
Hatta dan hanya sekitar 200 meter dari Jam Gadang,
landmark Kota Bukittinggi yang terkenal itu, satu dari
dua hotel berbintang empat di Bukittinggi. Yang satu
lagi  Hotel Pusako yang terletak di pinggir jalan ke
Payakumbuh. Kami mengambil satu kamar de luxe karena
kamar superior sudah terisi semua untuk dua malam
dengan tarif permalam Rp 500 rb ditambah  Rp 175 rb
untuk extra-bed termasuk breakfast. Inof menginap di
hotel tempat dia biasa menginap kalau bertugas di
Bukittinggi.     


(bersambung)



                
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
Take Yahoo! Mail with you! Get it on your mobile phone. 
http://mobile.yahoo.com/maildemo 

____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke