Mak Ban paliang suko manggunokan istilah manggaleh babelok , mako untuak labiah mangatahui istilah manggaleh babelok tersebut , cubo sanak baco apo nan ditulih Padang ekpress barikuik ini ! Manggaleh Babelok Oleh : Wiztian Yoetri Kamis, 02-Juni-2005, Istilah manggaleh babelok,dulu sangat populer. Dalam bahasa Indonesia,manggaleh adalah berdagang. Sedang babelok berarti berjalan, dari pekan ke pekan. Hari pekan, maksudnya hari pasar yang dilaksanakan sekali sepekan. Biasanya, ditetapkan pemerintahan nagari. Karena pasarnya sendiri merupakan pasar nagari.
Hari-hari pasar itu dimulai pada hari minggu, dan berlanjut terus pada hari berikutnya secara bergilir. Itulah hari-hari pasar tempat jualan panggaleh babelok. Dalam satu hari , bisa saja dua pasar sekaligus berhari pekan. Mungkin, karena jumlah pasar nagari yang tersebar. Akibatnya, ada pasar buka pagi, sampai siang, dan ada yang buka sore hari, berakhir malam. Para penggaleh berbelok itu, rata-rata berasal dari berbagai daerah.Kebanyakan dari darek. Mentalnya, sudah teruji dan fisiknya juga sudah terukur. Dalam benaknya, hafal betul, hari-hari pekan atau hari-hari pasar suatu daerah, atau nagari. Termasuk, mana pasar potensial yang ramai pengunjungnya, dan mana yang sedang-sedang saja. Penggaleh babelok, sudah mulai keluar rumah malam hari, karena biasanya, selesai subuh dagangan telah di gelar, di pasar-pasar yang berhari pekan.Penggaleh babelok, tak punya kedai tetap. Daganganya, di tarok diatas selembar tikar, atau di susun ditas kardus-kardus yang tertata dengan rapi. Tak ada target market para panggaleh babelok. Karena, jualannya beraneka ragam, seperti minyak-minyakan, sabun menyabun, dan sebagainya yang semuanya merupakan kebutuhan masyarakat sehari-hari. Sengaja tidak satu jenis. Maksudnya, agar tiap ada permintaan, stok tersedia. Panggaleh babelok, karena sudah terbiasa masuk pasar ke luar pasar, tahu persis kebutuhan konsumen. Kadangkala, untuk menarik konsumen, digunakan binatang ular, untuk sekedar atraksi. Biasanya, dilakukan panggaleh babelok, dengan jualan obat-obatan. Orangpun jadi ramai berkeliling. Terujinya mental penggaleh babelok, mengingat mereka tak takut menghadapi siapa saja. Termasuk kemungkinan menghadapiurang bagak di pasar-pasar nagari. Mereka, juga siap mental bila jualan tak laku, itulah resiko manggaleh. Termasuk hujan berkepanjangan. Ketika galeh harus digulung, dan di tutup. Mereka terbiasa dengan siap untung, dan siap rugi. Soal fisiknya yang terukur, terbukti bertahun-tahun tahan bergadang sepanjang hari. Kadang-kadang tidur di emperan toko, di pinggir jalan, bila kelewat lelah. Adakalanya, terlelap diatas kendaraan omprengan, yang dicarter ramai-ramai dengan semangat kebersamaan panggaleh babelok. Disaat jualan laku keras, panggaleh babelok bisa bersiul-siul kecil. Meski, untung yang diraih tak banyak, maklum barang dijual dengan harga kantong rakyat. Sebaliknya, ketika jualan tak laku, barang bisa di jual batongkong dengan harga murah, atau pada pembeli disodorkan barang dulu, bilo ado kepeang se, baiah. Mengingat, untung jenis jualan tertentu wajib habis, kalau dibawa pulang, khawatir kadaluarsa. Melalui tulisan ini, saya tak hendak mengibaratkan calon gubernur, calon bupati ataupun calon walikota yang tengah bersosialisasi itu, sedang manggaleh babelok. Walaupun, medan lapanganya nyaris sama, masuk kampung ke luar kampung, bahkan pulang ke rumah baru menjelang shubuh. Kesamaan lain, misalnya, kandidat, jualan program, sedang panggaleh abelok jualan barang. Bila Kandidat kepala daerah dengan motto siap menang siap kalah, panggaleh babelok juga punya motto, siap untung dan siap merugi? Namun demikian, setidaknya apa yang dilakukan panggaleh babelok, lewat pengalaman lapangan bertahun-tahun, menarik untuk dicermati kandidat kepala daerah. Misalnya, bagaimana strategi membangun hubungan emosional dengan sebuah nagari, dengan masyarakat nagari. Lantas, karakteristik masyarakatnya seperti apa? Bukankah masing-masing nagari memiliki lingkungannya berbeda. Dan, yang paling penting, agaknya bagaimana pula mensinergikan program (jualan) dengan konsumen, sehingga membumi. Sehingga, muncul kerjasama saling menguntungkan. Kepada para kadidat yang tampil bersosialisasi di nagari-nagri, dan ramai pengunjungnya. Itu pertanda baik. Berarti ada respons positif dari pasar. Namun, sebaliknya bila pengunjungnya tak memberikan reaksi bagus, tidak perlu kecil hati. Mungkin, kita tak dikenal selama ini, program yang ditawarkan tak menyentuh. Ditambah lagi, mungkin kemunculan ke tengah nagari, disaat hendak mencalon saja. Sementara, di sisi lain, masyarakat sudah punya pilihan. Solusinya? Introspeksi diri. Jangan, salahkan masyarakat. Carilah, nagari-nagari lain, dan jualah program yang dapat dibeli masyarakat. Tak ada lagi era ekbulatantekad, era pemaksaan kehendak sudah berakhir. Kedaulatan kini di tangan rakyat. Bisa saja dipaksa, tapi di depan okey, di belakang tunggu dulu. Ada anekdot, Iyo kan dek inyo, laluan nan di awak? Pertanda apa itu? Masyarakat tak suka, dan tak mau dipaksa-paksa? Mereka, bisa menyepak. Akhirnya, bila belakangan --panggaleh babelok-- nyaris tak ada lagi, seiring pasar-pasar nagari lebur jadi pasar satelit, pasar serikat, atau pasar pagi. Namun, setidaknya itulah sekelumit riwayat yang telah melahirkan penggaleh-penggaleh tangguh kelas nagari. Semangat para panggaleh babelok, setidaknya menjadi bagian dari bingkai sejarah di tengah geliat ekonomi dalam sistem pemerintahan nagari. Dan, ketika, hari ini, para kandidat kepala daerah, seperti menelusuri kembali jejak dan tapak sejarah, yang sudah ditinggal panggaleh babelok. Fakta, itu, menjadi pertanda, zaman boleh berobah, namun semangat merebut hati rakyat yang dimainkan panggaleh babelok, hari ini, tetap aktual dan kontekstual. Seolah, situasinya relevan dengan semangat Pemilihan Kepala Daerah Langsung!.** --------------------------------- Discover Yahoo! Find restaurants, movies, travel & more fun for the weekend. Check it out! _____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting ------------------------------------------------------------ Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib ____________________________________________________