Assalamu'alaikum wr.wb.,

Uni Isna,

Dek latiah bana indak salasai dek ambo manulih karanganko tadi malam doh.
Baru pagiko basalasaian. Mudah-mudahan ado manfaatno dan dapek dipagunoan
'cucu' ambo tu.

Wassalamu'alaikum wr.wb.

Lembang Alam

MENYIKAPI MUSIBAH



Alhamdulillaah - wasyukuurillaah - wa laa haulaa wa laa quwwataa illa
billaah.



Setiap kali mendengar kata musibah biasanya kita membayangkan suatu
'kemalangan' yang menimbulkan korban baik nyawa atau juga harta.  Apakah itu
sebuah kecelakaan kendaraan, atau terjangan banjir, atau mungkin runtuhnya
rumah-rumah akibat gempa bumi, hilangnya nyawa, hilangnya harta karena
dicuri atau dirampok, semua itu biasanya kita sebut sebagai petaka atau
musibah. Ada kalanya terjadinya musibah itu berhubungan dengan kekeliruan
atau disebabkan oleh kesalahan manusia tapi tidak jarang pula manusia tidak
ikut campur sama sekali. Sebuah mobil yang terjun masuk jurang karena
sopirnya mengantuk adalah musibah. Disisi lain runtuhnya bangunan akibat
goncangan gempa yang bukan digerakkan oleh tangan manusia juga adalah
musibah.



Kalau kita lihat dari kacamata ilahiyah, dengan mengikatkan setiap kejadian
hanya terjadi dengan izin Allah, maka setiap musibah itu tidak lain adalah
merupakan ketetapan serta mengikuti sunnah Allah belaka. Allah berfirman di
dalam surah 64 ayat 11, 'Setiap musibah yang menimpa seseorang adalah dengan
izin Allah (sesuai dengan sunahNya)..sampai akhir ayat.' Kematian atau
berpisahnya ruh dengan jasad yang kita sebut sebagai musibah yang menimpa
adalah merupakan sunatullah. Karena setiap yang bernyawa pasti akan mati,
dan itu merupakan ketetapan Allah, (kullu nafsin tzaaikatul mauut). Patah
tulang karena berbenturan dengan benda keras pada saat terjadi kecelakaan,
juga mengikuti sunatullah. Luapan air yang berlebihan volumenya sehingga
tidak tertampung oleh sungai sehingga menimbulkan banjir, adalah sunatullah.
Begitu juga dengan datangnya gelombang pasang air laut, semua itu adalah
mengikuti ketentuan Allah dan terjadi dengan izin Allah. Kita terkesima
menyaksikan akibat terjangan gelombang tsunami yang memporakporandakan suatu
negeri, merenggut banyak korban. Kita bahkan menyebutnya sebagai musibah
nasional karena saking dahsyat kerusakan yang diakibatkannya. Atau datangnya
angin puting beliung, atau bergetarnya bumi oleh gempa bumi, atau muntahnya
gunung berapi. Semua kejadian seperti itu adalah fenomena yang sudah ada di
dalam literature 'kebumian'. Allah Yang Maha Pencipta telah menciptakan bumi
yang kita diami ini dengan segenap kemampuan alamnya untuk menimbulkan
musibah bagi penghuninya.



Coba kita simak firman Allah di dalam surah Ali Imran ayat 190, '
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya siang dan
malam merupakan tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berakal.' Cobalah
kita amati alam raya yang maha luas ini. Yang tidak seorang manusiapun tahu
betapa luasnya. Yang tidak seorangpun tahu dimana ujung dan dimana
pangkalnya. Perhatikanlah sistim tata surya kita dengan matahari dan bulan.
Matahari yang kita lihat beredar pada garis edarnya. Bulan yang kita lihat
beredar pada garis edarnya. Semuanya tunduk patuh didalam pemeliharaan
Allah. Perhatikanlah betapa hebatnya pemeliharaan Allah atas semua
ciptaanNya itu. Dan sesungguhnya Allah adalah Yang Sebaik-baik Pemelihara.



