Assalaamu'alaikum.w.w.
 
  ... kita sambuang nan kapatang....  

Kita kembali pada ayat tadi

 "walaqad ba’asna fi ummati rasuulan, ani’budullah…"

Suruhan supaya kita beribadat,.. ibadat ini,.. dari 
segi syahadahnya ada dua kan ?.
Rububiyah dan Uluhiyah, rububiyah satu dan uluhiyah
satu. Rububiyah ini aqidahnya, kita mengakui bahwa 
alam ini Allah yang menciptakan. Ummat Islam 
mungkin tak ada masalah dengan ini, karena kita
mengakui alam ini Allah yang mencipta, yang
memelihara, yang melingkupkan yang memusnahkan, yang
membinasakan yang 
menghancurkan alam ini ialah Allah. Siapapun tidak
dapat 
menafikan, cina-cinapun tidak menafikan, 

"Siapa buat alam ini ?",..."Tuhan Alah", 

Orang arab jahiliahpun berkata begitu,’ 

"Walain sa-altakum man khalaqas samaawaati wal ardh, 
wa yaquluun nallaah"

Kalau engkau tanya mereka itu, orang-orang kafir
jahiliah itu, siapa yang menciptakan langit dan bumi,
mereka berkata Allah. 
Dulu pun sudah belajar,… dulu orang-orang kita sudah
belajar  ilmu tauhid. Hafalan mereka....
Pertama wujud artinya ada, lawannya tiada, ...apa yang

ada ?, Allah ta’ala, 
apa tandanya ?,… adanya alam ini. 
Baharu alam ini, ..maknanya alam ini wujudnya, karena
adanya Allah swt. 
Kalau Allah ta’ala tidak ada, maka alam ini tidak ada,
tetapi kalau alam ini tak ada, 
Alla ta’ala tetap ada juga. Karena adanya alam hanya
menjadi tanda adanya Allah ta’ala. 
Seperti kita katakan, berkokoknya ayam, menandakan
terbitnya fajar... kan ?. 
Kalau ayam tak berkokok ?.. fajar tetap terbit. 
Jangan salah,...
Tak terbit fajar… ayam tak berkokok... 
Tidak .. Fajar tetap terbit 
walaupun ayam tidak berkokok. 
Disini kita perlu belajar ilmu mantiq (logika). 
Belajar ilmu tauhid,.. ilmu mantiq kita harus 
belajar. Kalau tidak .. kan pening. Menghafal 
saja...
Pertama wujud artinya ada, lawannya tiada, mustahil
tiada, wajib ada. ... apa arti sebenarnya pun tidak
 tahu.  Kalau orang Minang mungkin paham, 
orang Cina ?...
Pertama wujud artinya ada, lawannya tiada, mustahil 
tiada, wajib ada... Apa ini ? pikirnya. 
... pertama ada.. lalu.. lawannya tiada pula...
..jadi perlu kepada ...ilmu mantiq. … 

  .... kita kembali. …

Jadi kita mengakui alam ini diciptakan Allah swt….
selesai masalah.
Yang kedua tauhid uluhiyah.
Tauhid uluhiyah maknanya, kita mengakui, kita
berikrar, dan kita sadari diri kita akan menyembah,
akan memperhambakan diri kita kepada Allah  swt yang 
mencipta alam ini.
Jadi ada dua, seperti ibadat dan do’a tadi. Seperti
listrik, ada positif ada negatif,.. 
dalam hal ini,.. kita mengaku bahwa yang mencipta 
adalah Allah, dan kita mengaku bahwa diri kita hanya
menyembah dan memperhambakan diri kepada Allah swt. 
barulah orang itu Islam. 
Rububiyah ada, uluhiyah ada…. Paham nggak  ya ?…..

   Sekarang kitapun beribadahlah... Sembahyang, puasa,
zakatpun di bayar, hajipun pergi, umrah juga, kenduri
juga dibuat, qur-anpun dibaca,.. wiridpun… macam-macam
kita lakukan. Kesemuanya ini di atas landasan 
uluhiyah, kita menghambakan diri dan mengabdikan diri
hanya kepada Allah swt. Apa saja suruhan dari Allah 
kita terima, dan kita patuh, kita ta’at. 
Karena orang-orang beriman… 

"ay yaquulu sami’na wa-ata’na."

Dan orang kita beriman ini tanpa soal, apa yang Allah
perintahkan tidak menjadi soal. 
     Ulama-ulama membagi-bagi dalam kitab fiqih dari
uluhiyah ini menjadi beberapa bagian, ada ibadat, ada
mu’amalat, ada munakahat, ada jinayat. 
Kitapun mengambil yang ibadah, mulai dari taharah
(bersuci), sembahyang, puasa, zakat, haji, satupun 
tanpa soal. 
   Mengambil wudhuk, bersungguh-sungguh, orang kita
ini tak disangsikan lagi bagaimana ta’atnya… basuh
muka,…basuh tangan,… basuh kepala... Ta’at.

