Assalamualaikum Wr. Wb.,
Informasi yang rancak, untuak manjadi PR dunsanak rantau juo untuak
mambangun nagari yang tatingga.
Wass, syb.


Dari Seminar Tantangan Pembangunan Sumbar Lima Tahun ke Depan 
Oleh admin padek 1 
Selasa, 07-Juni-2005, 11:51:55 16 klik   
 
 
* Gaet Investor, Pemprov Tak Punya Visi Konkrit 
Investasi kunci menggairahkan pembangunan dan ekonomi Sumbar. Bila
pemerintah membuat kerangka acuan pengembangan sektor unggulan yang
dapat didayagunakan, tentu tetap menyelaraskan dengan potensi yang ada
di daerah, sehingga investor dapat tertarik dengan keunggulan itu. 
 
 


Demikian antara lain pokok pokok pikiran Seminar Tantangan Pembangunan
Sumbar Lima Tahun ke Depan, digelar Balai Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) Sumbar, Senin (6/6). 

Seminbar dihadiri lebih dari 100 peserta dari berbagai kalangan,
birokrasi pemerintahan, akedemisi, praktisi perbankan, pers. Maksud
diadakannya seminar ini, tak lain menghimpun ide den pemikiran dari
berbagai pihak sebagai bahan referensi bagi kepala pemerintah lima tahun
mendatang. 

Hadir selaku Pemakalah Dosen Unand Dr Firwan Tan dengan Topik
Pembangunan Daerah Provinsi Sumbar 5 tahun ke depan: Arah, Strategi dan
Kebijakan Pembangunan. Pimpinan Bank Indonesia Cabang Padang, Yunandar
Boestal SE dengan makalah Tantangan Pembangunan Daerah Provinsi Sumbar 5
tahun ke depan: Potensi dan Permasalahan Pembiayaan Sektor Lembaga
Keuangan dan wartawan senior, H Sutan Zaili Asril yang juga Penanggung
Jawab Harian Pagi Padang Ekspres dengan makalah Tantangan Pembangunan
Daerah Provinsi Sumbar 5 tahun ke depan: Titik Berat Harapan Masyarakat.


"Investasi memiliki nilai strategis dalam upaya pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan ekonomi stagnan dengan ketiadaan investasi. Persoalan
mendasar yang dihadapi dalam mengembangkan investasi, ketidakjelasan
visi dan misi yang diusung pemprov, sektor mana yang menjadi unggulan
dan sejauhmana keuntungan dan tantangannya. Sehingga sejauh ini,
investasi lebih terkonsentrasi di dua daerah, Bukittinggi dan Padang,"
jelas Pimpinan Bank Indonesia Cabang Padang Yunandar Boestal SE. 

Terkonsentrasinya investasi di kedua daerah tersebut, jelas Boestal
mengakibatkan terjadinya ketimpangan pembangunan di daerah lainnya.
Bahkan, menurut data kementrian Percepatan Daerah Tertinggal akhir tahun
2004, delapan kabupaten dan kota terkategorikan masih tertinggal , yakni
Kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman Barat, Mentawai, Padang Pariaman,
Solok, Solok Selatan, Sawahlunto/ Sijunjung, Dhamasraya dan Pasaman.
Indikator yang digunakan adalah APBD, tingkat gizi, kelahiran dan
kematian bayi, human development index, tingkat pendidikan dan
infrasruktur. 

"Bukti konkritnya, dilihat dari penyebaran Pendapatan Daerah Regional
Bruto (PDRB) relatif tidak merata. Dari data PDRB tahun 2003, PDRB
terkonsentrasi pada kota Padang sebesar 32,68 persen, disusul Agam 8,03
persen, 50 Kota 7,35 persen, Pasaman 7,21 persen dan selebihnya tersebar
di kabupaten dan kota lainnya. Kondisi ini dikhawatirkan, selain beban
pertumbuhan ekonomi yan ditopang di beberapa daerah, juga akan
menimbulkan ketimpangan kesejahteraan antar daerah," jelas Boestal. 

Hakekatnya, ketimpangan ini dapat diminimalisir dengan adanya kerangka
yang jelas tentang orientasi unggulan dari masing-masing daerah. Dan
pemerintah mestilah berkomitmen mengarahkan investasi pada sektor
unggulan tersebut, yakni lebih memprioritaskan kredit atau pun
investasi. Khusus daerah Sumbar, sektor unggulan lebih mengarah kepada
sektro pertaian, perdagangan, hotel dan restoran, jasa-jasa dan sektor
industri pengolahan. 