Mari kita amati bumi yang kita pijak ini. Bumi yang seolah-olah diam dengan
tenang. Dengan gunung-gunung yang seolah-olah terpaku kaku tidak bergerak.
Padahal dia itu bergerak. Padahal bumi kita ini bergerak dengan kecepatan
luar biasa. Cobalah simak firman Allah di dalam surah An Naml ayat 88; 'Dan
kamu lihat gunung-gunung itu, kamu kira ia tetap di tempatnya, padahal ia
berjalan seperti berjalannya awan. (sampai akhir ayat)...'  Bumi yang hanya
bak sebintik debu di tengah alam raya yang maha luas itu. Bumi yang beredar
mengelilingi matahari pada orbitnya. Begitu kita belajar dalam pelajaran
ilmu falak. Tapi cobalah amati lebih seksama. Bumi yang jaraknya ke matahari
konon menurut perkiraan para ahli adalah 150,000,000 km (Encyclopedia
Americana menyebut jarak bumi ke matahari = 92,956,000 mil).  Ini artinya
keliling orbit bumi terhadap matahari adalah sepanjang lebih dari
900,000,000 km. Dan bumi menempuh jarak untuk mengelilingi orbit sepanjang
900,000,000 km itu dalam waktu 24 jam. Ini berarti bumi berputar terhadap
matahari dengan kecepatan 38 juta km/jam. Bisakah kita membayangkan apa yang
akan terjadi seandainya dengan kecepatan seperti itu bumi ini menabrak suatu
benda lain ciptaan Allah di jagad raya ini? Tapi Allah telah memeliharanya.
Bumi tunduk patuh kepada Sang Penciptanya, Allah rabbul 'alamiin, untuk
tetap berada pada orbitnya, dibawah pemeliharaan Allah Yang Maha Kuasa.



Amatilah kembali bumi kita ini. Dengan segala potensi yang ada padanya. Bumi
yang identik dengan jeruk bali dengan bagian dalamnya terdiri dari masa cair
yang sangat panas yang kita kenal sebagai magma. Magma yang senantiasa
menggelegak-gelegak dengan kekuasaan Allah atasnya. Magma cair yang
menggelegak-gelegak itu adakalanya mendesak keluar sebagai letusan gunung
api. Ini adalah sunatullah. Amatilah kedahsyatan letusan gunung api yang
memuntahkan batu-batu berukuran raksasa ke udara. Atau magma yang
menggelegak-gelegak itu menggerogoti massa yang lebih padat di bagian luar
kulit bumi, sehingga bagian dari massa padat itu adakalanya bergeser, terban
atau jatuh. Goncangan yang terjadi akibat kejadian seperti ini kita kenal
sebagai gempa tektonik. Bagian bumi yang bergeser atau patah itu ada yang
mencapai ribuan kilometer panjangnya. Bagian bumi yang terban itu ada yang
mencapai puluhan meter jatuhnya. Semua ini adalah fenomena yang 'biasa-biasa
' saja dalam keseharian bumi dan telah berlangsung berulang-ulang dalam
kurun waktu yang sangat lama.  Jejak-jejak patahan, terban, pergeseran,
perlipatan bagian kulit bumi itu telah diamati oleh para ahli ilmu
pengetahuan.



Semua kejadian alam itu berlangsung dengan izin Allah. Dia sudah pernah
terjadi dan masih akan terjadi lagi berulang-ulang dengan izin Allah. Apakah
itu angin puting beliung, atau gempa dengan gelombang tsunami, atau letusan
gunung berapi, atau banjir bandang. Apapun namanya yang kita kenal.
Bagaimanapun dahsyatnya yang kita amati. Sungguh Allah Maha Kuasa untuk
menjadikan hal-hal seperti itu. Dan Allah Maha Menentukan untuk segala
sesuatu.



Adakalanya Allah menetapkan suatu kejadian itu untuk memberi peringatan
kepada umat manusia. Adakalanya 'bencana atau musibah' itu terjadi untuk
menghukum suatu kaum dari golongan manusia. Seperti hukuman terhadap kaum
nabi Luth yang dihujani dengan batu (dari letusan gunung berapi). Seperti
kaum nabi Nuh yang ditenggelamkan oleh banjir besar.  Atau hukuman terhadap
kaum 'Ad  umat nabi Huud dengan angin puting beliung. Allah Maha Berkuasa
untuk mengarahkan peringatan-peringatan itu kemanapun yang dikehendakiNya.
Dan Allah memperingatkan kepada kita yang datang kemudian, tentang
kejadian-kejadian 'alam' yang pernah menimpa umat-umat terdahulu itu
sementara kejadian 'alam' yang sama masih berpotensi untuk terjadi sampai
sekarang bahkan sampai hari kiamat kelak. Amatilah letusan gunung berapi
yang tetap terjadi sampai sekarang. Berganti-ganti gunung yang satu dengan
gunung yang lain memuntahkan isi perut bumi ke udara. Di sekitar kita di
tanah Jawa ini puluhan banyaknya gunung berapi yang mempunyai kemampuan yang
sama. Gempa masih terjadi setiap saat. Akibat gempa itu bagian-bagian dari
kulit bumi ini dapat bergeser setiap saat. Laut luas berpotensi untuk
mendatangkan gelombang pasang menenggelamkan bumi yang kerendahan.