Puasa tidak jadi soal,.. ta’at. 

Yang paling disiplin kalau berbuka puasa... Mesti
tepat waktu, mengikuti jadwal,… 
...tapi sembahyang tak ikut jadwal. Kalau ditanya 
..aaai cepatnya,.. "sunaat".., 
pandai dia menjawab. Tapi kalau sembahyang,
... sembahyang ashar sudah dekat-dekat maghrib,
.. tidak mengikuti jadwal. 
Kalau berbuka…, begitu Allahuakbar-allahuakbar,
....raaap,... masuk makanan. 
Begitu dijaganya disiplin makan itu. Tidak ada yang
berbuat... 
Allahuakbar-Allahuakbar.. nanti-nantilah.
..  Aaaa…ndak ada tu...
Ndak ada. Sangat disiplin, tapi kalau sembahyang. 
..Aaa  nantilah… waktu masih panjang..
  Begitulah gambaran ta’atnya soal ibadat tanpa soal.
Bagitu juga munakahat,.. sebelum kawin.. aaa.. sudah
bersunat ?...
Orang kita ini,.. soal bersunat sangat dijaga. Kalau
anak tak bersunat, menjadi masalah, tapi kalau anak 
tak sembahyang ?... tak menjadi masalah.  
Kalau tak bersunat,  seluruh kampung tahu
..ee.. dia belum bersunat lagi..
(inyo alun basunaik lai do).  .. ndak hebat tu ?... 
Kalau ndak sembahyang 
?.... aaa… ndak peduli... Jangan ndak bersunat.
   Satu orang di satu negeri, sudah 25 tahun belum
bersunat,.. bapaknya lupa menyunatkannya. Udah mau
 kawin baru ingat, belum bersunat lagi... 
Ooo malu orang…
Tapi ndak sembahyang ?... ndak malu… 
Diapun mau bersunat, bukan dia takut,… 
.... dokter takut…
  Dalam aqad nikah, pak imam atau tuan kadi  menjaga
sungguh... 
Sangat menjaga.. ulang.. ulang...
 "Aku nikahkan engkau dengan si anu binti si anu
dengan mahar 
sekian-sekian.. tunaaai"... dihentakkannya tangan
pengantin itu,... 
..."saya terima nikahnya si anu binti si anu
dengan..."
  Lambat.. ulang..lambat ulang.
   Dalam kitab fiqih tidak mesti begitu. Lambat
sedikit ndak apa,.. boleh bernapas. 
Ini.. nggak sempat bernapas,.. dihentakkannya tangan
pengantin tu...terperanjat pengantin tu…
.."Saya nikahkan tuan kadi..."...aaaa..kan ?.
Pak imam terlalu berhati-hati dalam masalah ini. 
Padahal tidak harus seperti itu,  boleh bernapas,..
...tunaaaai...  Saya terima nikahnya.    
Cukup.. sah. Mudah sekali.
Cukup sampai disitu,.. "Saya terima nikanya"... Sah. 
Ini ndak,… berberlit-belit.. 4 hari 
4 malam menghafal,.. pakai mandi 
segala di muara sungai. Itupun masih salah, 
... karena panjang sekali berbelit-belit...
"Saya terima nikah si anu binti si anu... 2 rakaat..,
mengikut imam.. karena Allah ta’ala"... aaaa... 
Kan bartele. Pengantin lah penakut,...  
keris dipinggang.., kadang-kadang dua kiri 
kanan... ...penakut setengah mati...
Begitulah, pada hakikatnya berhati-hati sungguh 
dalam hal nikah. 
Artinya urusan-urusan ibadat, munakahat,
mu’amalat,...sangat dijaga. 
.... Aaa…Mengapa dalam urusan politik, orang kita 
tidak mengambil perhatian ?... tidak menjaga ?.
... aaa ini baru start..ni...
Bila masuk urusan politik mereka menolak,.. sampai
berkampanye,...ditulis di rumah-rumah dan di
mobil-mobil pribadi,.."Islam yes, partai Islam 
no" ...haaa...
  Seolah-olah Allah lupa,.. Seolah-olah Allah tidak
menurunkan hukum politik dalam Qur-an, seolah-olah 
Nabi tidak ada menyebutkan dalam hadits-haditsnya. 
Mengapa dalam urusan ini pula tidak mau ?
...aa.. ini persoalannya…
 
.... lah panjang pula ... beresok kita sambung....
 
Wabillahil hidayah wat taufiq.
 
Wassalam.w.w.
 
St. Sinaro
 


                
__________________________________ 
Discover Yahoo! 
Get on-the-go sports scores, stock quotes, news and more. Check it out! 
http://discover.yahoo.com/mobile.html

_____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke