Ada nggak yah.. Hubungan nama Meulaboh dengan Malabua (Muara Labuah) -------------------------------------------------------------------
Penuturan Warga Meulaboh yang Menetap Di Padang Senin, 03 Januari 05 - oleh : Redaksi *65% Warga Meulaboh Keturunan Urang Awak* JATI, METRO http://posmetropadang.com/?pilih=lihat&id=148 Ternyata 65% dari warga Meulaboh adalah keturunan urang awak. Mereka hidup di lokasi yang kini “babak belur” akibat gempa dan tsunami itu umumnya bergerak disektor perdagangan dan wirausaha lainnya. Demikian dikatakan Teuku Abdullah Darwin (44), warga Meulaboh yang menetap di Kota Padang, ketika diwawancarai POSMETRO di Kantor Unit SAR Mapala Unand, Senin (3/1) menjelang keberangkatannya sebagai relawan ke negeri asalnya itu. Warga Jl Agam II No 112, Siteba Kec. Nanggalo itu menuturkan bahwa di Meulaboh bahasa Minang bukanlah bahasa yang asing lagi. Hampir seluruh warga disana mengerti dan malah menggunakannya sebagai bahasa sehari-hari. Ini lantaran hampir setengah dari masyarakat Meulaboh itu memiliki hubungan darah dengan Minangkabau. Dia sendiri, kata Teuku Abdullah, memiliki darah Minang dari garis kakeknya, Dt Putih yang berasal dari Kab. Tanah Datar. Kakeknya mengawini wanita setempat dan melahirkan ayahnya yang bernama Teuku Ali Usman. Dari perkawinan Teuku Ali Usman (alm) dengan Nurdiana (85), lahirlah dirinya bersama 2 adik kandungnya yang lain. Keluarga besarnya ini menetap di daerah Kuta Padang, dekat pusat kota Meulaboh. Teuku Abdullah menyebutkan dirinya “pulang kampung” ke ranah Minang 20 tahun lalu setelah menikahi wanita Minang, Asmidar yang kini telah menganugerahinya 8 orang anak. Disini, dia berprofesi sebagai petani. Ketika bencana besar itu terjadi, Teuku Abdullah mengetahui dari koran dan televisi. Sontak dia tersentak ketika itu. Bagaimana tidak, ibunya, Nurdiana (85) dan 2 adiknya Teuku Dahlan dan Cut Linda serta 8 saudara tirinya yang lain berada di daerah yang tidak jauh dari pusat gempa itu. Dirinya tidak bisa berbuat apa-apa dan sama sekali tidak tahu bagaimana kondisi mereka saat ini lantaran terputusnya komunikasi. “Saya hanya bisa pasrah dan tidak mampu lagi menangis karena aia mato ko alah kariang dek manangih,” tuturnya. Sebelum peristiwa, aku Teuku Abdullah, dirinya baru 3 bulan yang lalu balik dari Meulaboh untuk urusan keluarga. Dan beberapa hari menjelang bencana, dia secara berturut-turut bermimpi dengan ibu dan saudara-saudaranya yang melambai-lambaikan tangan kepadanya. “Mungkin itu sebuah pertanda,” sebutnya. Gabung Sebagai Relawan Satu-satunya cara Teuku Abdullah untuk membantu saudara-saudaranya di Meulaboh, dia mendaftar sebagai relawan. Dengan mendatangi Posko Relawan yang dikoordinir dan berada di Kantor Unit SAR Mapala Unand, Teuku Abdullah mendaftar bersama dengan sekitar 80 relawan lainnya. Dan diantara sebanyak itu relawan, Teuku Abdullah-lah yang paling “berumur”, sementara yang lainnya berusia sekitar 18-30 tahun. Uniknya, disamping dia sendiri, langkah Teuku Abdullah juga diikuti oleh sang anak, Teuku Windra (18) yang juga mendaftar sebagai relawan. Rencananya, jika tidak ada aral melintang, dia akan berangkat ke Meulaboh besok (5/1) dari Teluk Bayur. Untuk keberangkatannya ini, Teuku Abdullah membekali dirinya dengan pakaian secukupnya, kompor, priuk, dan beberapa peralatan lain untuk mendukung geraknya sebagai relawan yang bertugas mengevakuasi korban tsunami di Meulaboh. Sementara itu, anggota Mapala Unand yang bertindak sebagai Koordinator Lapangan Relawan, Budi Aswar AMd menyebutkan keikutsertaan Teuku Abdullah ini cukup berarti bagi mereka. Karena bagaimana pun, dialah yang paling tahu kondisi dan seluk beluk Meulaboh, sehingga nantinya memudahkan tim untuk menjalankan tugasnya. (max) ____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting ------------------------------------------------------------ Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib ____________________________________________________