Dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin Amir ra, ia berkata. Datang Rasulullah SAW dirumah kami, sewaktu itu aku masih kecil lagi, kemudian aku pergi, dan ibuku memanggil aku : Ya Abdullah kemarilah, aku akan memebrikan sesuatu kepadamu . Kemudian rasulullah SAW berkata : Apa yang ingin engkau berikan padanya..? Ibuku menjawab : Kurma.Rasulullah SAW pun bersabda : Adapun jika engkau tidak melakukannya(memberikan kurma itu), pada anakmu, sungguh engkau telah dicatat menjadi seorang yang berdusta .(H.R Ahmad dan lainnya).
Lihatlah betapa indah didikan rasulullah SAW akan memelihara rahasia, atau aib seseorang. Suatu ketika Anas dating kepadaku, sementara aku bermain-main beserta dua orang anak yang lainnya., kemudian beliau memberikan salam pada kami, setelah itu beliau mengutusku akan suatu hajat, yang membuatku terlambat pulang kerumah kepada ibuku. Dan ibuku bertanya : Apa yang telah melambatkan kamu?, aku menjawab Rasulullah SAW telah menyuruhku akan suatu hajat , kemudian ibuku bertanya : Apa hajat rasulullah itu..?. Aku katakana : Ia rahasia. Ibukupun berkata : Janganlah kamu membicarakan aib rasulullah didepan siapapun . Subhanallah, betapa ajaran seorang ibu dan ajaran rasulullah, semenjak kecil lagi seorang anak bisa menyimpan rahasia aib seseorang yang tak pantas untuk dikemukakan, bagaimana dengan zaman sekarang? (dalam hal bergunjing dan membuka aib ini ada para ulama berpendapat ada yang boleh, kalau seorang yang sudah terkenal perusak agama, dan memang dirinya sendiri yang membuka diri untuk aibnya dikemukakan di publik, seperti bintang film, Bush,.Abu jahal, kejahatan Firaun, dsbgnya, bisa dibuka, bisa diperguncingkan dengan tujuan agar manusia hati-hati dan menjadi itibar bagi lainnya). Semoga kita bisa mengotak-ngotakkan suatu permasalahan, sebagaimana kita bisa mengotak-ngotakkan bagaimana bekerja dengan orang asing dsbgnya. Seorang ayah contoh tauladan bagi ayahnya dalam hal Riba. Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Menunaikan amanah, memberikan seseorang akan haknya. Makan harta haram, dan sebagainya, semua itu menjadi qudwah bagi anak-anak kita. 2 ). Ayah yang penuh dengan kelembutan, dan kecintaan. Seorang ayah hendaklah selalu memberikan kelembutan dan kasih sayang yang penuh terhadap anak-anaknya. Selalu bermain dengan mereka. Lihatlah rasulullah SAW contoh tauladan yang baik betapa sering menggendong dan bermain dengan cucu beliau Hasan dan Husain. 3). Jangan membiasakan diri memukul anak-anak. 4 ), Jadilah seorang ayah yang penyabar. Anak-anak memiliki kebodohan-kebodohan yang terkadang tidak amsuk diakal orang dewasa. Lihatlah bisa-bisanya duit logampun masuk dlaam mulutnya, kapas dan sebagainya. Itu karena anak belum tahu mana yang berbahaya, mana yang bermanfaat, ia masih kecil. Anak suka mencoret-coret dinding, itu karena anak belum tahu, yang penting baginya ispirasi atau imaginasinya terkeluarkan dalam hal menggambar apa yang ada dalam benak pikirannya. Orang tua jangan marah, diarahkan, dikasih kertas, jangan mencak-mencak. Dipecahkan gelas, biasa saja, toh..ia masih kecil, katakana padanya itu berbahaya, bisa luka kaki, atau tangan. Jangan berkata-kata kotor didepannya karena hanya ia memecahkan piring atau gelas kaca. Jangan jangan lakukan itu pada anak-anak kita. Dikatakan dalam sebuah pepatah : Sabar itu dicapai dengan berusaha menyabarkan diri, kelembutan didapat dengan berusaha melembutkan diri, ilmu didapat dengan mempelajarinya . 5 ), Jadilah seorang ayah yang berpendidikan. Allah berfirman : Tidak akan sama orang yang berilmu dan tidak berilmu . Apa itu tsaqafah (keilmuan ), yang harus dimiliki oleh seorang ayah..? A ). Ilmu tentang pengetahuan agama B), Ilmu tentang Kehidupan, pengalaman. C), Ilmu Bahasa. Yang pertama sekali hendaknya dimiliki oleh orang tua adalah ilmu bahasa AlQuran, karena itu suatu kewajiban, setelah itu barulah bahasa-bahasa lainnya. Terbalik dengan zaman sekarang ilmu bahasa sing dulu diutamakan, syukur bahasa Arab diperhatikan, tak jarang sampai tuapun kita tak memahami bahasa surga itu. Bahasa AlQuran.