"Sampai tahun 2004, sektor pertanian memberikan porsi terbesar pada
struktur produksi, yakni 23,68 persen dari total PDRB, diikuti sektor
perdagangan, hotel dan restoran 16,92 persen, sektor jasa-jasa 15,61
persen, dan sektor industri pengolahan 15,02 persen. Jelas orientasi ke
depan pembangunan investasi di arahkan kepada sektor kunci ini, sembari
tetap melihat sektor lain yang berpotensi untuk dikembangkan sesuai
dengan potensi daerah," kata Boestal sembari mengatakan pihak perbankan
sendiri menyokong upaya meningkatkan pembangunan perekonomian di Sumbar.


Dikatakannya, pihak perbankan telah mengucurkan kredit kepada pihak
ketiga baru mencapai 85 persen atau masih menyisakan 15 persen lain,
senilai 2 triliun lagi. Kalaulah dana yang belum termanfaatan ini lebih
dimaksimalkan dan diarahkan kepada sektor unggulan, pastilah lima tahun
ke depan pertumbuhan perekonomian Sumbar dapat ditingkatkan hingga 6,5
persen dengan persyaratan penyaluran kredit diprioritaskan kepada sektor
unggulan. 

Sementara itu, Dosen Unand Dr Firwan Tan memaparkan orientasi tingkat
keberhasilan pertumbuhan ekonomi (PE) ke depan, bukan lagi sejauhmana
investor yang masuk, tapi sejauhmana mampu mengurangi angka pengangguran
dan kemiskinan. Atau seberapa besar meningkatkannya tingkat
kesejahteraan masyarakat. 

"Saat ini standar keberhasilan PE lebih ditekankan kepada seberapa besar
investor yang masuk, tapi tidak melihat besarnya angka kemiskinan dan
jumlah pengangguran. Walaupun BPS mencatat jumlah penduduk miskin hanya
400 orang, tapi kalau diteliti lebih lanjut angka tersebut bakal lebih
besar dari yang tercatat. Indikatornya, dilihat dari standar efisiensi
tenaga kerja di nagari, lahan pertanian yan sangat sempit dikerjakan
secara bersama-sama. Atau efisiensi di sektor pemerintahan, pekerjaan
yang dapat dikerjakan 1/2 orang, malah dikerjakan 8 orang. Maka 6 orang
lainnya boleh dikatakan pengangguran tak terlihat," jelas Firwan Tan. 

Dikatakannya, pemerintah ke depan mesti berani mengarahkan kebijakannya
kepada sektor apa yang dibutuhkan masyarakat, bukan malah ditekankan
kepada program pemerintah semata, merujut kepada data sekunder semata
(akademisi, reda). Tapi lebih proaktif menyemput bola, menampung
aspirasi masyarakat secara langsung. Sehingga program riil yang
dibutuhkan masyarakat dapat terakomodir dengan maksimal. 

Sutan Zaili Arsil yang diberikan kesempatan memaparkan makalahnya
mengatakan dalam menampung aspirasi masyarakat, pemerintah diharapkan
tidak merealisasikan keseluruhan permintaan tersebut. Tapi bagaimana
pemerintah mengkaji dan membahasnya dengan matang, sehingga ditemukan
kebutuhan yang mendesak untuk direalisasikan. Pemerintah pun berani
menyampaikan kepada masyarakat, program yang mendesak dilakukan dan mana
yang sesuai dengan kondisi daerah. 

"Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) ke depan benar-benar mampu
memetakan pembangunan perekonomian yang dibutuhkan masyarakat. Tentunya,
sesuai dengan fakta, peluang dan tantangan. Perlu dipahami, salah satu
hal mendesak yang direalisasikan, tak lain upaya membangun sistem
marketing dan distribusi. Sehingga mampu mengatasi persoalan mendasar
yang dihadapi masyarakat bawah (petani, red). Dan sektor unggulan yang
dapat dikembangkan di daerah, tak lain sektor pertanian, industri olahan
dan perikanan," jelas Zaili sembari mengatakan, sektror ketiga mungkin
menjadi program jangka menengah, karena padat modal dan teknologi. (r) 
 


_____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Reply via email to