Lalu apa yang dapat kita fahami? Yang dapat kita fahami kalau kita mau
memperhatikan adalah ke Maha Pemeliharaan Allah. Ke Maha Pengaturan Allah.
Maha Perlindungan Allah. Ditengah-tengah ancaman 'alam'  yang ada di jagad
raya ini kita tidak mempunyai daya dan kekuatan apapun untuk menyelamatkan
diri kita. Perhatikan bintang-bintang yang bermilyar-milyar banyaknya (Allah
saja yang tahu berapa jumlahnya). Kadang-kadang terlihat oleh kita satu
benda langit bergeser seperti jatuh, kita menyebutnya bintang jatuh. Allah
mengizinkan benda-benda langit itu untuk bergeser dari satu tempat ke tempat
lain. Bisakah sebuah benda langit lain (meteorit) jatuh menimpa bumi ini?
Apa yang akan terjadi seandainya sebongkah meteorit sebesar gunung Merapi
saja jatuh menimpa bagian bumi ini? Subhanallah, Maha Suci Allah yang telah
melindungi kita dari kehancuran 'fisik' seperti itu. Pernahkah kita
bayangkan apa yang terjadi sesungguhnya ketika Allah menghukum kaum nabi Nuh
dengan banjir besar. Bagaimana banjir besar itu terjadi? Masih mungkinkah
kejadian yang sama terjadi lagi? Betapa mudahnya bagi Allah untuk menaikkan
temperature bumi ini agak sedikit lebih dari biasanya dengan menggunakan
pancaran sinar matahari. Sehingga terjadi penguapan besar-besaran air laut.
Pada waktu bersamaan terjadi pelelehan gunung es di kutub-kutub sehingga
muka air laut merayap naik menenggelamkan negeri-negeri. Dan uap air yang
banyak tadi diturunkan Allah kembali mengguyur bumi ini dengan hujan yang
lebat. Allah Kuasa melakukan hal seperti itu. Dan sampai sekarang kita masih
merasakan adakalanya suhu udara itu lebih panas dari biasa. Dia terjadi
demikian dengan izin Allah. Dan kemungkinan gunung-gunung es untuk mencair
sehingga permukaan laut naik tetap ada setiap. Allah mampu menjadikan itu.
Apa daya kita? Kalau Allah datangkan yang seperti itu, kita tidak mempunyai
daya atau kekuatan apa-apa. Laa haulaa wa laa quwwataa illaa billaahi.



Jadi kalau demikian bagaimana menyikapi musibah yang dapat saja terjadi
setiap saat? Pertama-tama hendaklah kita sebagai orang yang beriman berusaha
agar musibah yang terjadi itu bukan merupakan murka Allah. Janganlah
berbuat, jangan berprilaku, jangan bertingkah yang akan mendatangkan murka
Allah. Yang kedua hendaklah kita senantiasa memohon perlindungan kepada
Allah. Berserah diri kepada Allah. Karena hanya Allah sajalah yang
sebaik-baik pemberi pertolongan dan perlindungan. Dan yang ketiga jika
musibah itu datang juga, hendaklah kita bersabar dan bertawakkal kepada
Allah. Ciri-ciri orang yang bersabar adalah, manakala ditimpa musibah dia
segera mengembalikan urusannya kepada Allah. 'Allatziina itzaa ashaabathum
mushiibatun, qaaluu innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.' Orang-orang
yang apabila dia ditimpa musibah mereka berkata, kami ini datang dari Allah
dan kepadaNya kami kembali.



Rabbanaa maa khalaqta haatza baathilaa. Subhaanaka fa qinaa 'atzaabannaar.




----- Original Message -----
From: "Isna Huriati" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <palanta@minang.rantaunet.org>
Sent: Friday, June 24, 2005 1:33 PM
Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] permintaan bantuan


> Tarimo kasih banyak ateh paratiannyo  St. Lembang Alam, mudah mudahan
> mereka batambah teguh imannyo.



_____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Reply via email to