( maaf bukan maksud menyinggung yang tidak bisa bahasa Arab, saya hanya penyampai dan penterjemah dari buku Kaifa takuunu aban naajihan saja), dengan gaya bahasa saya sendiri, tetapi isi yang saya sampaikan benar-benar dari penulis buku tersebut, dan saya turut menyetujuinya. Hanya saja, memang suatu hal yang sangat disayangkan bagi kita ummat Islam, bahasa AlQuran, bahasa surga tidak bisa kita kuasai, tidak bisa kita miliki. Tetapi kita memiliki bahasa selain itu. Bukankah lebih baik mengutamakan yang terpenting dulu baru yang penting? Bahasa Asing lainnya penting, tetapi yang lebih penting lagi harus dikuasai adalah bahasa AlQuran itu sendiri. ( Sungguh betapa indahnya apabila kita membaca AlQuran faham maksud apa yang kita baca, suatu hal yang merugi sekali, bila kita baca, kita tak mengerti apa yang kita baca). D), Pengetahuan dalam hal tarbiyah(mendidik anak-anak) Seorang ayah hendaklah punya ilmu psikolog, ilmu pendidikan, ilmu jiwa memahami jiwa anak-anak, jiwa orang lain. Orang yang bisa mengerti jiwa seseorang, bisa memahami mereka, maka tindakan dan perkataannya akan selalu bijaksana. Hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam pertanyaan anak-anak. Terkadang-anak-anak sangat banyak tingkahnya yang membuat kesal hati para orang tua. Namun janganlah sekali-kali kita para ortu sampai mengeluarkan kata-kata yang tidak baik tentang anak, mencelanya, atau mengatakan ia pembohong dan sebagainya. Terkadang anak-anak juga suka banyak hal-hal yang aneh, yang pertanyaannya sulit untuk dijawab. Tapi janganlah sekali-kali kita lari dari pertanyaannya, seorang ib/ayah yang cerdas akan mampu menjawab dengan cerdas pula pertenyaan anak-anak mereka, tidak dikibuli, dibohongi atau lari dari pertanyaannya. Terkadang anak-anak bertanya, : kemana kakek yang sudah mati, kenapa kakek mati, apa itu mati, kenapa ayah dan ibu tidur selalu barengan, tidak tidur sama anak-anak, kenapa kucing koq gigit anaknya, kenapa dan kenapa dsbgnya segala macam tanya. Dalam menyikapi pertanyaan2 anak, sebaiknya ada hal-hal yang harus diperhatikan ortu al : a), Jangan sekali-kali melarikan diri dari pertanyaan anak-anak kita. Karena bagaimanapun pertanyaan itu akan selalu ada dalam benak pikirannya, jika kita lari, maka justru hal ini akan menambah keyakinan sesuatu yang diinterpretasikannya sendiri dan selalu akan mencari jawabannya dari orang lain, dari teman-temannya dsbgnya . b). Jangan sekali-kali kita mengatakan pada anak kita : Engkau masih kecil, dan senantiasa kecil, kelak kalau kamu sudah besar baru kamu akan menemui jawabannya . Perkataan ini tidak akan membuat anak senang, tetapi menambah keheranannya. c). jangan kita menertawakan atau mengejek pertanyaan anak-anak, karena hal ini akan berdampak kepada jiwanya. d) Ketahuilah bahwa apabila seorang anak bertanya, ia hanya sekedar menghilangkan kejeranan yang ada dalam benaknya, maka jawablah dengan jawaban yang basiithah, sederhana, jangan terllau sufi banget. Jawablah dengan santai tapi tepat sesai dengan akal sang anak menerimanya. e) jawablah pertanyaan anak, sesuai dengan akalnya dengan jawaban sederhana, dan hindari berbohong. Salah satu contoh, seorang anak bertanya tentang kematian, bisa jadi anak ini takut akan kehilangan kedua ortunya. Maka hendaknya kita menjawabnya memperhatikan kadar nalarnya, katakanlah padanya, benar semua orang harus mati, tetapi seringnya kematian itu ditemui oleh orang yang sudah tua-tua, sudah berumur, atau karena sakit, oleh sebab itu kalau kamu sakit minum obat yang teratur, biar sembuh,.dst... == Anak-anak itu memiliki sifat cemburu. Maka oleh sebab itu hendaklah sang ortu bersikap adil pada anak-anaknya, jangan yang kecil terllau dimanjakan. Atau karena anak lelaki seorang/pr seorang terlalu dilebihkan kasih sayangnya pada kakak/saudaranya yang lain. Hal ini akan berdampak negatif pada jiwa anak. Lihat kisah nabi Yusuf, saking cemburu kakak-kakaknya, akhirnya mereka membuat makar, mencemplungkan nabi Yusuf as ke dalam sumur. Dalam hadist shahih Bukhari disebutkan : takutlah kamu pada Allah dan adillah diantara anak-anak kamu (untuk para pendidik, dosen/ gurupun hal ini sangat dianjurkan, untuk bersikap adil diantara siswa ). Jangan sekali-kali membandingkan anak satu dengan lainnya. Tetapi ada baiknya kita membandingkan anatar perbuatannya sendiri. Misalkan kita katakana : kemaren kamu berbuat baik begini, kenapa tidak kamu kerjakan kebaikan seperti kemaren, kenapa sampai malas begini..dst . Hal ini akan meimbulkan rasa percaya diri sang anak terhadap kemampuan dirinya. Metode ini lebih afdhal ketimbang membandingkannya dengan orang lain. Demikian,.Allahualam bisshawab. Tulisan ini diterjemahkan langsung oleh penulis dengan berbagai perbaikan, penambahan/pengurangan. Diambil dari buku : Kaifa tasbaha aban naajihan oleh Ustadaz Adil fathi Abdullah. Maktabah daarulimaan. Iskandariah/Alexandria. Mesir. Egypt. Wassalam. Rahima. Kairo 2 July 2005 __________________________________ Yahoo! Mail Stay connected, organized, and protected. Take the tour: http://tour.mail.yahoo.com/mailtour.html _____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting ------------------------------------------------------------ Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib ____________________________________________________